Regretful Alpha 6
Semua sudah terlambat, tak ada yang bisa dilakukan oleh Usher. Sekarang dia hanya bisa termenung sembari melihat Vione yang tertidur di dalam pelukannya. Lantas disadari olehnya bahwa ada satu keegoisan di dalam dirinya yang justru bersorak dengan penuh gembira. Dia senang, dia bersuka cita, dia bahagia.
Usher benar-benar membenci diri sendiri. Dia telah membuktikan bahwa dirinya tak pantas untuk Vione, dia tak bisa menjaga Vione, dan sekarang yang terjadi adalah dia mengajak Vione untuk terjun ke dalam jurang secara bersama-sama.
Tak ada jaminan bahwa kembali ke masa lalu bisa mengubah semua. Peluang kegagalan masih tetap ada walau Usher berusaha sekuat tenaga. Jadi, tak sepatutnya dia berjudi dengan nyawa Vione. Dia telah memberikan penderitaan untuk Vione dan hal terakhir yang ingin dilihatnya adalah Vione meninggal karena dirinya.
*
Ini adalah pagi tercerah yang pernah Vione rasakan setelah berbulan-bulan lamanya, terlebih bila mengingat masa-masa ketika dirinya dikurung di dalam penjara bawah tanah, bahkan dia pun tak sering merasakan cahaya matahari ketika berada di goa persembunyiannya, kekhawatiran akan ditemukan oleh orang-orang Mireya membuatnya tak ingin mengambil risiko. Untuk itu adalah wajar bila senyum seketika merekah di wajah cantiknya bahkan sebelum dia benar-benar membuka mata.
Hal pertama yang dilihat oleh Vione ketika terbangun dari tidur adalah wajah Usher. Dia mendapati Usher memandangnya tanpa kedip dan jadilah wajahnya bersemu merah, merasa malu.
"Usher."
Usher menatap Vione dengan penuh kehangatan, persis seperti ingatan yang terus mengisi benaknya selama ini. Jadilah sekarang bukan hanya cahaya matahari pagi yang membuat perasaannya merasa damai, melainkan juga sikap Usher kepadanya.
Sekali, Usher mengerjap. Setelahnya, dia menundukkan wajah demi melabuhkan kecupan lembut di dahi Vione. "Selamat pagi."
Kala itu disadari oleh Vione bahwa ungkapan terbang hingga ke langit ketujuh memang benar adanya. Perasaannya melayang dan dirinya seperti telah meninggalkan bumi. Dia menghilang ke suatu tempat yang tak pernah terjamah oleh manusia lainnya. Hanya ada dirinya dan Usher di dalam kebersamaan.
Persis mimpi. Sebabnya, ada sebuah momen kehidupan di mana Vione tak pernah membayangkan bahwa dirinya dan Usher bisa kembali bersama. Namun, sekarang Usher kembali menjadi miliknya, hanya miliknya.
Bersamaan dengan itu maka bangkitlah naluri alamiah Vione dengan serta merta. Sisi tamak manusia di dalam dirinya pun mulai berkehendak. Dia tak ingin egois, tetapi bila bisa meminta maka hanya satu harapannya sekarang, yaitu Usher akan baik-baik saja. Sungguh, dia tak ingin kehilangan Usher untuk kedua kali.
Untungnya kekhawatiran Vione sedikit terbantahkan oleh fakta bahwa semakin hari keadaan Usher pun semakin membaik. Luka-luka di tubuhnya telah sembuh dan sekarang Usher fokus pada persiapan diri. Usher berlatih demi membangun kembali kekuatannya. Lalu pada saat itunya Usher menyadari sesuatu.
Usher tertegun dengan tangan yang mendekap dada kiri. Di bawah langit malam dan di tengah-tengah keheningan hutan, ditajamkannya indra. Dirasakan olehnya degup jantung yang teratur dan bersambut dengan geraman penuh semangat. Asalnya adalah jiwa serigalanya.
Sejatinya, Usher telah menyadari hal tersebut dari hari pertama dia sembuh dari kematian. Kala itu dia membuka mata dan dirasakan olehnya ada dua degup yang terus berdetak di dadanya.
Jiwa serigala yang telah terkungkung dan mati, kembali lagi. Usher tak tahu bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi. Secara logika, itu mustahil. Namun, ternyata keajaiban kembali mengejutkannya.
Usher tak mampu mengungkapkan betapa bahagianya dia kala itu. Jadilah dia berjanji pada jiwa serigalanya. Apa pun yang terjadi, kita akan memperbaiki semuanya.
Sementara itu Vione yang terus mendampingi Usher ketika berlatih tak berhenti dalam memberikan dukungan dan motivasi. Terus disuarakannya semangat tanpa lalai sedikit pun akan keadaan Usher. Sebabnya, masih ada kekhawatiran di benaknya sehingga dia tak akan luput untuk memohon pada Dewi Bulan agar Usher kembali kuat seperti sediakala.
Harapan itu terus Vione doakan di setiap hari, tak ubah penguat untuk dirinya mengingat waktu terus berputar dan hari berganti tanpa disadari. Malam yang kemarin dihiasi oleh bulan sabit pun terlah bertukar dengan malam penuh cahaya magis bulan purnama.
Waktunya telah tiba. Vione bersama-sama dengan Usher, Ayla dan Rowena bersiap. Di tengah malam itu, mereka pergi ke sisi terpencil hutan Amerotha. Tujuan mereka adalah sebuah air terjun yang keberadaannya tak banyak diketahui oleh khayalak ramai, bahkan termasuk oleh Kawanan Frostholm.
Langkah Vione melambat seiring semakin dekatnya mereka pada air terjun tersebut. Samar, di dahinya muncul kerutan. Dipandanginya keadaan sekitar dan lalu ditatapnya lekat air terjun itu dengan perasaan aneh, semacam familier.
"Sejak bertahun-tahun yang lalu, Kawanan Frostholm dan penyihir memiliki hubungan baik. Semua bermula ketika terjadi kekacauan yang membuat kita harus saling bekerja sama dan air terjun inilah yang menjadi saksi bisu untuk sejarah tersebut."
Suara Rowena mengalihkan berhasil menarik perhatian Vione. Jadilah dia mengerjap dan refleks melihat pada Rowena. Tampak olehnya Rowena berdiri tepat di depan air terjun tersebut.
"Kami menyebut air terjun ini dengan nama Air Terjun Mystoria," lanjut Rowena sembari menengadahkan kepala. Dicobanya untuk terus melihat ke atas, menuju pada puncak tertinggi air terjun, tetapi pandangannya terbatas oleh kabut pekat. "Inilah yang akan menjadi pintu penghubung antara masa sekarang dan masa lalu."
Kala itu tak ada satu pun yang menanggapi ucapan Rowena. Semua diam dengan perasaan berkecamuk. Sebabnya, mereka menyadari bahwa waktu untuk Usher pergi telah tiba.
Rowena membuang napas sembari mengalihkan pandangannya dari Air Terjun Mystoria. Kali ini ditatapnya Ayla, Usher, dan Vione secara bergantian, seolah dia tengah memberikan waktu dan kesempatan terakhir untuk mereka berpikir.
"Bagaimana?" Rowena melayangkan pertanyaans sesaat kemudian. Sekarang tatapannya tertahan pada Usher. "Apakah kau sudah bulat dengan keputusanmu, Alpha? Kau tidak akan mundur?"
Usher membuang napas dengan kesan berat. Sejenak sebelum dijawabnya pertanyaan itu, dia menoleh pada Vione. Bisa dilihat olehnya sorot pengharapan di mata Vione, bisa dirasakan olehnya kobaran semangat yang terus Vione berikan padanya. Jadilah dia tak memiliki alasan lagi untuk mundur. "Keputusanku sudah bulat, Rowena. Aku akan kembali ke masa lalu dan mengubah semuanya," ujarnya dengan penuh tekad. Sekarang hanya itulah satu-satunya yang bisa dilakukan olehnya untuk Vione. "Kuharap, kau membantuku."
"Tentu saja dan untuk itu, kau harus menyadari sesuatu Alpha, yaitu aku hanya bisa membantu. Semua yang terjadi nantinya tergantung pada dirimu sendiri. Kau yang memiliki kendali sepenuhnya untuk semua itu. Apakah kau mengerti?"
Usher mengangguk. "Aku mengerti, Rowena."
"Pada dasarnya, hanya satu hal yang kau perlukan untuk mengubah masa lalu. Kau harus memiliki keteguhan hati yang tak tergoyahkan dan untuk itu ...," lanjut Rowena sembari menarik napas sesaat. Lalu dilihat kembali olehnya air terjun sebelum kembali menatap Usher. "... portal waktu di balik air terjun akan membawamu kembali ke masa yang kau inginkan. Kau tidak boleh goyah sedikit pun, Alpha. Bila tidak maka kemungkinan terburuknya adalah kau terjebak selama-lamanya di masa lalu."
Pertaruhan yang besar, tetapi Usher tidak gentar. Ditunjukkan olehnya tekad yang kuat.
"Selain itu, satu hal penting lainnya adalah kau harus terikat di dua masa."
Ucapan membingungkan Rowena menarik pertanyaan spontan Ayla. "Apa maksudmu, Rowena?"
"Maksudku adalah Alpha harus memiliki penyeimbang di masa sekarang dan masa lalu. Ketika dia pergi ke masa lalu maka itu tak ubah dirinya tengah berada di tengah-tengah kenyataan, dia terjebak di antara dua dimensi waktu. Jadi, dibutuhkan keseimbangan agar kedua dunia tetap stabil dan harmonis."
Usher menggeleng samar. "Aku tak yakin mengerti apa maksudmu, Rowena? Jadi, apa yang harus kulakukan untuk memastikan keseimbangan itu tetap terjaga?"
Tak langsung menjawab pertanyaan tersebut, nyatanya Rowena merogoh saku dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Dilihatnya kotak itu untuk sesaat sementara jemarinya meremas seolah dirinya membutuhkan kekuatan untuk bicara kembali.
"Kau dan masa sekarang telah terhubung berkat ikatan berpasangan kalian, Alpha, dan selanjutnya yang kau butuhkan adalah penghubung di masa lalu. Dengan kata lain, kau harus menemui Vione di masa lalu dan memberikannya ini. Masing-masing dari kalian harus mengenakan kalung ini."
Kotak kecil itu berpindah tangan. Usher menyambutnya dengan perasaan yang tak mampu dijabarkan dengan kata-kata. Ada kesan aneh yang membuatnya sontak menahan napas ketika membuka kotak kecil tersebut, lalu melihat isi di dalamnya.
Bola mata Usher seketika membesar. Demikian pula dengan Vione yang turut melihat, dia bahkan refleks berkata.
"Kalungku."
Rowena berpaling dengan bingung. "A-apa kau bilang, Luna?" tanyanya ingin memastikan. "Kalungmu?"
"Ya, itu kalungku. Aku kehilangannya ketika melarikan diri dari penjara bawah tanah Kawanan Frostholm. Aku sudah berusaha mencarinya di hutan, tetapi aku tak menemukannya," jawab Vione dengan kebingungan yang serupa. Tanda tanya berputar-putar di dalam kepala, bagaimana bisa kalung itu berada di tangan Rowena? Hal itu terlihat mustahil dan jadilah dia berpaling pada Usher. "Apakah kau tak ingat, Usher? Kau memberikan kalung itu padaku, tepatnya di malam setelah kita bertengkar karena Mireya."
Usher tertegun dengan otak yang berpikir. Tak dipungkiri olehnya bahwa penyebab keterkejutannya ketika melihat kalung itu adalah karena dia ingat betul, itu adalah kalung Vione, juga kalung yang persis dikenakan pula oleh pria itu—sepasang .
Ingatan masa lalu terbuka di dalam kepala Usher dan sekarang, pertanyaan Vione membuat jantungnya seolah tak berdetak lagi. Bila Vione bersikeras mengatakan bahwa dia yang memberikan kalung itu padanya maka bukankah itu berarti dia di masa lalu telah salah paham terhadap diri sendiri?
Usher memejamkan mata. Dicobanya untuk tetap tenang walau kebingungan semakin menjadi-jadi sehingga membuat kepalanya terasa pening.
Di lain pihak, mendengar penuturan Vione maka membuat seulas senyum tipis muncul di wajah Rowena. Dikatakan olehnya. "Setiap hal memang akan kembali pada pemiliknya."
"Apa maksudmu, Rowena?" tanya Usher kemudian. Dilihatnya kembali sepasang kalung yang berada di dalam kotak kecil itu. "Aku tak mengerti."
"Aku pun tak mengerti akan apa yang tengah terjadi, Alpha. Semua adalah misteri dan hanya portal waktu di balik Air Terjun Mystoria yang akan menuntunmu untuk menemukan jawaban tersebut. Semakin cepat kau melewati portal waktu maka kemungkinan kau menemukan jawaban akan semakin cepat pula."
Usher mengerti. Lalu dia mengangguk. "Baiklah. Aku akan masuk sekarang juga."
"Baik, Alpha, dan pastikan bahwa Vione di masa lalu akan terus mengenakan kalung itu tak peduli apa pun yang terjadi."
Sontak saja Usher dan Vione saling bertatapan. Agaknya mereka saling mengerti bahwa itulah yang nantinya akan terjadi, Vione akan terus mengenakan kalung itu tak peduli apa pun yang terjadi.
Rowena beranjak tepat ke depan air terjun setelah memastikan bahwa Usher telah mengerti sepenuhnya. Mata memejam dan bibirnya mulai bergerak samar. Dibacanya mantera kuno sehingga alam sekitar pun bereaksi seketika.
Angin yang semula tenang berubah menjadi berdesir. Jadilah daun-daun berguguran. Gemuruh mulai terdengar ketike gemericik air terjun yang semula syahdu berubah menjadi menderu.
Rowena dalam keadaan konsentrasi penuh. Pikirannya tenang dan terkendali. Napasnya teratur bahkan di tengah-tengah gempuran udara yang mulai berontak.
Mantera Rowena memanggil kekuatan kuno yang selama ini tertidur. Kata-kata yang diucapkannya memenuhi udara dan menimbulkan getaran magis yang terasa di seluruh hutan. Lantas timbullah cahaya biru keemasan yang memancar perlahan dari air terjun, membentuk lingkaran berputar-putar di tengah air yang jatuh dengan gemuruh. Portal waktu yang telah lama tersembunyi mulai terbuka.
Mata Vione, Usher, dan Ayla sama-sama membesar tatkala melihat pemandangan magis itu. Mereka terkesima sementara di lain pihak, Rowena bergeming. Dia terus membaca mantera dan memusatkan seluruh energinya agar portal waktu tetap terbuka. Begitu mantera selesai, barulah dia membuka mata dan turut memandang portal waktu yang tampak berkilauan dengan cahaya terangnya yang memikat.
"Alpha," ujar Rowena setelah menarik napas dalam-dalam. Lalu dia berpaling pada Usher. "Inilah waktumu untuk pergi."
Usher tertegun. Tak dibalasnya ucapan Rowena ketika disadari olehnya ada Vione yang menggenggam jemarinya dengan amat kuat.
Vione tahu, keputusan untuk kembali ke masa lalu lebih dikarenakan desakannya. Jadi, harusnya dia tak merasa berat untuk melepaskan kepergian Usher. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Untuk itu maka Ayla pun bertindak. Diraihnya tubuh Vione dengan lembut sehingga genggaman itu terlepas.
Usher tak mengatakan apa-apa, tetapi sorot matanya telah menjanjikan banyak hal kepada Vione. Aku akan kembali, Vione. Tak peduli apa pun yang terjadi, aku akan selalu kembali padamu.
Vione mencoba untuk menahan tangis. Di balik kesedihan, dia mencoba untuk tersenyum, lalu menganggu. Aku tahu, kau akan selalu kembali padaku. Jadi, jangan biarkan aku menunggu terlalu lama.
Usher bersiap. Dikuatkannya tekad untuk melewati portal waktu dan hal terakhir yang didengarnya sebelum lorong panjang menggulung tubuhnya adalah.
"Ingat, Alpha! Jangan sampai kau dan dirimu di masa lalu saling mengetahui. Bila itu terjadi maka keseimbangan waktu dan ruang akan terganggu. Hanya satu Alpha yang akan bertahan."
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top