17: We Go Together

Reina tidak mempunyai cukup waktu, bahkan kesempatan sekalipun untuk menghindar dari Carine sepulang sekolah. Ia sudah mencoba berlari secepat yang ia bisa ke parkiran sekolah untuk menghindar, namun Carine berhasil mendapatinya saat ia berlari.

"Bodo amat ya, Rin. Lo mau ngapain kek, tetep nggak akan bikin gue mau dateng kesana," ujar Reina ketus seraya melipat kedua lengannya di depan dada.

"Astaga, Rei. It's going to be fun you know," balas Carine yang semakin bingung mengapa lawan biacaranya tetap kekeh. "Apalagi kan ada Blake juga,"

"Ya, terus?" tanya Reina dingin. "That's exactly the reason why I don't want to go,"

"Hah?" balas Carine tak mengerti. "Jadi, ada sesuatu yang terjadi gitu diantara lo berdua ya?"

"Nggak," Reina menggantungkan ucapannya. "Ya gitu deh,"

"Tuh, kan. Kenapa lo nggak cerita sama gue sih dari awal?" Carine menghela nafasnya. "Gue jadi ngerasa nggak dianggep,"

"Mulai kan baperan," balas Reina. "Lagian kan lo udah dianggep George,"

Reina menaik-turunkan kedua alisnya untuk menggoda Carine. Ia tertawa saat melihat pipi Carine yang mulai memerah.

"Rei, gue juga tetep butuh temen di samping gue," kata Carine tersenyum. "Dan gue rasa, we'll just work fine so far. Menurut lo gimana?"

Reina mengangguk setuju. "Tapi, untuk kali ini kayanya gue nggak bisa dan nggak cocok juga,"

"Rei, kenapa sih,"

"Semua orang yang bakalan dateng itu udah berpengalaman dan pasti sering dateng party-party gitu. Sedangkan gue, sekali aja belom," jelas Reina.

"Rei, gue udah bilang anggep aja ini pengalaman pertama lo kan," kata Carine.

Reina menghela nafasnya kasar. "Carine, I'm a 'nerd'. What makes you think I'll actually fit in?"

Carine menggelengkan kepalanya. "Tapi buat gue, lo bukan,"

"Yaudah. Kenyataannya gue iya buat orang lain," balas Reina.

Jujur saja, Carine lelah mendengar lawan bicaranya selalu mengungkit tentang julukannya yang sama selali tidak berarti. Ia menghela nafasnya pelan, "Rei, sekali ini aja. Gue janji bakal nemenin lo terus nanti. Please?"

Kali ini, pertahanan Reina runtuh. Hatinya memang mudah luluh jika seseorang memintanya dengan wajah memelas dan hampir putus asa. Setidaknya, ia merasa wajah dan suara Carine terlihat dan terdengar seperti itu.

"...akh, iya deh ah..." kata Reina akhirnya.

"Nah, gitu dong daritadi!" seru Carine seraya tertawa lalu menarik Reina ke pelukannya.

"Ih, anying," umpat Reina. "Melasnya akting doang jing, biar gue luluh,"

Carine tertawa. "Yaudah, sekarang mending kita shopping!"

"Gue nggak bawa uang lebih sekarang, ih. Kan tadinya gue udah bersungguh-sungguh menolak, tapi gara-gara lo," ujar Reina seraya menempeleng kepala Carine.

"Sakit, goblok," umpat Carine. Lalu, ia mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya lalu memperlihatkannya di depan wajah Reina. "Sans,"

"Yakali, Rin. Gue gamau ah pake uang lo," tolak Reina.

"Gapapa, jir," balas Reina. "Anggep aja sebagai balas budi gue karena lo akhirnya mau dateng,"

Reina mengernyitkan dahinya. "Apaan dah, lebay banget lo najis. Gue gamau ah tet—"

Belum sempat Reina menyelesaikan ucapannya, Carine langsung menariknya pergi. "Mending lo diem atau gue sumpel,"

"Galak banget najis. Heran gue kenapa George mau sama lo," ceplos Reina dan dibalas dengan tatapan mematikan oleh Carine.

Mereka pun berjalan meninggalkan parkiran menuju gerbang. Carine melambaikan tangannya untuk memberhetikan taxi dan naik ke dalamnya bersama Reina. Setelah menempuh perjalanan 15 menit, mereka sampai di sebuah mall.

Sesampainya di dalam, mereka memasuki banyak toko. Carine terlalu bersemangat untuk menemukan baju yang cocok, bertolak belakang dengan Reina.

Carine tertarik dengan banyak pakaian dan sesekali meletakkannya di depan tubuhnya, mengira-ngira apakah baju tersebut cocok untuknya atau tidak.

"Crop top atau dress?" tanya Carine seraya memegang keduanya.

Salah satunya adalah crop top polos berwarna abu-abu, namun tetap terlihat modis. Sedangkan, yang satunya lagi adalah dress selutut berwarna ungu.

"Dress," balas Reina yang menunjuk dengan dagunya. Carine pun meletakkan crop top dan mengambil dress berwarna lain dengan cepat.

"Eh, ini juga lucu. Gue cobain dua-duanya aja kali ya, biar gue nggak penasaran," kata Carine lalu menarik Reina menuju fitting room.

Carine mengambil dress ungu yang ia pilih dan masuk ke dalam fitting room, lalu keluar tidak lama setelahnya. "Ini gimana kalo di gue?"

"Ini cocok sih. Bagus," jawab Reina.

Carine tersenyum lalu memperhatikan kembali penampilannya di depan cermin. Ia masuk lagi ke dalam fitting room untuk melepas dressnya.

"Nah, giliran lo, Rei. Coba ini deh," kata Carine yang membawa dress berwarna scarlett red.

Reina tertawa, "Yakali macem gue pake dress,"

"Ahelah, udah cobain aja dulu, bagus. Pokoknya dengerin gue biar nggak kualat," paksa Carine.

Reina mendengus lalu mengambil dress pilihan Carine agak kasar. Ia masuk ke dalam fitting room kemudian keluar satu menit kemudian.

"LO HARUS PAKE INI, FIX," pekik Carine.

Mata Reina melotot karena pekikan Carine, tak percaya temannya itu akan bersuara kencang. "Bacot anjir. Ini mall goblok bukan pasar, jangan malu maluin gue,"

Carine tertawa seraya menutup mulutnya. "Ya, maap. But seriously, this dress looks so good on you,"

"Gue mah dipakein apa aja juga cakep,"

Kali ini, giliran Carine yang menempeleng kepala Reina. "Keasikan lo jadinya, nyet,"

Reina pun kembali masuk ke fitting room untuk berganti baju, lalu mereka pun berjalan menuju kasir untuk membayar. Setelah itu, mereka pergi dengan taxi menuju rumah Carine.

*****

alooo, ketemu lagi! akhirnya w sempet apdet ni yekannnnn

jadi, di chapter ini gue khususkan untuk friendship-nya Carine sama Reina. ceritanya girls time gt kan mau ke party-party rada repot WKWKWKWK

btw, gue ngetik part ini itu bener-bener semalem di sela-sela kesuntukkan gue mengerjakan tugas yang tak ada hentinya, dan langsung di post pagi ini (bikos semalem w ketiduran) tanpa cross-check ulang jd maapin ya netijen kl ada kesalahan kata atau mungkin ga nyambung /kaya hubungan kita/ :(((

najis baper iuh

dah ah, see y'all soon x

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top