1: When I See U
Reina melangkahkan kaki melewati koridor sekolah, membawa tas, dan setumpuk buku teks. Dilihatnya beberapa siswa lainnya yang berlalu lalang, mengobrol dengan beberapa teman, dan ada juga yang hanya berdiri di dekat lokernya, entah untuk mengecek jadwal atau sekedar bersandar.
Di tempat ini, Reina seperti tidak terlihat. Maksudnya, bukan benar-benar tidak terlihat, uhm, sulit sebenarnya untuk dijelaskan.
Ia tidak suka disini. Ia bahkan sudah dilabeli "aneh", "cupu", dan kata-kata lain semacamnya. Dan sepertinya, itu karena nilai-nilainya di sekolah. Walaupun ia tidak suka tempat ini, tapi Reina suka belajar.
Nilai-nilainya selalu berada di posisi teratas, tanpa pernah menyandang nilai di bawah kkm. Ia selalu berusaha sebaik mungkin dalam urusan belajar, tapi selalu ada satu hal lain.
Sifat bersosialisasinya sangat buruk, benar-benar buruk. Bisa dibilang, ia tidak melakukan kontak sosial dengan 99% warga sekolah, kecuali teman dekatnya, George.
Jika itu bukan karena George, kehidupan SMA akan jauh terasa lebih buruk bagi Reina. Meskipun George lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman satu bandnya, mereka masih punya waktu untuk bertemu atau sekedar nongkrong.
George benar-benar baik, dia juga selalu menepis ketika orang-orang tidak memanggil Reina dengan nama seharusnya.
George sebenarnya menjadi salah satu laki-laki pujaan gadis di dalam maupun diluar sekolah, entah bagaimana caranya. Diikuti dengan teman satu bandnya, Blake dan Reece.
Reina memiliki naluri seperti perempuan seusianya. Ia sebenarnya menyukai salah satu dari mereka, Blake. Tetapi ada sesuatu tentang Blake yang membuatnya kesal.
Kepribadiannya. Blake tipe orang yang dingin, menjengkelkan dan selalu menempel dengan teman sekelompoknya, tanpa memperdulikan orang-orang lain di sekitarnya.
Meskipun menarik banyak perhatian, Blake tampak seolah tidak peduli sama sekali dengan sekitarnya. Setiap kali seorang gadis berusaha mendekatinya, dia mengabaikannya dan berjalan pergi. Agak kejam memang.
Reina mengambil note dari dalam tas dan melihat catatan yang sudah ditulisnya untuk ujian hari ini. Tiba-tiba, ia menabrak seseorang.
"Awas woi, liat-liat kalo jalan," ujar seseorang dingin.
Reina mendongak dan melihat laki-laki itu menatapnya. Dia memakai hoodie hitam dan ripped jeans, dengan tasnya yang dia selempangkan di bahu kirinya. Rahangnya menegas dan mengerutkan dahinya.
"Eh-maaf," kata Reina takut.
Blake memutar kedua bola matanya malas, "Nggak penting abis segala maaf,"
George menyikut lengan Blake seraya menatap temannya itu tak suka. "Blake, santai kali. Lo gapapa, Rei?"
"Ng-nggak," balas Reina kikuk. "Kalo gitu, gue duluan ya. Maaf sekali lagi buat yang tadi,"
George terkekeh, "Minta maaf mulu kaya lebaran. Yaudah, see ya, Rei!"
Reina mengangguk cepat lalu berjalan pergi dengan cepat. Ia tidak mau terlihat memalukan, meski tadi sudah memalukan.
"Sebenernya lo temen gue apa cewe aneh itu sih?" tanya Blake pada George tak terima.
George menaikkan alisnya, "Apa deh, lebay bener lo kentut,"
"Dantain dikit lah temen lo kali gitu! Kalo perlu kasih tau sekalian cara jalan yang bener," ucap Blake kesal.
Reece menggelengkan kepalanya, ini sudah kali ke sekian kedua temannya itu bertengkar karena gadis aneh itu. "Ribut mulu lo, ntar jadi cinta kan gua yang repot,"
Blake memberi tatapan "Lo juga sekalian mau gua dantain?"
"Ampun, shay. Udah ah cus kantin," ujar Reece seraya melenggang menuju kantin.
***
Sesampainya di kelas, Reina mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk. Ia terengah-engah, dan memutuskan untuk duduk di barisan kedua paling kiri dekat jendela.
Tahun ini, Reina ingin tampil beda. Ia tidak ingin fokus pada orang lain lagi, cukup pada sekolahnya saja. Ini adalah tahun terakhirnya dan tidak ada yang bisa menghancurkannya.
Bu Misna, guru kimianya, berjalan memasuki kelas. Reina menunggu gurunya itu untuk segera membagikan kertas ujian, seperti biasanya, tapi gurunya malah duduk di kursinya dan mengatur tumpukan kertas yang dibawanya.
"Anak-anak," Bu Misna berdeham. "Maaf, tapi hari ini gajadi ulangan kimianya ya,"
Seluruh siswa pun bersorak kegirangan, kecuali Reina yang merengut. Ia sudah begadang semalaman untuk belajar dan sekarang dibatalkan. Itu menyebalkan.
"Ada siswa dari kelas Pak Jodi mengajukan surat permohonan pindah kelas dan di tempatkan di kelas ini. Makanya ujian kita hari ini batal," jelas Bu Misna.
Seseorang masuk, dan itu membuat semua pandangan tertuju padanya. Ia berdiri di depan pintu seraya menguyah permen karet di mulutnya. Kurang ajar.
Reina merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia baru saja mempermalukan dirinya dan sekarang orang itu pindah ke kelasnya.
"Seperti yang kalian kenal, Blake Richardson. Dia memutuskan pindah jurusan tahun ini," ujar Bu Misna tersenyum disaat Blake berjalan mendekatinya.
Terdengar beberapa gadis mulai berteriak dan bergosip. Sebenarnya, Reina juga berteriak, tapi di dalam hatinya.
Blake mendaratkan tubuhnya dan duduk di kursi bagian belakang. Ia meletakkan tasnya asal di lantai, menyilangkan lengannya dan bersandar.
"Oke, kita lanjutin pelajarannya ya. Dan untuk ujian, saya undur minggu depan," Bu Misna tersenyum kepada siswa-siswi di hadapannya, dan terlihat Blake yang memberi tatapan malas.
*****
New story! I hope this one going well x
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top