Regretful Alpha 31
Masa lalu terulang kembali. Persis sama dan tak ada perbedaan sedikit pun. Ayla tetap mendapatkan penglihatan mengenai Phillip dan jadilah semua gempar. Kawanan menuntut Sidang Kejujuran untuk Mireya dan pengadilan untuk Vione masa lalu. Namun, bukan itu yang menjadi kekhawatiran Usher, melainkan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang mendorong dia untuk segera mengambil tindakan.
Hal pertama yang menjadi prioritas Usher adalah mencegah Vione masa lalu kabur dari penjara. Sebabnya, setelah beberapa saat setelah Mireya melahirkan maka Usher masa lalu akan mengalami koma dan Vione masa lalu yang begitu mencintai dirinya pun memutuskan untuk melarikan diri dari sana tanpa memedulikan apa pun.
Usher harus mencegah hal tersebut. Dia tak bisa membiarkan Vione masa lalu terjebak bahaya. Selain itu, dia hal terpenting yang menjadi alasan sehingga dia tak akan membiarkan Vione masa lalu kabur—sekalipun dia tahu bahwa Vione masa lalu akan baik-baik saja—adalah harapan agar fokusnya tak terpecah. Dia tak bisa terus mengawasi Vione masa lalu dan mengamati para pengingai Mireya yang mencoba untuk menemukan keberadaan Vione masa lalu sementara ada hal paling krusial yang harus dicegahnya agar tidak terjadi untuk kedua kali—kematian Garth dan Jemma.
Untuk itu Usher tak akan membuang-buang waktu. Diputuskannya untuk segera menemui Vione masa lalu sekalipun saat itu Usher masa lalu masih dalam keadaan baik-baik saja.
Mulanya, kedatangan Usher direspons Vione masa lalu dengan sikap acuh tak acuh. Dia diabaikan, persis seperti angin lalu. Namun, semua berubah ketika dia berkata. "Demi apa pun, Vione. Kali ini kumohon. Apa pun yang terjadi, jangan pernah tinggalkan penjara."
Vione masa lalu tersentak. Dalam kegelapan penjara bawah tanah, dia mencoba untuk menatap sepasang mata Usher. "Apa maksudmu?" tanyanya bingung. Dia bangkit dari duduk dan menghampiri Usher. "Bukankah selama ini kau selalu menyuruhku untuk pergi dari sini? Lalu, mengapa sekarang berubah?"
Usher meremas jeruji besi penjara. Di balik masker yang dikenakannya, dia menahan geraman. "Aku minta maaf. Kau benar, kau memang harus berada di penjara ini. Kalau kau kabur maka orang-orang yang menganggap bahwa kau memang bersalah, persis seperti perkataanmu dulu."
Vione masa lalu diam. Tak dibalasnya ucapan Usher. Sebaliknya, dia malah terus menatap Usher tanpa kedip. "Sebenarnya, siapakah kau?"
"Aku tak bisa memberitahukanmu identitasku, tetapi aku bersumpah. Aku melakukan ini semua adalah untuk kebaikanmu."
"Benarkah?" tanya Vione masa lalu sembari melangkah. Didekatinya Usher hingga mereka hanya terpisah oleh jeruji besi penjara. "Kalau kau memang sebaik itu kepadaku, lalu apa untungnya untukmu? Apa untungnya untukmu kalau aku baik-baik saja?"
Jemari Usher berhenti meremas jeruji besi penjara dan diraihnya pipi Vione masa lalu. "Tak ada yang lebih penting bagiku selain keselamatanmu, Vione." Ibu jarinya mulai mengusap. "Jadi, kumohon. Untuk kali ini saja, dengarkan perkataanku."
Di luar dugaan, Vione masa lalu menangkap pergelangan tangan Usher ketika dia bergumul dengan semua kekhawatiran dan ketakutan. Jadilah dia tersentak dan Vione masa lalu menggenggam tangannya dengan amat erat.
Vione masa lalu mengunci tangan Usher. "Katakan padaku, siapakah kau sebenarnya?" tanyanya dengan suara bergetar. Lalu semakin ditatapnya mata Usher. "Apakah kau ..." Dia menguatkan diri untuk menuntaskan pertanyaannya. "... adalah Usher?"
Usher membeku, terlebih ketika dilihatnya ada air mata yang mulai menggenangi kelopak mata Vione masa lalu. "Vione."
"Kau adalah Usher bukan?"
Usher menahan napas di dada. Ditekannya hasrat hati yang ingin memeluk Vione masa lalu. Dikuatkannya diri ketika menjawab. "Bukan. Aku bukan Usher."
"Bohong," tandas Vione tanpa ragu sama sekali. Lalu tangannya yang lain menunjuk pada sudut penjara. "Hanya Usher yang memedulikanku seperti ini. Hanya dia yang mengetahui setiap kesukaanku, obat yang bisa kuminum. Hanya dia yang akan membelaiku dengan ibu jarinya." Ucapannya terjeda oleh gejolak perasaan yang tak terbendung. Air mata pun menetes di pipi. "Hanya dia."
Usher tahu, dirinya tak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Jadi, dipaksakannya diri untuk bertindak. Dia enyahkan pergolakan yang terjadi di dalam hati, lalu melepaskan tangan dari genggaman Vione masa lalu. "Maafkan aku, Vione."
Setelahnya, Usher pergi. Dia berlari demi tak ingin goyah melihat Vione masa lalu yang jatuh di lantai berbatu penjara sembari menangis dengan amat menyedihkan. Di dalam hati, dia terus berkata. Maafkan aku, Vione. Kumohon, maafkan aku.
*
Hari terus berlalu. Usher tidak kaget sama sekali ketika Istana gempar karena Usher masa lalu yang tiba-tiba koma tanpa ada penyebab sama sekali. Sebaliknya, dia justru kaget ketika rekaman kamera pengawas menunjukkan bahwa Vione masa lalu kabur dari penjara bawah tanah.
Usher tak bisa tinggal diam. Diputuskannya untuk segera menolong Vione masa lalu dan untungnya, dia datang tepat waktu. Dia berhasil menyelamatkan Vione masa lalu dan membawanya ke goa terpencil yang tersembunyi di hutan Amerotha.
Itu adalah tempat teraman yang Usher yakini. Tak akan ada orang yang bisa menemukan Vione masa lalu mengingat betapa luasnya hutan Amerotha. Jadilah dia tak memiliki keraguan sedikit pun ketika meninggalkan Vione masa lalu yang sedang pingsan seorang diri di sana.
Usher memang tak tega, tetapi ada hal lain yang harus dilakukannya. Dia harus segera menemui Garth.
Pada waktu yang tepat, Usher berhasil mencegat mobil Garth dalam perjalanan menuju ke rumah Ayla. Namun, pertemuannya dan Garth bukanlah pertemuan yang mudah. Sebabnya, Garth langsung menudingnya.
"Kau!" seru Garth sembari mendekati Usher dengan langkah pasti. Matanya menatap Usher dengan sorot penuh kebencian. "Itu adalah kau yang menyebabkan keluarga Munest mendapatkan tuduhan keji. Kau yang membuat Vione harus dipenjara tanpa kesalahan sama sekali."
Tuduhan Garth berujung perkelahian. Usher tak bisa berbuat apa-apa. Dia tak bisa membela diri dan satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah melawan Garth sebisa mungkin.
Perkelahian berlangsung sengit. Usher mencoba untuk mengimbangi setiap serangan Garth tanpa berniat untuk menyakitinya sama sekali. Di lain pihak, Garth justru merasakan keanehan.
Fokus Garth terpecah. Usher tak melewatkan kesempatan itu. Ditangkapnya tinju Garth dan lalu dengan gerakan yang terarah, dia pun berhasil membekuk Garth.
"Lepaskan aku!" bentak Garth ketika Usher mendorong dan menekannya di kap mobil. Dia mencoba untuk melepaskan diri, tetapi tak bisa. "Lepaskan aku!"
Usher tak mengabulkan permintaan Garth. Sebaliknya, dia mengunci kedua tangan Garth di balik punggung dengan semakin kuat. Dienyahkannya setiap kesempatan untuk Garth bisa melepaskan diri. Lalu dia berbisik di telinga Garth. "Apa pun yang terjadi, jangan pernah kau menemui Ayla. Jangan pernah meminta obat penawar pada Rowena."
Rontaan Garth terhenti seketika. Dia membeku dan jantungnya seolah berhenti berdetak saat itu juga. Sebabnya, dari sekian banyak hal rumit yang memenuhi benaknya maka inilah hal yang paling membuatnya jadi bertanya-tanya. Bagaimana dia bisa mengetahuinya? Bagaimana dia bisa tahu bahwa aku berniat untuk menemui Ayla dan meminta obat penawar pada Rowen? Bagaimana dia bisa mengetahui itu semua?
Garth mengerjap dengan perasaan gamang. Diteguknya ludah yang terasa menggumpal di pangkal tenggorokan, lantas bertanya dengan suara yang amat rendah lantaran syok. "A-apa kau bilang?"
"Aku tahu rencanamu dan Jemma," lirih Usher dengan penuh penekanan. "Aku tahu niat baik kalian untuk mendapatkan obat penawar itu, tetapi ini bukanlah waktu tepat untuk melakukannya."
Tubuh Garth meremang. Jawaban Usher membuatnya semakin bingung karena dia dan Jemma merencanakan hal tersebut baru beberapa saat yang lalu. "Dari mana kau mengetahuinya?"
Usher menggeram hingga tanpa sadar membuat cengkeramannya pada pergelangan tangan Garth menguat. "Itu bukanlah hal penting, Garth. Terpenting sekarang adalah kau harus melakukan yang kukatakan. Tunda rencana kalian untuk menyembuhkan Usher."
Rasa sakit membuat Garth meringis tertahan. Namun, itu tak cukup menghentikannya untuk kembali memberontak ketika nama Usher masa lalu disebut. "Perhatikan kata-katamu! Kau tidak tahu siapa yang tengah kau bicarakan!"
"Aku tahu. Aku lebih tahu dari siapa pun mengenai orang yang tengah kubicarakan. Di antaranya adalah dia sangat memedulikanmu, Garth."
Garth menahan napas. "Apa maksudmu?"
"Bagi Usher, Alpha dari Kawanan Frostholm, kau adalah beta yang telah dianggapnya seperti saudara sendiri. Dia tahu, kau akan melakukan apa pun untuknya. Kau setia dan rela berkorban untuk kepentingannya. Namun, kau harus mengetahui sesuatu. Satu hal yang sangat ditakutinya adalah kehilanganmu. Dia tak bisa kehilangan cakar kelimanya."
Tuntas bicara maka Usher melepaskan cengkeramannya pada kedua tangan Garth. Dia mundur selangkah tanpa mengendurkan kewaspadaan. Sebabnya, bila ada satu orang di dunia ini yang paling mengetahui ketangkasan Garth maka orang itu pastilah dirinya.
Namun, Garth tak menunjukkan gelagat untuk kembali menyerang Usher, sedikit pun tidak. Terlebih karena dia justru jatuh lunglai di jalanan sesaat kemudian, persis tengah menahan syok yang mengguncang jiwa dan raga.
Usher mengembuskan napas panjang. Setelahnya, dia pergi dari sana sembari berkata di dalam hati. Maafkan aku, Garth, tetapi lebih baik Usher koma untuk sementara waktu ketimbang aku harus melihat kau mati karena tuduhan Mireya.
Walau demikian bukan berarti Usher akan abai dengan keselamatan Usher masa lalu. Dia tahu, sebagai seorang alpha maka keberlangsungan hidup kawanan bergantung pada hidupnya. Oleh karena itu diputuskannya untuk menemui Rowena kembali. Nanti, setelah dia berhasil mendapatkan obat penawar maka dia sendiri yang akan meminumkannya pada Usher masa lalu.
Usher yakin, rencananya bisa berhasil. Namun, ternyata takdir berkehendak lain. Upayanya terasa sia-sia ketika dilihatnya Garth memasuki kamar Usher masa lalu dengan sebotol obat.
"Garth," lirih Usher dengan suara bergetar. Dia menggeleng berulang kali dengan bibir yang memucat. Keringat dingin pun memercik di dahi, lalu membasahi wajahnya. "Kumohon jangan."
Tak ada yang bisa Usher lakukan. Dia hanya bisa membeku tatkala melihat Usher masa lalu bangun dari komanya. Scott memeriksa keadaan Usher masa lalu dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Garth tampak senang, tetapi itu tak bertahan lama. Sebabnya, Mireya mengacaukan suasana dan mengusir Garth dari kamar Usher masa lalu.
Tatapan Usher tak lagi fokus melihat pada rekaman kamera pengawas. Sebaliknya, matanya berubah nanar. Semua seolah berputar-putar dan membuat perutnya mual.
Usher bertahan di meja dengan kedua tangan yang terkepal. Dia terus menggeleng. Tidak, kumohon. Apa yang harus kulakukan sekarang?
Kekhawatiran Usher telah berubah menjadi ketakutan. Parahnya, semua ketakutan itu bergumul dan menciptakan kengerian yang membuatnya tak bisa bernapas.
Usher memejamkan mata. Keputusasaan hadir dan membuatnya mengerang tanpa daya. Semua kilasan masa lalu berputar-putar di dalam benaknya. Garth bunuh diri, Jemma mati, dan kawanan terpecah belah.
"Tidak. Aku tak akan membiarkan itu terulang kembali," ujar Usher sembari berusaha mengumpulkan kembali tekadnya yang sempat tercerai-berai oleh keputusasaan. Diputarnya otak demi menemukan rencana lain yang bisa mencegah semua agar tak terjadi lagi. Namun, dia tak mendapatkannya. "Apa?" Dia meninju meja. "Apa yang harus kulakukan?!"
Semua jalan bagai tertutup. Semua kemungkinan seolah tak memberikan kesempatan untuknya. Otaknya benar-benar buntu sehingga tak menemukan satu cara pun yang bisa menyelamatkan Garth dan Jemma tanpa membuat kegaduhan.
Usher tak ingin mengambil risiko dengan memberitahukan identitasnya pada Garth. Dia khawatir, Garth akan bernasib serupa seperti Addy.
Lagi pula cara itu tak memberikan jaminan bahwa Garth dan Jemma akan benar-benar selamat. Risikonya terlalu besar ketimbang kemungkinan berhasilnya.
Usher tak ingin mengambil risiko sebesar itu. Alhasil, dia kembali berpikir. Dia mondar-mandir sembari terus mencari jalan keluar. "Pikirkan dengan teliti, Usher. Kau harus mencari jalan agar Garth dan Mama bisa selamat. Kau harus mencari jalan agar pengadilan tidak berlangsung ricuh. Kau harus mencari jalan agar—"
Ucapan Usher terhenti tiba-tiba seiring dengan kakinya yang juga berhenti melangkah. Dia tertegun sejenak, terus berpikir, dan matanya kembali terpejam dengan dramatis.
Panas seakan-akan membakar kedua mata Usher. Jadilah bola matanya memerah dan air mata jatuh dengan deras di kedua pipi. Kali ini, dia benar-benar tak mampu bertahan. Pada akhirnya, dia terjatuh di lantai.
Usher tak berdaya ketika wajah penuh harap Vione membayang di benaknya. Berikut dengan suaranya ketika memohon.
"Aku akan selalu menunggumu. Tak peduli di masa sekarang atau di masa lalu, aku akan selalu menunggumu. Jadi, kembalilah padaku."
Kepala Usher tertunduk. Ekspresinya menunjukkan penyesalan dan rasa bersalah yang teramat besar. Lalu, suaranya pun terdengar menyiratkan pergolakan batin yang tengah dirasakannya.
"Maafkan aku, Vione. Untuk kesekian kalinya, aku tak bisa menepati janjiku padamu."
Usher bangkit dengan susah payah. Tubuhnya bergetar dalam terjangan emosi yang membuat logika dan hatinya berperang. Namun, diteguhkannya hati ketika kembali mengamati rekaman kamera pengawas.
Usher menunggu. Dia menunggu waktu yang tepat ketika semua orang pergi dari kamar Usher masa lalu. Dia menunggu hingga hanya ada Usher masa lalu di sana. Setelahnya, dia beranjak.
Langkah Usher menyusuri lorong rahasia tanpa keraguan sama sekalli. Tekadnya telah bulat. Keteguhannya telah kokoh. Dia tak akan mundur ketika menyadari satu hal. Hanya Usher yang bisa menghentikan semua ini. Hanya dia yang bisa mencegah kematian Garth dan Jemma. Hanya dia yang bisa melindungi Vione dengan nyawanya sendiri.
Usher menahan napas ketika keluar dari pintu rahasia. Dia berpaling, lalu melihat pada arah tempat tidur, tempat di mana Usher masa lalu tengah beristirahat.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top