Regretful Alpha 32

Usher masa lalu tak pernah merasa seburuk ini hingga yakin bahwa kata lemah dan menyedihkan tidak cukup mampu untuk menggambarkan keadaannya. Dia kehilangan banyak berat badan, tubuhnya menjadi kurus, dan parahnya, dia benar-benar tak berdaya. Bahkan untuk sekedar berjalan pun dia harus bersusah payah, persis seperti seorang pesakitan yang hanya tinggal menunggu waktu untuk pergi dari dunia.

Kegagahan dan keagungan yang selama ini melekat pada Usher masa lalu seolah lenyap tanpa sisa sama sekali, hilang tanpa jejak sedikit pun. Sosoknya yang dulu penuh semangat dan kekuatan telah tergantikan oleh seseorang yang bahkan tak mampu dikenali oleh dirinya sendiri.

Wajah pucat dan mata cekung, pantulan di cermin membuat Usher masa lalu bertanya pada diri sendiri. Bagaimana dia bisa menjadi begitu memprihatikan?

Anehnya, menurut Scott, dia tak apa-apa. Tak ada yang salah dengan kesehatannya. Semua pemeriksaan menunjukkan bahwa dia tidak sakit, dia sepenuhnya sehat. Lantas hal melegakan yang seharusnya membuatnya tenang justru menghadirkan kekhawatiran. Sebenarnya apa yang tengah terjadi padaku?

Usher masa lalu terus bertanya-tanya pada diri sendiri. Bahkan ketika dia merebahkan tubuhnya yang ringkih di tempat tidur, tetap saja pertanyaan itu berputar-putar di dalam kepala. Namun, tak ada jawaban yang didapatkannya.

Pada akhirnya, Usher masa lalu menyerah. Lelah yang menjajah tubuhnya semakin tak tertahankan lagi. Dia ingin beristirahat dan dicobanya untuk menyingkirkan semua kebingungan. Pikirnya, masih ada hari esok untuk mencerna semua yang terjadi.

Sayangnya, Usher masa lalu merasakan kepalanya penuh tepat setelah dua detik dia memejamkan mata. Dia belum tidur, dia sedang mencoba untuk tidur, tetapi pikirannya benar-benar riuh. Alhasil dia pun tak tenang, dia meronta dalam kebisingan suara yang terus memenuhi benaknya.

"Anjing yang lucu bukan?"

"Kau tak apa-apa, Vione? Oh, Tuhan. Kau membuatku ketakutan."

"Usher? Kau tak mendengar perkataanku?"

"Aku mencintaimu, Vione."

"Terima kasih, Usher. Terima kasih karena selalu bersamaku."

"Kau tak membutuhkan cakar, Vione. Aku akan selalu menjagamu."

Usher masa lalu mengerang. Kedua tangannya naik, lalu meremas rambut.

"Kumohon, Usher. Bertahanlah. Kumohon. Bertahanlah untukku."

"Aku merindukanmu, Vione."

"Ingat, Alpha! Jangan sampai kau dan dirimu di masa lalu saling mengetahui. Bila itu terjadi maka keseimbangan waktu dan ruang akan terganggu. Hanya satu Alpha yang akan bertahan."

"Itu berbahaya, Usher. Kau memang selamat kali ini, Usher, tetapi tak ada jaminan untuk selanjutnya. Kau bisa saja terluka dan nyawamu bisa terancam."

"Kemungkinanku untuk gagal memang ada, tetapi itu artinya aku pun memiliki kemungkinan untuk berhasil. Untuk kemungkinan itulah aku akan mencobanya, Rowena."

Mata Usher masa lalu membuka nyalang dengan serta merta. Napasnya memburu sementara keringat sudah membasahi sekujur tubuh. "Apa itu? Aku ...."

Usher masa lalu kembali memejamkan mata ketika nyeri tak terkira menghantam kepalanya. Sakitnya benar-benar tak terkira dan kala itu, ketika dia mencoba untuk bertahan maka ada hal lain yang dipertanyakannya. "Apakah aku bermimpi?"

Mungkin ya, mungkin juga tidak. Usher masa lalu justru ragu akan kemungkinan tersebut. Sebabnya, semua kilasan-kilasan itu terasa amat nyata. Persis seperti semua itu terjadi padanya, tetapi tidak.

Usher masa lalu menggeleng berulang kali. Itu bukanlah kenyataan. Dia tak merasa pernah berada di situasi dan kejadian itu. Namun, mengapa rasanya amat nyata? Bahkan dia bisa merasakan semua emosi yang menyertai setiap kilasan-kilasan tersebut. Di antaranya ada penyesalan, tekad, rasa putus asa, dan juga kerinduan yang amat dalam.

Wajah Vione kembali muncul di dalam benak Usher masa lalu. Berikut dengan air mata dan rintihan yang membuat jantungnya berdenyut dalam ribuan nyeri mematikan.

"Apakah kita tak bisa mengakhiri semuanya cukup sampai di sini, Usher? Bagaimana kalau kita lupakan semuanya, Usher? Mengapa kita tak menjalani hidup baru kita dimulai dari sekarang? Bisakah kita melakukannya? Kumohon."

"Maafkan aku, Vione. Kau lebih tahu dari siapa pun betapa aku mencintaimu, Vione. Satu keinginanku sedari dulu adalah hidup bersamamu dalam suka dan duka. Jadi, percayalah. Aku sangat ingin menjalani hidup baru bersamamu, tetapi aku tak bisa."

"Aku akan selalu menunggumu. Tak peduli di masa sekarang atau di masa lalu, aku akan selalu menunggumu. Jadi, kembalilah padaku."

Sesak datang. Usher masa lalu megap-megap, nyaris tak bisa bernapas di bawah himpitan kilasan-kilasan emosional yang berputar di dalam kepala. Lubang hitam menganga di dalam diri dan dia terisap ke dalamnya. Lalu dia tersentak.

"Usher."

Satu suara membuyarkan semua pemikiran dari benak Usher masa lalu. Dia membuka mata dan membelalak ketika mendapati ada seorang pria yang berada di kamarnya.

Usher masa lalu bangkit, lalu turun dari tempat tidur. Matanya membesar. "Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?" Dia berpaling ke arah pintu. "Garth! Kau—"

Ucapan Usher masa lalu terputus bersamaan dengan tubuhnya yang terdorong ke belakang hingga membentur dinding. Dia mengerang sakit dan sesaat kemudian menyadari bahwa dirinya telah terkurung.

Erangan berubah menjadi geraman. Usher masa lalu mencoba untuk melepaskan diri, tetapi tak bisa. Tubuhnya yang lemah dan tenaganya yang tak seberapa bukanlah tandingan kekuatan pria itu. Selain itu, ada keanehan yang membuatnya semakin tak mampu berbuat apa-apa, yaitu rasa panas yang menjalari sekujur tubuhnya. Dia nyaris terpanggang dan yang terparah adalah di lehernya, tepatnya pada tato tanda alpha yang benar-benar tampak seolah menyala di dalam keremangan lampu kamar.

Usher masa lalu menggertakkan gigi demi menahan semua kesakitan itu, kemudian mendengkus kasar. Emosi bergumul di dalam dadanya, perpaduan antara kemarahan dan rasa malu. Dia tak terima karena bisa dilumpuhkan begitu saja oleh seorang pria yang tak dikenal.

Emosi Usher masa lalu terjeda dengan tiba-tiba. Sekarang, kemarahannya tergantikan oleh kebingungan. Jadilah dahinya mengerut dan ditatapnya pria itu sembari bertanya di dalam hati. Siapakah dia? Bagaimana dia bisa memasuki kamarku? Apakah aku mengenalnya?

Usher masa lalu membantah pertanyaan terakhir ketika melihat masker yang dikenakan oleh pria itu. Sebabnya, bila mereka saling mengenal maka sudah sepatutnya pria itu tak akan menutupi wajahnya. Pria itu tak akan menutupi wajahnya bila dia tak memiliki tujuan buruk.

Dugaan Usher masa lalu menimbulkan beragam kemungkinan buruk. Tebaknya, pria itu adalah seorang penyusup. Pria itu adalah mata-mata dari kawanan lain yang berniat ingin mengambil kesempatan di saat dirinya tengah sakit.

Anehnya, ada sesuatu di diri Usher masa lalu yang membantah hal tersebut. Firasatnya mengatakan bahwa pria itu tak berniat jahat padanya.

Firasat tersebut mendorong Usher masa lalu untuk mengangkat wajah. Ditatapnya mata pria itu dan lalu keanehan lain membuatnya tertegun.

Usher masa lalu mengerjap. Dicobanya untuk fokus ketika dikiranya bahwa beberapa detik yang lalu dia seolah melihat cermin. Dia seolah melihat pantulan diri sendiri di mata pria itu, dia seolah tengah melihat diri sendiri.

Tubuh Usher masa lalu menjadi dingin. Bulu kuduknya meremang. Dia nyaris limbung di dalam kebingungan hingga memutuskan untuk bertanya. "Siapa kau? Apa yang kau inginkan?"

*

Usher jelas menyadari bahwa tindakannya kali ini adalah risiko di atas risiko. Bisa dikatakan bahwa ini adalah risiko terbesar yang mungkin tak seharusnya dia ambil. Sayangnya ketakutan telah berhasil membuatnya putus asa. Dia tak bisa berbuat apa-apa, harapannya memudar, tak ada jalan keluar yang tersedia. Alhasil, di sinilah dia berada sekarang—kamar Usher.

Tak ada siapa pun di saja selain mereka berdua. Hanya ada mereka, yaitu Usher dan Usher masa lalu yang secara logika adalah satu orang yang sama.

"Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

Usher tak akan membiarkan Usher masa lalu merusak satu rencana terakhir yang dimiliknya. Maka dia pun langsung bertindak ketika dilihat olehnya gelagat Usher masa lalu yang ingin memanggil Garth. Dia segera mendorong Usher masa lalu di dinding dan itu bukanlah hal sulit untuknya. Sebaliknya, itu adalah hal yang teramat mudah mengingat Usher masa lalu dalam keadaan yang benar-benar lemah.

Walau demikian bukan berarti Usher masa lalu akan menyerah begitu saja. Dia masih mencoba untuk melepaskan diri hingga rasa lemahnya semakin menjadi-jadi dan membuatnya tak berkutik.

Usher masa lalu menatap Usher dengan lekat. "Siapa kau? Apa yang kau inginkan?"

"Kau tak perlu tahu siapa aku," jawab Usher sembari berusaha menyembunyikan suara aslinya. "Selain itu, aku tak menginginkan apa-apa, melainkan aku ingin memperingatkanmu akan satu hal."

"Memperingatkanku akan satu hal?" Kebingungan tercetak nyata di wajah Usher masa lalu. "Apa maksudmu? Memperingatkanku akan apa?"

Usher mengunci kedua tangan Usher masa lalu dengan kuat, lalu berkata tepat di depan wajahnya. "Situasi kawanan sedang tidak baik. Kau harus segera bertindak atau kalau tidak maka semua akan hancur. Kawanan akan hancur. Keluargamu akan hancur. Kau akan kehilangan semua, selain penyesalan."

Mata Usher membesar. "Apa kau bilang?" tanyanya dengan suara bergetar yang menyiratkan rasa tak terima. "Situasi kawanan sedang tidak baik." Dia menggeleng. "Sepertinya aku yang harus memperingatkanmu, jangan asal bicara."

Usher mengatupkan mulut rapat-rapat. Dia menggeram hingga dadanya bergetar. "Aku tidak asal bicara. Kau harus tahu yang sebenarnya bahwa Kawanan sedang menuju jurang kebinasaan. Kau harus tahu bahwa ada orang-orang yang menginginkan kehancuran Kawanan Frostholm."

"O-omong kosong apa yang sedang kau bicarakan?" Usher masa lalu meneguk ludah yang terasa menggumpal di pangkal tenggorokan. Lalu dia menggeleng. "Tidak ada hal buruk yang terjadi pada Kawanan. Semua baik-baik saja dan kalaupun ada sesuatu maka Garth pasti akan melaporkannya padaku."

"Garth ingin melakukannya. Dia berulang kali ingin melaporkan semua yang terjadi, tetapi tidak bisa," tandas Usher cepat dengan geram yang tak tertahankan. "Apa kau tahu penyebabnya?" Dia meringis tertahan dan tak menunggu jawaban jawaban Usher masa lalu. "Penyebabnya adalah Mireya. Dia selalu berusaha menjauhkanmu dan Garth. Dia tak akan membiarkan Garth berada di sisimu."

Usher masa lalu terdiam, persis melongo. Lalu matanya menyipit ketika menatap Usher dengan sorot tak percaya. "Berani-beraninya kau memfitnah Mireya. Kau—"

"Aku tak memfitnah Mireya. Aku mengatakan yang sebenarnya!" potong Usher sambil mengerang putus asa. Emosinya mulai tersentil. Kesabarannya mulai terpojok oleh kekhawatiran akan gagalnya rencana itu. "Sebaliknya, Mireya akan memfitnah Garth. Untuk itu kuharap kau tidak mempercayai ucapan Mireya. Apa pun yang terjadi, jangan pernah meragukan Garth atau kau akan menyesal."

Semua penjelasan itu menciptakan kebingungan-kebingungan yang bergumul di benak Usher masa lalu. Dia tak percaya, tetapi Usher kembali berkata.

"Satu-satunya yang berbahaya di sini adalah Mireya. Kau jelas tahu bahwa semua menjadi kacau sejak kau bertemu dengannya. Kau berubah, kau tak lagi memedulikan Garth dan kawanan. Kau mengabaikan semua orang dan itu bukan kau, Usher. Kau tak akan pernah mengabaikan mereka."

Usher masa lalu mengerjap. Mulutnya menganga. Sesak yang sempat dirasakannya tadi kembali datang. Dia nyaris tak bisa bernapas. "K-kau."

"Satu hal yang harus kau ketahui. Keadaanmu saat ini, sakit yang tengah kau derita, adalah hasil perbuatan Mireya. Dia telah meracunimu dengan teh yang selalu diberikannya."

Usher masa lalu menggeleng dengan susah payah. "T-tak mungkin."

"Kau tak percaya padaku?" Usher meringis dan di luar kesadaran, dia lepaskan cengkeramannya pada pergelangan tangan Usher masa lalu. Sebagai ganti, dia cengkeram leher baju Usher masa lalu. "Kau ingin bukti?" Dia mengangguk berulang kali dengan mata yang berlinang. "Lihat ke dalam hatimu dan kau akan menyadari bahwa kau telah kehilangan hal terpenting di dalam hidupmu."

Usher masa lalu terdiam. Dia tak mengerti maksud Usher masa lalu. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya jadi membeku jiwa raga.

Wajah pucat Usher masa lalu semakin memucat. Sekarang, dia persis mayat yang tak lagi memiliki darah dan nyawa. Sebabnya, hanya ada kehampaan di dalam sana.

Usher masa lalu menggeleng samar. Tidak mungkin.

Hati Usher masa lalu kosong. Jiwanya hampa. Jiwa serigalanya telah mati.

Raungan Usher masa lalu menggelegar. Tubuhnya merosot dan terjatuh di lantai tanpa bisa dicegah oleh Usher. Gravitasi seolah menariknya untuk tenggelam dalam kubangan kepedihan yang tak pernah dirasakan selama ini.

Kesedihan menghantam Usher masa lalu dengan tak kira-kira. Kenyataan memilukan berhasil menamparnya dengan amat menyakitkan. Pada akhirnya, dia tersadar akan satu fakta yang terlewatkan selama ini. Bagaimana mungkin aku tak menyadarinya? Duniaku hampa, semua sunyi, dan aku merasa begitu lemah.

Air mata Usher berderai. Penyesalan tak terungkap kata membuatnya tak berdaya. Jadilah tangannya terkepal dan berniat ingin meninju lantai.

Usher menangkap kepalan tangan Usher masa lalu di waktu yang tepat. Dicegahnya Usher masa lalu dari keinginan menyakiti diri sendiri. "Ini bukan waktu yang tepat untuk menyesali yang terjadi, Usher. Karena kalau kau tidak segera bertindak maka kau akan kehilangan lebih banyak."

"A-aku." Usher masa lalu nyaris tak bisa bicara ketika air mata terus mengalir bersamaan dengan semakin membuncahnya semua rasa kesedihan. "Bagaimana mungkin aku tak menyadarinya? Apa yang harus kulakukan sekarang?"

"Dengarkan aku, Usher," ujar Usher sambil memegang wajah Usher masa lalu. Diangkatnya wajah Usher masa lalu sehingga mereka bisa bertatapan. "Pertama, kau harus memastikan Garth untuk selalu di sampingmu. Dia tahu harus melakukan apa untuk membantumu. Selain itu, kuharap kau bisa mengingat ini. Garth, Mama, dan Vione tidak akan pernah mengkhianatimu. Jadi, jangan sampai kita menyesal untuk kedua kali."

Rintihan Usher masa lalu terhenti seketika. Tangisnya terjeda. Satu keanehan lainnya membuat dia mempertanyakan hal tak masuk akal di dalam benak. Lantas dia pun menguatkan diri untuk mencari kebenarannya.

"Katakan padaku, apa tujuanmu sebenarnya? Mengapa kau melakukan ini semua?" tanya Usher masa lalu sambil menahan napas di dada. "Sebenarnya, siapakah kau?"

Usher diam sejenak, tak langsung dijawabnya pertanyaan Usher masa lalu. Sebaliknya, dia justru menatap Usher masa lalu dengan lekat. Setelahnya barulah dia berkata. "Aku melakukan ini semua agar kau tak perlu merasakan penyesalan yang kurasakan. Aku tak ingin kau merasakan rasa kehilangan seperti yang kurasakan. Jadi, percayalah padaku." Dia lalu melepaskan masker yang menutupi wajahnya. "Karena aku adalah kau."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top