Regretful Alpha 7
Usher memejamkan mata tepat setelah selangkah kakinya melewati portal waktu. Sebabnya adalah ada satu getaran aneh yang langsung menyambut dirinya, lalu mengalir melalui tubuhnya, seperti suatu kekuatan tak terlihat yang menariknya ke dalam portal.
Aura magis di balik warna biru keemasan menciptakan pusaran energi yang mengelilingi Usher. Jadilah dia merasa seperti tergulung oleh arus tak terbendung, terpisah dari ruang dan waktu, seolah-olah dirinya tengah berada di orbit badai.
Cahaya biru menyilaukan memenuhi pandangan Usher, seakan berusaha untuk menembus kelopak matanya yang terus saja terpejam dengan rapat. Jadilah getaran yang menjalari tubuhnya semakin memberontak tak kira-kira, intensitasnya semakin meningkat. Dia merasa seperti terbangun dari mimpi panjang dan terlempar ke dalam realitas yang tak terbayangkan sebelumnya.
Kaki Usher tak lagi menginjak tanah. Dia terangkat dari tanah dan sekarang melayang di antara dimensi tak terbayangkan.
Segala sesuatu di sekitar menjadi berubah dengan mendadak. Usher merasa dirinya terhempas ke dalam rentang waktu yang berbeda, melewati lapisan masa seperti membelah samudra dengan kekuatan yang tak terduga. Dirasakan pula olehnya bahwa setiap sel di tubuhnya terhentak oleh kekuatan tak terlihat sehingga timbullah kebingungan dan kegelisahan.
Gelombang portal menggulung Usher dengan semakin menjadi-jadi. Ia cepat dan kuat. Jadilah Usher terperangkap sehingga tak mampu untuk melepaskan diri.
Perasaan Usher berkecamuk di antara terjangan yang membuat fisiknya teruji. Keresahannya melonjak dan dia berusaha untuk menenangkan diri sebisa mungkin. Lalu wajah Vione pun muncul di dalam benaknya.
Usher merasakan sedikit ketenangan. Disadari olehnya bahwa dia tak boleh menyerah begitu saja. Sebabnya ada Vione yang tengah menunggunya. Terlebih lagi karena dia pun ingat bahwa ada satu janji yang telah diikrarkannya sejak dulu, sejak mereka belum dewasa, yaitu dia akan selalu menjaga Vione.
Cahaya biru keemasan berontak. Bayangan-bayangan masa lalu, masa kini, dan masa depan yang belum terjadi berputar-putar seperti rekaman kusut.
Usher melintasi medan bewarna-warni, melalui zaman dan ruang tanpa kendali. Semua dilewatinya hingga perjalanan waktu tak terbatas waktu itu mencapai puncaknya. Dia terhempas dan lalu mendarat dengan keadaan menelungkup di hamparan rumput hijau menyegarkan.
Erangan menggetarkan dada Usher. Jadilah untuk sesaat dia belum bangkit, melainkan berusaha untuk mengenyahkan rasa sakit dan nyeri yang masih terasa. Dia mendekap dadanya yang seolah ingin pecah, lalu barulah bangkit dengan susah payah.
Usher terduduk di atas rerumputan. Tak jauh di kakinya, ada kotak kecil berisi sepasang kalung berliontin bulan. Dia mengambil kotak itu dan lalu membukanya. Sembari membuang napas demi menenangkan diri dari semua kebingungan yang terus mengisi benak maka diputuskannya untuk mengenakan satu dari sepasang kalung tersebut.
Wajah Usher tertunduk. Dilihatnya kalung berliontin separuh bulan yang telah teruntai di lehernya dan setelahnya dia pun bangkit.
Usher memikirkan beberapa rencana di benak, tetapi terpenting untuknya adalah mengetahui di mana dan kapan dirinya berada sekarang. Dia tak bisa bertindak gegabah tanpa mengetahui situasi.
Suara berisik langkah kaki yang menginjak semak-semak menarik perhatian Usher. Dia berpaling dan buru-buru bersembunyi ketika ada seseorang yang mendekat.
Tidak. Mata Usher menyipit. Bukan hanya seorang, melainkan dua orang.
"Vione, kau hanya perlu mengatakannya padaku jika ada yang merundungmu. Namun, mengapa kau tak pernah mendengar perkataanku?"
Wajah Usher berubah. Suara itu, kata-kata itu, semua terasa familier di telinganya. Tak mungkin.
Dari balik pepohonan tinggi, muncullah dua orang bocah, seorang bocah perempuan dan seorang lagi adalah bocah laki-laki. Tampak bocah perempuan itu berjalan dengan cepat, agaknya berusaha untuk menghindari bocah laki-laki itu.
Jadilah bocah laki-laki itu meradang. "Vione!"
Langkah kaki bocah perempuan itu terhenti seketika. Dia bergeming dengan wajah tertunduk dan dari kejauhan, bisa dilihat oleh Usher ada genangan air mata yang siap untuk tumpah.
Usher segera menutup mulut sembari menggeleng berulang kali. A-aku dan Vione. Oh, Tuhan. Aku kembali ke masa kecil kami.
Tepatnya ketika Usher berusia delapan tahun dan Vione berusia tujuh tahun. Kala itu mereka adalah bocah kecil yang sangat senang bermain dan tempat permainan paling menyenangkan untuk mereka adalah hutan belakang Istana.
Usher mengangkat wajah dan melihat lagi ke sekitar. Benar, aku sekarang berada di hutan belakang Istana.
Pada dasarnya Istana selalu menjadi tempat yang hangat dan terbuka untuk semua kawanan. Mereka bisa menginjakkan kaki sesuka hati di kawasan Istana, terkecuali Istana utama di mana hanya orang-orang berkepentingan sajalah yang bisa masuk.
Usher ingat, dulu dia dan anak-anak manusia serigala sering bermain bersama di hutan Istana. Mereka kerap berlarian dan melihat-lihat kekayaan alam yang ada di sana. Beragam jenis hewan dan tumbuhan seringkali membuat mereka menjadi terkesima.
Namun, Usher tak yakin bila dirinya dan Vione di masa lalu sedang bermain-main saat ini. Ekspresi keduanya menjadi pertanda yang amat jelas. Jadilah dia mencoba untuk mengingat dan mendadak saja bola matanya membesar.
Seharusnya Usher menyadari bahwa bukan tanpa alasan mengapa dirinya terlempar ke masa itu. Sebabnya adalah Vione dan dirinya nyaris tenggelam di danau.
"Berhenti mengikutiku, Usher. Aku ingin sendiri."
Suara Vione kecil membuyarkan lamunan Usher. Jadilah fokus matanya kembali tertuju pada Vione dan Usher kecil. Dia harus memastikan mereka tidak terluka.
"Aku tidak akan mengikutimu kalau kau tidak menjauhiku," balas Usher kecil sembari menghampiri Vione kecil. Langkahnya cepat dan lebar. "Kau selalu seperti ini. Kau selalu pergi bila dirundung mereka. Padahal aku sudah berulang kali mengatakannya padamu, temui aku. Aku pasti akan—"
Tiba-tiba saja Vione kecil menjatuhkan diri di tanah. Dia duduk dan menenggelamkan wajah di lutut. "Aku tak mungkin menemuimu. Mereka akan semakin merundungku kalau tahu aku mengadu padamu."
Usher kecil tertegun, agaknya tak mengira kalau Vione akan benar-benar menangis. "Vi-Vione, maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk memarahimu. Aku hanya—"
"Lagi pula apa kau tahu? Mereka semakin gencar merundungku karena tahu kita berteman."
Usher kecil tergugu, tak bisa menjawab. "Aku pikir—"
"Mereka berpikir kalau aku sengaja memanfaatkan kisah menyedihkanku untuk mengambil simpatimu, Usher."
"Tidak," ujar Usher kecil menggeleng. Lalu dia pun turut duduk di tanah untuk menenangkan Vione kecil. "Kau sama sekali tidak melakukan itu. Lagi pula tidak ada hubungan antara pertemanan kita dengan keluargamu. Selain itu, aku memang akrab dengan Hilary dan Addy bahkan sebelum kau ada."
Vione kecil memejamkan mata sehingga air matanya pun semakin menderas. "Namun, aku bukanlah putri kandung mereka. Aku hanya anak angkat yang tak diketahui asal-usulnya. Aku ditemukan di hutan, Usher. Jadi ...."
"Jadi, apa?" desak Usher kecil dengan wajah memerah. "Itu tidak penting. Mereka menyayangimu dan semua orang di Istana juga menyayangimu."
Vione kecil tak bisa lanjut berkata-kata. Ucapan Usher kecil memang benar. Orang-orang menyayanginya, bahkan kedua orang tua Usher yang merupakan alpha dan luna pun menyayanginya. Namun, dia tetap tak bisa mengabaikan fakta bahwa ada anak-anak nakal yang selalu saja berusaha membuatnya bersedih.
"Sudahlah. Kau tak perlu memikirkan perkataan mereka. Jangan bersedih," ujar Usher kecil sembari memutar otak. Lalu diedarkannya pandangan ke sekeliling dan jadilah matanya membesar dengan binar-binar. "Vione, karena kita sudah pergi sejauh ini, bagaimana kalau kita bermain di danau sebentar? Kau tahu bukan? Kabarnya ada bunga teratai yang akan mekar minggu ini."
Vione kecil tak yakin itu adalah ide bagus. Namun, yang mengajaknya adalah Usher, calon alpha Kawanan Frostholm. Terlepas betapa pun baiknya sikap Usher kepadanya mungkin tak sepatutnya dia menolak ajakan tersebut.
Pada akhirnya Vione kecil membuang napas, lalu mengangguk. "Ayo."
Usher kecil tersenyum dan segera meraih tangan Vione kecil. Diajaknya Vione beranjak dari sana. Mereka pergi menuju sisi tenggara hutan dan tak butuh waktu lama untuk keduanya melihat danau itu dari kejauhan.
Vione kecil mengerjap. Sesuatu menarik perhatiannya. Jadilah Usher kecil bertanya sembari melihat ke arah mata Vione kecil memandang.
"Ada apa?"
Langkah Vione kecil terhenti. Dia terus memandang ke satu titik dengan kerutan di dahi. "Kupikir, tadi aku melihat seseorang di sana."
"Siapa?" tanya Usher kecil sembari menyipitkan mata. Dicobanya untuk menajamkan indra penglihatannya, tetapi tak ada yang terlihat. "Aku tak melihat siapa pun."
Vione kecil diam. "Apakah aku salah melihat?"
"Kuyakin, itu adalah rusa kecil yang kemarin hampir masuk ke dalam perangkap anak-anak nakal itu."
Sepertinya Vione kecil tak setuju. Sebabnya bayangan yang sempat dilihat olehnya tampak menyerupai siluet manusia dewasa. Namun, dia pun memutuskan untuk tak memikirkannya. Jadilah dia berkata. "Mungkin aku memang salah melihat."
Perjalanan Vione dan Usher kecil berlanjut. Kaki mereka dengan lincah menapak di jalan setapak bebatuan. Dilewati oleh mereka barisan semak-semak yang menguarkan aroma segar. Lalu tibalah mereka di danau yang dituju.
Kesiap kagum tak mampu ditahan Vione kecil tatkala melihat kebenaran dari perkataan Usher kecil. Ada bunga teratai cantik bewarna-warni yang tengah mekar.
Usher kecil tersenyum. "Bagaimana? Apa yang kukatakan benar bukan?"
"Ya," jawab Vione kecil dengan amat semringah. "Bunga teratai itu cantik sekali. Kau tahu? Ini adalah pertama kalinya aku melihat bunga teratai secara langsung."
Sesuatu membuat Usher kecil bertanya. "Sebelumnya tak pernah?"
Vione kecil menggeleng. "Tidak. Lagi pula baru belakangan ini aku bermain-main di hutan belakang Istana."
"Oh." Usher kecil melirih singkat sembari manggut-manggut. Lalu mendadak saja dilihatnya ada semua perahu dayung yang tertambat di pinggir danau. Jadilah muncul ide di benaknya. "Vione," panggilnya sembari meraih tangan Vione kecil. "Apakah kau mau melihatnya lebih dekat lagi?"
"Apa maksudmu, Usher?"
Usher kecil menunjuk perahu dayung itu. Jadilah wajah Vione kecil berubah.
"Bagaimana menurutmu?"
Vione kecil mendeham sejenak. "Sepertinya itu bukan ide bagus, Usher."
"Itu ide bagus, Vione," ujar Usher kecil sebaliknya, penuh dengan semangat. Digenggamnya jemari Vione kecil. "Kita hanya bermain sebentar. Jadi, kau tak perlu khawatir. Selain itu aku berjanji." Dia tersenyum dengan penuh kesungguhan. "Aku akan selalu menjagamu."
Keragu-raguan di wajah Vione kecil menghilang. Sejenak, dia terpana akan janji Usher kecil dan setelahnya barulah dia mengangguk.
Senyum Usher kecil sontak berubah menjadi sorak penuh semangat. Vione kecil pun refleks menjerit gembira. Mereka berlarian dan sesekali melompat-lompat kegirangan.
Keduanya bergegas. Usher kecil melepaskan tali yang menambat perahu sementara Vione kecil memastikan bahwa dayung ada di dalam perahu. Dinaikilah perahu dayung itu oleh mereka dengan penuh kehati-hatian dan ekspresi senang benar-benar terpancar tatkala mereka telah berada di tengah-tengah danau.
Senyum riang gembira menghiasi wajah Vione kecil. Dia tampak begitu senang sehingga tanpa sadar diulurkannya tangan dan jari-jemarinya terentang, mencoba untuk menjangkau daun teratai yang terdekat dengannya.
Hal tersebut tak luput dari pengamatan Usher kecil. Jadilah dia mengerahkan tenaga dan mendayung dengan penuh semangat. Niatnya adalah ingin membawa Vione kecil sedekat mungkin dengan teratai-teratai itu.
Dayung terus bergerak. Dibelahnya air sehingga terasa getaran yang merambati tangan Usher kecil. Perahu pun meluncur dengan kecepatan yang semakin meningkat.
Kegembiraan Vione kecil semakin menjadi-jadi tatkala perahu semakin mendekati teratai. Jadilah dia semakin bersemangat untuk menyentuh bunga teratai itu hingga sebuah suara janggal menjeda keinginannya.
Kegembiraan mereka terhenti oleh suara kayu terpatah. Vione kecil berpaling dan didapatinya Usher kecil berhenti mendayung.
"U-Usher."
Usher kecil dengan cepat mengamati keadaan perahu dan tatapannya tertuju pada dasar perahu, di mana air mulai merembes masuk melalui sebuah retakan yang terbentuk di bagian bawah perahu. Jadilah suasana riang berubah menjadi kepanikan dalam sekejap mata.
"U-Usher," panggil Vione kecil dengan suara terbata dan mencoba bangkit. "Bagaimana ini? Apa yang—"
"Vione! Jangan berdiri," cegah Usher kecil cepat memotong ucapan Vione kecil. Sebabnya, pergerakan Vione kecil membuat perahu berguncang dan jadilah air semakin cepat masuk ke dalam perahu. "Lebih baik kau duduk dan—"
Jeritan Vione kecil membuat mata Usher kecil sontak membesar. Peringatannya terlambat. Guncangan di perahu membuat keseimbangan Vione kecil goyah dan dia pun terjebur ke danau.
"Vione!"
Usher kecil membanting dayung di tangannya. Sekarang tak lagi dipedulikan olehnya bila perahu akan semakin cepat tergenangi air. Keselamatan Vione kecil adalah yang terpenting.
"U-Usher."
Vione kecil berusaha keras untuk memanggil Usher kecil di antara napas yang payah dan detak jantung yang berdegup kencang. Diulurkannya tangan, mencoba untuk meraih tangan Usher kecil, tetapi tak sampai.
Ketakutan menyergap Vione kecil. Tubuhnya semakin payah ketika bertahan agar tidak tenggelam. Tenaganya mulai terkuras dan ketika pandangannya mulai kabur karena air, dilihat olehnya Usher kecil melompat pula ke danau.
Vione kecil berusaha untuk mencegah. Dia menggeleng lantaran mengetahui bahwa Usher kecil pun tak bisa berenang sepertinya, tetapi tak ada guna. Usher kecil telah keburu menjeburkan diri demi menolongnya.
"Vi-Vione."
Suara Usher kecil terdengar sayup-sayup. Vione kecil berusaha untuk membalasnya, tetapi agaknya tenaganya benar-benar telah habis. Dia tak lagi bisa bersuara, juga bergerak.
Tangan Vione kecil yang semula terus terangkat demi menggapai apa pun mulai turun dengan perlahan. Demikian pula dengan tubuhnya yang tak ubah sedang ditarik air danau untuk menuju kegelapan.
Vione kecil memejamkan mata. Dia sudah berada di titik pasrah dan kala itu penyesalan pun menyusup ke dalam hatinya. Seharusnya dia tak membiarkan Usher kecil untuk tenggelam bersamanya. Maafkan aku, Usher.
Namun, takdir berkehendak lain. Di saat Vione kecil sudah putus asa maka tiba-tiba saja ada tangan yang menyambar tubuhnya dan juga Usher kecil.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top