Regretful Alpha 9

Usher sempat mengira bahwa portal waktu akan membawanya kembali ke masa sekarang, tetapi ternyata dugaannya keliru. Portal waktu justru membawanya ke masa lalu lainnya dan hal itu terbukti ketika disadari olehnya bahwa bukanlah air terjun yang menjadi tempat pendaratannya, melainkan tanah berbatu yang tak asing baginya.

Itu adalah Tanah Suci, tempat Kawanan Frostholm melakukan semua ritual dan upacara, termasuk di dalamnya adalah upacara kedewasaan para manusia serigala muda dan pemberkatan untuk alpha dan luna baru. Seringnya, area itu sepi. Mereka memang hanya mendatanginya bila ada kepentingan saja, terkecuali untuk Ayla yang selalu datang setiap sebulan sekali untuk mendoakan tempat itu agar kemagisannya tetap terjaga.

Sekarang setelah memastikan tempat pendaratannya maka Usher pun bertanya-tanya, ada di masa manakah dirinya berada? Masa lalu mana yang didatanginya kali ini?

Untungnya jawaban mendatangi Usher dalam waktu singkat. Tepatnya ketika dia berusaha untuk bangkit dan terdengar olehnya suara tawa para remaja.

"Kita akan membuktikannya nanti, Vione. Karena kalau kulihat dari lemahnya tubuhmu selama ini maka sepertinya tebakanku tak akan keliru. Kau adalah omega."

Usher mengerutkan dahi sembari meremas dadanya yang serasa remuk. Dia bangkit dan berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk, masih berjuang untuk melawan rasa sakit yang melanda. Jawaban tak langsung yang didapatkannya membuat dia menebak, agaknya itu adalah masa di mana Vione akan menjalani upacara kedewasaan.

"Aku yakin, itu semua bukan urusanmu, Ned. Jadi, lebih baik kau urus saja urusanmu sendiri."

Bola mata Usher membesar. Benaknya berhasil menemukan kepingan masa lalu yang tengah terjadi pada saat itu. Ned! Ned Stewart. Dia memang sering merundung Vione dari dulu.

Usher tak akan salah mengingat bahwa peristiwa hampir tenggelamnya mereka pun bermula dari perundungan yang dilakukan oleh Ned pada Vione. Mereka tidak akan pergi ke danau andaikan Ned tidak merundung Vione.

Mulut terkatup rapat dan emosi Usher mulai menggelegak. Dua peristiwa itu memang terjadi dalam jangka waktu yang lama, nyaris sebelas tahun, tetapi baginya semua itu hanya berjarak sebentar.

"Kau benar, Vione. Itu sama sekali tak ada urusannya denganku, tetapi aku bisa apa? Ternyata merundungmu adalah hal menyenangkan."

Usher tak bisa menahan diri. Kemarahannya terusik. Dia tak yakin bahwa di masa lalu dirinya sempat mendengar cemoohan itu, tetapi pastinya adalah sekarang dia mendengar semua.

Geram membuat tubuh Usher bergerak di luar kehendak. Terlupakan olehnya bahwa dia harus sebisa mungkin menyembunyikan keberadaannya di masa lalu. Baginya sekarang tak ada hal lain yang lebih penting ketimbang menolong Vione muda dan mengusir mereka semua.

"Aku yakin bisa mengatakan hal yang sama untukmu, Ned."

Langkah Usher terhenti seketika. Dia tertegun dengan tebakan yang tak akan salah. Itu adalah suaranya.

Usher tersadar dari tindakan impulsif yang nyaris dilakukannya. Jadilah dia buru-buru bersembunyi ketika menyadari bahwa dia tak perlu turun tangan kala itu. Ada dirinya di masa lalu yang akan melindungi Vione muda sementara dirinya sekarang tak ubah penonton untuk peristiwa yang tengah terjadi.

"Usher."

Semua fokus yang semula tertuju pada Vione muda sontak beralih. Sekarang semuanya melihat pada Usher muda yang kehadirannya tak terduga sama sekali. Jadilah wajah-wajah arogan dan sombong menghilang seketika, tergantikan oleh ekspresi kecut yang panik.

Ned tampak gelagapan dengan salah tingkah. Diliriknya seorang manusia serigala muda yang berdiri tepat di sebelahnya. Dia berbisik. "Bukankah tadi kau mengatakan kalau Usher sedang belajar di perpustakaan Istana? Lalu mengapa dia bisa tahu kalau kita sedang merundung Vione di sini?"

"Aku tidak tahu, Ned, tetapi aku bersumpah. Aku benar-benar melihat Usher belajar di perpustakaan Istana. Aku juga tak tahu mengapa dia tiba-tiba ada di sini."

Mata Ned terpejam dramatis. Sebabnya adalah tak mungkin Usher muda bisa tiba-tiba ada di sana bila dia tak mengetahui hal yang tengah terjadi. Faktanya hutan dan perpustakaan Istana memiliki jarak jauh yang membutuhkan waktu perjalanan setidaknya dua jam.

Ned menarik napas dalam-dalam. Dicobanya untuk menenangkan diri. Dia harus segera mencari pembelaan agar kejadian itu tak menimbulkan masalah untuknya. Lagi pula semua orang tahu betapa dekatnya Vione muda dengan pihak Istana, terlebih dengan Usher muda.

"Usher," ujar Ned sesaat kemudian. Dia mengusap kedua tangan sembari melangkah. Dihampirinya Usher muda dengan mata yang melirik sekilas pada Vione muda. "Kuyakin, kau salah mengira dengan apa yang terjadi. Sebenarnya kami hanya—"

"Menurutmu, apakah aku salah mendengar?"

Ned membeku. Usher muda memotong ucapannya dengan begitu tegas. Jadilah dia mengatupkan mulut rapat-rapat. Tak ada yang bisa dilakukan olehnya untuk membela diri. "Usher."

"Aku yakin ini adalah kali terakhir aku memberi peringatan untuk kalian semua," kata Usher muda sembari mengedarkan pandangan. Ditatapnya semua manusia serigala muda di sana tanpa kedip sama sekali. "Kita sudah dewasa. Jadi, lakukanlah hal bermanfaat untuk kawanan. Apalagi karena dalam waktu dekat Istana akan menyeleksi warrior dan guard muda. Lebih baik kalian berlatih ketimbang membuang waktu dengan hal tak berguna."

Tak ada seorang pun yang berani membantah perkataan Usher muda. Semua menundukkan wajah tanpa terkecuali dan mulai membubarkan diri.

Usher muda menghampiri Vione muda ketika mereka semua telah pergi. Sekarang tinggallah mereka berdua dan dia pun bertanya.

"Bagaimana keadaanmu, Vione? Apakah mereka melukaimu?"

Vione muda menggeleng. "Tidak, Usher, dan terima kasih karena sudah menolongku."

"Bukan hal besar," ucap Usher muda dengan tatapan yang mengamati Vione muda dengan seteliti mungkin. Agaknya dia tak benar-benar percaya dengan jawaban Vione muda sehingga merasa perlu untuk menilai sendiri, apakah dia terluka atau tidak. "Jadi, bisa kau ceritakan padaku, apa saja yang telah mereka lakukan padamu?"

Vione muda menggeleng dengan tersenyum tipis. "Tak ada yang mereka lakukan padaku," jawabnya yang langsung disambut oleh menyipitnya sepasang mata Usher muda. Jadilah dia buru-buru lanjut bicara. "Seperti yang kau lihat tadi, mereka hanya menggertakku saja. Kau tentu tahu bukan? Itulah yang bisa mereka lakukan. Mereka merundungku, tetapi tidak sampai mencelakaiku secara fisik."

"Jadi, menurutmu tak apa bila perasaanmu yang terluka?"

Vione muda tak bisa menjawab, melainkan hanya membuang napas panjang. Wajahnya tampak murung seketika dan itu membuat Usher muda merutuk di dalam hati, agaknya justru dia yang telah menyakiti perasaan Vione muda.

"Sudahlah. Kita tak perlu membahas soal ini. Lagi pula ada hal lain yang lebih penting."

Vione muda mengerjap. "Apa?"

"Sebenarnya, aku masih bertanya-tanya. Mengapa kau sulit sekali untuk menghubungiku setiap kali kau ada masalah? Bukankah aku sudah mengatakannya sejak dulu, Vione? Hubungi aku. Aku yakin, kau tak lupa hal itu."

Vione muda jelas mengingatnya. Usher muda sudah berpesan padanya untuk hal sama secara berulang kali sejak dulu, sejak mereka masih kecil. Namun, nyatanya tak pernah sekalipun dia melakukan hal yang Usher muda inginkan. Setiap hal serupa terjadi maka dia hanya diam dan membiarkannya berlalu begitu saja seperti itu adalah hal biasa.

"Lalu, mengapa, Vione? Mengapa kau tak melakukan apa yang kuminta? Apakah kau tak menganggap serius perkataanku? Apakah kau mengira kalau aku hanya sekadar berbasa-basi saja?"

Sontak saja Vione muda buru-buru menggeleng. "Aku tidak bermaksud demikian, Usher. Aku tahu kau tidak berbasa-basi, tetapi ..." Dia tampak kesulitan menemukan kata yang tepat. "... ini bukanlah hal serius."

Usher muda meringis tertahan. "Kau dibawa mereka ke hutan dan lalu mereka mencemoohmu. Apakah itu bukan hal serius? Kau sungguh berpikir kalau—"

"Mereka hanya melakukan itu, Usher. Mereka tidak melakukan hal lain, hanya sebatas mencemoohku. Aku bisa mengatasinya dan kau tak perlu khawatir. Lagi pula bukankah seharusnya kau sedang belajar di perpustakaan Istana?" Vione muda menemukan topik tepat untuk mengalihkan pembicaraan tersebut. Untunglah dia sempat mendengar bisikan Ned tadi. "Lalu, mengapa kau bisa tiba-tiba ada di sini? Jangan katakan padaku kalau kau kabur dari jam belajarmu, Usher." Sayangnya, dia benar-benar panik dengan kemungkinan itu. "Kau tidak mungkin kabur dari jam belajarmu bukan?"

Kali ini Usher muda yang kesulitan bicara. Mulutnya membuka, tetapi tak ada satu kata pun yang bisa diucapkannya. Dia menggaruk tengkuk dan berkata dengan suara rendah. "A-aku yakin, aku sudah cukup belajar selama sebulan ini."

Ekspresi Vione muda kian panik. "Oh, astaga, Usher. Kau tak lupa bukan bahwa bulan depan adalah konferensi umum pertamamu? Kau harus mempersiapkan diri."

"Ya, aku tak lupa."

"Jadi, mengapa kau tak belajar kalau kau tak lupa?" tanya Vione muda histeris. Dia buru-buru meraih tangan Usher muda. "Ayo! Kita harus kembali ke Istana. Kau harus belajar, Usher."

Usher muda tertegun sejenak. Ditatapnya jemari lentik Vione muda yang menggenggam tangannya erat. Lalu, dia mendengkus geli dan tak menolak sama sekali ketika Vione muda mengajaknya berlari dari sana.

"Apakah kau mau menemaniku belajar di Istana? Sejujurnya, belajar sendiri itu adalah hal menjemukan."

Vione muda menjawab dengan acuh tak acuh. "Aku tak bisa. Aku pun ada tugas yang harus kulakukan."

"Oh ya?" tanya Usher muda penasaran. Jadilah dia mensejajarkan langkah dengan langkah Vione di sebelahnya. "Tugas apa itu?"

"Hanya tugas untuk memeriksa tanaman di Istana. Sebentar lagi ulang tahun Luna."

Usher muda manggut-manggut. "Kau benar. Sebentar lagi ibuku akan berulang tahun. Tepatnya, sepuluh bulan lagi."

Refleks saja Vione muda terkekeh sementara Usher muda hanya mengulum senyum geli.

"Hanya yang terbaik untuk Luna yang menawan," ujar Usher muda sembari berpaling dan mengamati wajah riang Vione muda dengan saksama. "Jadi, kuharap kau mengerjakan tugas itu dengan sepenuh hati."

Vione muda mengangguk dengan penuh semangat. "Tentu saja."

"Satu hal, Vione." Usher muda menghentikan langkah dan dengan gerakan cepat, pergelangan tangannya berputar sehingga gantianlah dia yang menggenggam jemari Vione muda. "Kuharap, inilah kali terakhir kau mengabaikan perkataanku."

Senyum di wajah Vione muda terjeda oleh keseriusan Usher muda ketika bicara. Jadilah dia mengerjap berulang kali, agak tak mengerti. "Usher, apa—"

"Kumohon. Aku meminta untuk yang terakhir kalinya, Vione," potong Usher muda sembari meremas jemari Vione muda. "Panggil aku. Ceritakan padaku. Kumohon, segera hubungi aku bila terjadi sesuatu padamu."

Vione muda terdiam. Udara yang sempat dihirupnya mendadak berkumpul di dada, lalu bergemuruh, tak ubah angin ribut yang siap untuk menerbangkan semua benda di sekitarnya. Dia mencoba untuk menenangkan diri, tetapi ada satu bagian di dalam dirinya yang mengira-ngira di luar batas.

Rasanya tak mungkin. Vione muda pun sudah mengingatkan diri secara berulang kali bahwa Usher muda memang baik. Tak sepatutnya dia menduga-duga untuk hal tak masuk akal.

Sayangnya, Vione muda sudah tak mampu menahan diri lagi. Praduga itu dengan semena-mena mendobrak akal sehatnya dan jadilah dia memberanikan diri untuk bertanya. "Mengapa, Usher?"

Usher muda mengerutkan dahi. "Mengapa apa maksudmu, Vione?"

"Mengapa?" ulang Vione muda sembari melihat sejenak pada genggaman Usher muda yang meremas jemarinya. Jadilah jantungnya di dalam sana bertalu-talu tak menentu. "Mengapa kau begitu baik padaku? Mengapa kau selalu mengkhawatirkanku?" Diangkatnya wajah dan lalu ditatapnya Usher. "Mengapa, Usher?"

Lidah Usher muda terasa kelu. Beragam emosi yang berkecamuk tampak terpancar dengan jelas di sepasang mata Vione muda. Itu membuatnya menjadi bisu seribu bahasa.

Vione muda memejamkan mata dengan dramatis. Diamnya Usher muda membuat dia merutuki diri sendiri. Sudah kubilang, Vione. Itu sama sekali tak mungkin. Seharusnya kau sadar diri. Kau hanyalah manusia serigala yang menyedihkan sementara Usher adalah idola semua orang.

Maka Vione muda pun menarik udara dalam-dalam. Ditenangkannya diri dari terjangan patah hati yang terjadi begitu saja. Lalu dia tersenyum sembari melepaskan genggaman Usher muda di jari-jari tangannya.

"Kuyakin, kau harus belajar di perpustakaan Istana, Usher. Sampai jumpa."

Vione muda pergi dan tinggallah Usher muda seorang diri. Dia terdiam dengan tangan yang terangkat satu. Niatnya semula ingin mencegah kepergian Vione muda, tetapi satu tanya langsung melintas di benaknya.

Mengapa, Usher?

Jadilah tangan Usher muda terjatuh lunglai ke sisi badan. Dilihatnya kepergian Vione muda dengan sorot kosong dan kebingungan yang berputar-putar mengisi kepala. Pada akhirnya, dia pun mempertanyakan hal serupa pada diri sendiri.

Lama Usher muda terpekur. Dia bergeming di tempatnya berdiri dengan perenungan yang membuatnya kembali pada masa-masa yang telah berlalu. Disadari olehnya, entah sejak kapan, mengkhawatirkan Vione muda telah menjadi kebiasaannya, tak ubah naluri alamiah yang memang sepatutnya dia lakukan.

Usher muda ingat betul. Kekhawatiran itu benar-benar membuatnya jadi tak bisa berpikir jernih sama sekali. Jadilah wajar bila dia segera bergegas ketika seorang pelayan Istana mengatakan sesuatu yang buruk terjadi pada Vione muda.

Itu sudah terjadi berulang kali. Lantas sekarang Usher muda pun tersesat oleh satu pertanyaan itu. Mengapa?

Suara jeritan panjang menyentak Usher muda. Semua pemikiran menghilang seketika dari dalam kepala ketika disadarinya suara siapa itu dan wajahnya pun memucat.

"Vione."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top