MtW 10 - Terjaga

Vote dulu yaaa 🌟

Enjoy

.
.
.

♏️♏️♏️

Malam semakin larut namun tubuh masih terjaga. Jemari diatas keyboard fokus mengerjakan laporan dengan berbagai data yang harus segera diselesaikan.

Menyeruput kopi sashet yang kuseduh hingga cangkir kedua untuk mengusir rasa kantuk. Namun nihil, semakin kupaksa rasa kantukku semakin tiba.

"mbak, udah jam segini kok belum tidur?" suara Nabila terdengar sedikit serak ketika melihatku masih berkutat dengan laptop dan berkas.

"bentar..." jawabku singkat tanpa mengalihkan fokus pandangan pada layar laptop.

"ngerjain apaan? Weekend ini" ingatnya karena sudah lewat tengah malam pada hari libur kerja.

"tugas tambahan" jawabku kembali.

"tugas kok gak lihat waktu, istirahat mbak" tegur Nabila kembali yang mulai menguji kesabaranku karena membuat fokusku hilang dengan perkataannya.

"orang yang bertamu semalam buat mbak terjaga sampai jam segini bil" jelasku padanya.

"semalam siapa sih mbak?" tanya Nabila kembali.

"Pak Boss" jawabku kembali.

"Bossnya mbak Dia sampai datang kesini gitu?"

Nabila benar benar menguji kesabaranku yang hampir diujung.

"Bil, tanya terus malah buat kerjaan mbak gak selesai selesai nih!" tegurku sambil melihat kearanhnya.

"iya, iyaaa... Maaf" cicitnya.

Setelah itu tidak ada suara lagi dari Nabila, adikku mulai tertidur karena terlalu lama menungguku untuk bergabung dengannya.

Ketika di rumah Nabila sering numpang tidur di kamarku, sekedar melepas lelah setelah seharian berkegiatan dengan mengobrol santai hingga kami sama sama terlelap.

Berbeda dengan hari ini, rencana untuk q-time terpaksa gagal karena kedatangan Pak Tama dengan membuatku sibuk hingga melewati hari berikutnya.

Menghembuskan nafas kasar setelah menyelesaikan rekapan laporan hingga menjelang shubuh. Mata mulai berair serta kepala mulai pening dan pandangan berkunang kunang.

Mematikan laptop dan membereskan berkas yang berserakan kemudian merebahkan tubuh disamping Nabila setelah sebelumnya menyetel alarm untuk membangunkanku sebelum jam yang ditentukan Pak Tama.

***

Mengerjapkan mata berkali kali ketika sinar matahari mulai menyilaukan melalui sela sela penutup gorden jendela kamar.

Ya ampun,

Mataku membulat ketika melihat jam dinding menunjukkan pukul sembilan.

Astaga!!!

Segera duduk dengan cepat hingga merasakan pusing luar biasa di kepalaku.

"mbak Dia udah bangun?" tanya seseorang dari arah pintu kamar yang terbuka.

Adikku sudah berganti baju ketika memasuki kamar.

"kok kamu gak bangunin mbak Bil? Sudah jam berapa ini? Kacau semua" kataku sebal sambil memegang pelipis kepala yang masih terasa berdenyut.

"mbak gak usah khawatir. Semuanya sudah beres" katanya santai sambil tersenyum.

"beres apanya?" tanyaku sedikit membentak.

"file dan catatannya sudah diambil sama Pak Bos" jelas Nabila.

"kok bisa?" tanyaku kaget.

Nabila mulai bercerita ketika pagi pagi Pak Tama kembali bertamu ke kontrakanku. Memberitahukan jika meeting diundur jadi besok siang, dan ia meminta file berisi data yang telah kukerjakan semalam.

Kembali menyenderkan tubuh di kepala ranjang ketika Nabila mengatakan meeting diundur, antara senang dan sebal dengan Bosku yang mulai mempermainkan waktuku.

Susah payah mengerjakan semalaman hingga selesai menjelang shubuh dan berakhir meetingnya delay. Rasanya kesabaranku sudah pada ujungnya.

"ayok mbak, katanya mau ngajak jalan jalan" rengeknya menagih janji.

"bentar Bil, ini aja masih pusing" kataku dengan memijat sisi sebelah kanan kepalaku.

"harus jadi yaaa... Besok pagi udah balik Jogja nih" ingatnya kembali.

"iya, Iyaaa" jawabku kemudian merebahkan tubuh guna mengurangi kepala yang masih berdenyut.

***

Aku dan Nabila baru selesai berbelanja beberapa barang yang didominasi adikku satu ini. Setelahnya kami naik ke lantai paling atas dimana food court berada, perut mulai keroncongan karena sejak pagi hanya terisi dengan satu lembar roti tawar dibalur selai kacang dengan ditemani air putih.

Ketika dalam perjalanan menuju lantai yang dituju secara tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang sudah membuatku pusing sejak semalam. Pak tama menuruni eskalator dengan digandeng oleh seorang wanita.

Mata kami sempat bertemu beberapa detik sebelum aku memutus kontak mata dengannya. Pura pura tidak kenal menjadi opsi yang terbaik saat ini.

"eh, itu bukannya orang yang bertamu tadi pagi. Si Pak Bos" kata Nabila ketika kami baru saja sampai dilantai berikutnya.

"bukan, kamu salah orang kali" sergahku pura pura tidak melihat.

"masa sih mbak?" tanya Nabila tidak yakin.

"iya, udah ayok cari makan. Mbak udah laper pengen makan" kataku berikutnya sambil menggandeng Nabila menuju food court berada.

Kami memesan menu yang sama yaitu nasi ayam lada hitam dengan ditemani es jeruk, kami menyukai segala bentuk olahan ayam.

Usaha katering Ibu sering membuat kami menikmati sisa masakan yang sengaja dilebihkan untuk sekalian menjadi menu makanan, dan kebanyakan olahan ayam jadi menu yang banyak dipilih oleh customer katering Ibu.

Kami menikmati makan sambil mengobrol ringan. Nabila terdengar bersemangat menceritakan kegiatan UKM di kampusnya. Akupun sedikit menceritakan kesibukan baruku menjadi wanita pekerja kantoran.

Katanya suatu saat ia ingin bekerja di Surabaya denganku. Terang saja kutolak agar ia bekerja yang tidak jauh dari rumah kami. Tidak mungkin kedua anak Ayah dan Ibu harus merantau.

Sedikit egois sejak awal pemilihan kampus tempat Nabila menlanjutkan strata S1 sengaja kupilihkan disalah satu perguruan tinggi negeri yang tidak jauh dari rumah. Selain agar Nabila tetap terpantau dari rumah juga menjadi teman Ayah dan Ibu.

Cukup aku saja yang merasakan pahitnya menjadi perantauan yang terlibat skandal hingga membuatku lulus ditahun kelima. Dan cukup aku yang mengetahui cerita pilu yang tidak patut untuk diumbar terlebih sampai jika diketahui keluarga.

Disela sela menikmati makan tiba tiba pandanganku tertuju pada seseorang yang sedang lewat tidak jauh dari tempat dudukku.

Kali ini bukan Pak Bos yang membuatku terjaga semalaman hingga membuat kepalaku pusing berkunang kunang. Namun ia seseorang yang sudah lama tidak kujumpai.

Mengerjapkan mata berkali kali untuk memastikannya dan benar, dia sudah kembali di kota ini. Wajahnya terlalu familier sejak hatiku berdegup hingga menyimpan rasa untuknya. Senyumnya masih sama seperti dulu, selalu khas dan menenggelamkan.

Lamunanku buyar ketika Nabila memanggilku cukup nyaring sambil mengguncangkan lenganku berkali kali.

"mbak lihat apa sih? Dipanggil dari tadi gak denger?" tanya Nabila menatapku dengan kesal.

"oh... Bukan apa apa" elakku.

"mbak Dia dari tadi aneh deh... Efek lembur semalam ya?" katanya ikutan sebal karena mengacuhkan ucapannya.

"makanan kamu dihabiskan Nad, habis ini kita langung balik" ajakku mengalihkan pembicaraan.

Jujur, irama detak jantungku cukup berdegub kencang setelah sekian lama tidak melihatnya. Rasa yang sudah lama terkubur dan berharap tidak akan kembali lagi.

Namun nihil, hatiku masih berdebar tidak karuan ketika kembali melihatnya setelah sekian lama. Jauh dalam hati berdoa semoga aku tidak akan kembali bertemu dengannya, tidak lagi membuka kenangan menyakitkan meskipun hanya bertemu dengannya.

.
.
.

To be continued

♏️♏️♏️

With Love
Ayaya 💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top