Regretful Alpha 25

"Jadi, apakah besok pagi, ketika aku bangun maka kau sudah tak ada lagi di kamarku, Usher?"

Belaian Usher di lengan atas Vione masa lalu berhenti seketika. Ibu jarinya yang sedari tadi mengusap sontak terdiam. Selain itu, tubuhnya membeku dengan rasa dingin yang tak bisa dia tolak keberadaannya.

Vione masa lalu membuang napas sembari sedikit beringsut di dalam pelukan Usher. Lalu bisa dirasakannya ketegangan di tubuh Usher. Alhasil dia pun memejamkan mata. Agaknya dia tak membutuhkan jawaban lagi.

"Maafkan aku, Vione."

Kali ini Vione masa lalu benar-benar bergeser. Diputuskannya untuk mengubah posisinya berbaring, yaitu membelakangi Usher, hal yang tak pernah dilakukannya selama ini.

Ketegangan Usher semakin menjadi-jadi. Dia benar-benar kaku nyaris seperti patung kayu. "Vione."

"Apakah kau tak memikirkan perasaanku sedikit pun? Apakah kau tak kasihan melihatku yang terus kebingungan dengan semua sikapmu?" tanya Vione masa lalu dengan suara yang bergetar. Pertahanannya sudah berada di ambang batas. "Apakah sesulit itu untukmu jujur padaku dan menceritakan yang sebenarnya tengah terjadi? Sungguh, Usher. Aku adalah pasanganmu, aku adalah lunamu, semestinya kau jujur padaku."

Usher tahu itu, terlebih karena persoalan yang tengah dihadapinya berhubungan dengan keberlangsungan kawanan. Sudah sepatutnya Vione, pasangan dan lunanya, mengetahui hal tersebut.

Sayangnya, ada ucapan Rowena yang menjadi penghalang untuk keinginan Usher. Lagi pula dia pun tak tahu harus memulai dari mana bila memang harus mengungkapkan semua. Tebaknya, itu pastilah akan menjadi hal sulit. Salah bicara maka Vione masa lalu akan mengiranya gila atau sengaja berdusta. Parahnya, situasi bisa saja menjadi semakin kacau dan tak terkendali.

Usher tak bisa mengambil risiko sebesar itu. Lagi pula pikirnya masih ada waktu dan kesempatan. Obat penawar dari Rowena memang telah habis, tetapi nahasnya Usher masa lalu belum sembuh. Maka dari itu prioritasnya adalah kembali memperbaiki hubungan antara Vione masa lalu dan Usher masa lalu, kemudian barulah dia akan meminta obat penawar lagi pada Rowena.

Ide itu terdengar masuk akal dan untuk itu Usher hanya perlu meyakinkan Vione masa lalu. Bukan hanya karena Vione masa lalu bisa membantunya untuk menyadarkan Usher masa lalu, tetapi lebih dari itu. Dia tak ingin kehilangan Vione, baik di masa lalu maupun di masa depan.

Harapan itu mendorong Usher untuk menarik tubuh Vione masa lalu agar kembali berbaring menelentang. Diraihnya dagu Vione masa lalu bersamaan dengan dirinya yang sedikit bangkit dan bertahan pada satu siku. Tatapan mereka bertemu. Lantas dia pun meneguk ludah yang terasa menggumpal di pangkal tenggorokan. Sebabnya, sepasang mata Vione masa lalu menyiratkan kesedihan yang amat dalam.

Usher menguatkan hati. Walau amat menyiksa, tetapi dipaksanya diri untuk terus menatap Vione masa lalu. "Maafkan aku karena tak bisa jujur, Vione, tetapi aku berani bersumpah. Sampai kapan hanya kau yang kucintai. Kau tahu itu, dari dulu hingga batas waktu yang tak tahu akan berakhir kapan, sampai itulah aku mencintaimu. Kau tahu itu, Vione."

Ucapan Usher kembali memercik pergolakan antara perasaan dan akal sehat Vione masa lalu. Jadilah dia mengerang putus asa. "Namun, sampai kapan, Usher? Aku tidak mungkin terus bertahan dalam kebingungan seperti ini. Lagi pula ..." Dia memejamkan mata dengan ekspresi nelangsa. "... aku tak sanggup terus-menerus melihatmu dengan Mireya."

Usher langsung mendekap Vione masa lalu. Ditenangkannya Vione masa lalu. "Aku tahu. Maafkan aku, Vione, tetapi aku bersumpah demi nama kawanan, aku bersumpah demi nyawaku, aku bersumpah demi apa pun, aku sama sekali tak mencintai Mireya. Jadi, kumohon, Vione, percayalah padaku. Kumohon."

Kala itu pergolakan yang terjadi di batin Vione masa lalu sudah tak bisa diungkapkan dengak kata-kata lagi. Sebabnya, ucapan Usher memang terdengar masuk akal. Usher jelas mencintainya jika dilihat dari rekam jejak masa lalu mereka. Sungguh mustahil Usher tak mencintainya setelah semua yang telah terjadi di antara mereka.

Namun, tindakan Usher menunjukkan hal sebaliknya. Rasanya sungguh mustahil Usher benar-benar mencintai Vione masa lalu jika yang dilakukannya justru terus bermesraan dengan Mireya. Parahnya, Usher pun selalu membela Mireya secara terang-terangan di hadapan Vione masa lalu.

Sayangnya, Vione masa lalu tak bisa berbuat apa-apa ketika itu menyangkut Usher. Dia benar-benar lemah dan semua tekad yang sempat dikumandangkannya di dalam kepala menjadi hilang seketika, lenyap tanpa sisa sama sekali.

Vione masa lalu mengangguk. "Baiklah, Usher. Aku percaya padamu."

Kelegaan menyeruak di dada Usher.

"Namun, kumohon satu hal padamu," ujar Vione masa lalu sembari mengangkat wajah. Lalu ditatapnya Usher dengan sorot penuh permohonan. "Segera akhiri semua ini."

Usher mengangguk dengan tekad bulat. "Tentu saja, Vione. Aku akan segera mengakhiri semua ini dan hingga waktunya tiba, kumohon berjanjilah." Dibalasnya tatapan Vione masa lalu dengan sorot yang menyiratkan pengharapan besar. "Apa pun yang terjadi nantinya, kumohon pertahankan aku. Sekalipun aku menjadi gila dan tak waras, kumohon tetap pertahanan aku. Sadarkan aku, Vione, dan jangan pernah pergi dari sisiku. Kita harus selalu bersama."

Seuntai kerutan bingung muncul di dahi Vione masa lalu. Ucapan Usher terdengar sedikit membingungkan. Namun, dia tak sempat mengatakan apa-apa ketika Usher keburu membungkam mulutnya dengan ciuman lembut yang amat menggetarkan.

Vione masa lalu mengembuskan napas seiring dengan dilepaskannya semua beban. Diputuskannya untuk tak memikirkan apa-apa. Sebaliknya, dia akan menunjukkan kesetiaan sebagai seorang pasangan dan luna. Dia akan mempercayai Usher karena itulah yang sepatutnya dilakukannya.

Satu hal yang membuat Vione masa lalu percaya adalah fakta bahwa selama ini Usher tak pernah mengkhianatinya. Usher selalu mencintainya dan dia yakin, begitulah yang akan terjadi hingga akhir hayat mereka.

Namun, kenyataan berhasil menampar Vione masa lalu untuk kesekian kali. Kenyataan kembali memberikannya takdir menyakitkan. Tepatnya ketika pagi itu, di saat dia berniat untuk bergabung dengan Usher di meja makan, ada Mireya datang dengan wajah berbinar-binar.

Vione masa lalu menenangkan hati walau matanya melirik pada Usher masa lalu sesekali. Dia ingin mengetahui sikap Usher masa lalu setelah pembicaraan mereka semalam dan bersamaan dengan itu, Mireya mengatakan sesuatu yang membuat dunianya menjadi runtuh seketika.

"Usher! Aku membawa kabar gembira untukmu."

Usher masa lalu meninggalkan sarapannya sejenak. Dia berpaling dan melihat pada Mireya dengan sorot penasaran. "Kabar gembira apa, Mireya?"

"Lihat ini," ujar Mireya sembari menaruh sehelai foto hasil ultrasonografi. Wajahnya tampak berseri-seri dengan senyum cantik yang mengembang dalam aura kebahagiaan. "Kau akan segera menjadi seorang ayah, Usher."

*

"Apakah kau serius, Mireya?"

Mireya menarik napas dalam-dalam. Sekilas, diremasnya ponsel yang saat ini tengah berada di telinganya. Lalu dia menjawab tanpa ragu sama sekali. "Aku serius, Torin. Aku tak ingin mengambil risiko. Kita sudah melangkah sejauh ini dan aku tak ingin Vione merusak rencana kita."

"Tunggu dulu, Mireya," ujar Torin dengan suara yang menyiratkan kebimbangan. "Aku memahami kekhawatiranmu dan sepatutnya akulah yang lebih khawatir jika rencana ini gagal. Ayahku sudah bersabar cukup lama untuk melihat kehancuran Kawanan Frostholm, tetapi apakah kau yakin rencana ini akan berhasil?"

"Aku yakin, Torin. Aku harus segera menyingkirkan Vione dan satu-satunya cara adalah ini." Mireya melihat sehelai foto hasil ultrasonografi di tangannya. Lalu tanpa sadar, bibirnya tersenyum dalam kebahagiaan. "Kuharap, kau tak keberatan dengan rencanaku ini, Torin. Aku akan mengatakan pada Usher bahwa aku mengandung anaknya dan aku yakin dengan begitu maka Vione akan terdepak dari Istana."

"Aku sama sekali tak keberatan kau mengatakan pada Usher bahwa itu adalah anaknya. Itu tak akan mengubah fakta bahwa bayi yang tengah kau kandung adalah anakku. Namun, apakah kau yakin itu bisa membuat Vione terusir dari Istana?"

Senyum Mireya terjeda. Pemikiran Torin memang masuk akal.

"Aku khawatir itu tidak cukup untuk membuat Vione pergi, Mireya."

Mireya mendeham sejenak, lalu dia justru menyeringai sedetik kemudian. "Tidak, Torin. Aku yakin, Vione pasti akan memilih pergi. Sebabnya, dia sangat mencintai Usher dan aku tahu jelas karena aku adalah seorang wanita. Tidak akan ada wanita yang sanggup bertahan melihat pria yang dicintainya berbahagia dengan wanita lain."

"Baiklah, Mireya. Kalau kau begitu yakin maka aku pun tak akan melarang. Aku tahu, kau penuh dengan pertimbangan dan untuk itu, aku pun akan meningkatkan persiapan di sini. Jadi, kutunggu kabar selanjutnya darimu."

Panggilan berakhir dan Mireya pun segera bersiap. Setelahnya, dia pun segera mengendarai mobil menuju ke Istana Kawanan Frostholm.

Mireya bersandiwara dengan amat apik. Ditampilkannya sikap yang amat sempurna sehingga tak ada seorang pun yang menaruh curiga bahwa dia tengah berpura-pura. Sebagai hasil maka didapatnya wajah memucat Vione masa lalu sementara Usher masa lalu justru berseru kegirangan.

"Oh, Mireya! Kau tidak mungkin bercanda sepagi ini bukan?" Usher masa lalu mengambil sehelai foto hasil ultrasonografi itu. Dilihatnya foto itu dengan ekspresi penuh bahagia. "Kau hamil, Mireya. Kau mengandung anakku."

Mireya tergelak ketika Usher bangkit dari duduk dan segera memeluknya. "Oh, Usher. Jangan memelukku terlalu erat. Aku tak bisa bernapas."

"Maafkan aku," ujar Usher dengan senyum lebar. Diuraikannya pelukan mereka tanpa benar-benar melepaskan Mireya. "Aku sangat senang, Mireya. Kau hamil. Oh, Tuhan. Kau memang adalah Dewi Keberuntunganku."

Gelak Mireya berubah menjadi senyum simpul. "Dewi Keberuntungan atau tidak, tetapi sepertinya kita harus berhenti, Usher." Diliriknya Vione masa lalu yang saat itu tak bergerak sama sekali. "Ada Vione di sini."

"Ah," lirih Usher masa lalu tersadar. Dia mengangguk sekali sambil berdecak. "Kau benar." Lalu dia berpaling pada Vione masa lalu. "Sebenarnya, aku sama sekali tak peduli denganmu, Vione, tetapi kalau kau merasa terganggu dengan kebahagiaan kami maka kau bisa pergi kapan saja."

Vione masa lalu yang sejak kedatangan Mireya telah merasakan perasaan tak enak menjadi lemas jiwa raga ketika mendengar ucapan Usher masa lalu. Tubuhnya yang membeku sontak merasa dingin yang menusuk-nusuk hingga ke tulang. Dia tertegun dengan perasaan dan emosi yang bergumul tak karuan.

"Aku bisa pergi kapan saja?" Vione masa lalu mengulang ucapan Usher masa lalu dengan suara rendah, nyaris seperti mengambang di antara harapan indah dan kenyataan menyakitkan. Dia meneguk getir yang muncul di pangkal tenggorokan dan jadilah semua rasa pahit menyebar ke mana-mana. Wajah terangkat, lalu dilihatnya Usher masa lalu dengan sorot penuh derita. "Apa maksud ucapanmu, Usher? Apakah kau menginginkanku pergi dari sini atau dari kehidupanmu?"

Sungguh Vione masa lalu tak berniat untuk berucap demikian. Dia tahu, ucapannya memiliki konsekuensi yang amat besar. Namun, kali ini dia benar-benar sudah berada di ambang batas kekuatannya.

Vione masa lalu tersenyum perih. Kata-kata dan janji manis Usher semalam masih menggema di benaknya, tetapi inilah yang terjadi padanya sekarang.

"Bisa-bisanya kau melakukan ini padaku, Usher. Kau benar-benar tega."

Usher masa lalu memejamkan mata dengan dramatis. Satu tangannya terpaksa meninggalkan Mireya dan sekarang ditunjuknya Vione masa lalu. "Jangan bersikap berlebihan, Vione. Sebaliknya, bukankah seharusnya kau memberikan selamat pada Mireya? Lihat! Dia hamil, bukan sepertimu yang tidak bisa memberiku keturunan padahal kita sudah bersama lebih dari dua tahun."

Vione masa lalu terhenyak, nyaris tak bisa bernapas. "U-Usher."

"Cih!" Usher masa lalu bergidik dengan satu pemikiran yang muncul di benak. "Sepertinya aku malah harus bersyukur karena kau tak memberiku keturunan, Vione. Aku tak bisa membayangkan keturunan macam apa yang akan kau berikan padaku sementara kau adalah seorang omega yang menyedihkan." Dia mendengkus, lalu menggeleng. "Aku tak bisa membayangkan bila putraku nanti terlahir tanpa cakar sepertimu. Itu pastilah akan memalukanku sebagai seorang alpha. Parahnya, itu akan mencoreng garis keturunan alpha yang berharga."

"U-Usher." Vione masa lalu menggeleng dengan sorot terluka. "Kau tak mungkin bicara seperti itu padaku, Usher. Tidak mungkin."

Usher masa lalu berdecak. "Mengapa tidak mungkin? Sebaliknya, itu adalah hal yang ingin kukatakan padamu sejak dulu."

Sekarang, dunia Vione masa lalu bukan lagi runtuh. Dunianya benar-benar hancur dan lalu berderai menjadi butiran yang tak berharga. Hatinya yang rapuh tak ubah kaca retak yang berderai dalam keping-keping memilukan. Kata-kata Usher menggema dalam pikirannya, membanjiri setiap sudut dengan kesedihan yang tak terperikan.

Air mata mulai menggenang di kelopak mata, memburamkan pandangan Vione masa lalu, tetapi dia tak berusaha menghapusnya. Pikirnya, biarlah air mata itu mengalir, biarlah kesedihan itu mengalir karena dia tak bisa menahannya lagi.

Walau demikian Vione masa lalu bertekad bahwa ini adalah kali terakhir dia menangisi Usher. Dia tak akan goyah lagi. Dia tak akan terbujuk lagi oleh segala macam bujuk rayu. Dia sudah berada di ambang batas kesabaran dan dia tak ingin menjadi gila karena Usher masa lalu.

"Jadi, katakan padaku dengan sejelas mungkin, Usher. Katakan agar aku tak lagi berkubang dalam fatamorgana semu," ujar Vione masa lalu sembari menguatkan diri. Dia tampak tak gentar, bahkan suaranya yang semula bergetar pun menjadi tegas sekarang. "Apakah maksudmu dengan mengatakan aku bisa pergi kapan saja?"

Kala menanyakan hal itu untuk kedua kali maka Vione masa lalu sudah benar-benar bersiap dengan segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dan itu tak masalah untuknya. Dia tak peduli. Sebabnya, dia benar-benar sudah tak tahan lagi.

"Apakah kau menginginkanku pergi dari sini? Dari kehidupanmu?"

Usher masa lalu menyipitkan mata. "Apakah kau mengerti dengan maksud pertanyaanmu, Vione? Sebabnya, aku tak ingin kau menyesal."

Vione masa lalu tersenyum perih. "Kau tak ingin aku menyesal?"

"Begitulah," ujar Usher masa lalu sembari merengkuh Mireya, lalu mengecup pelipisnya. "Kau bisa terus menjadi luna sementara aku berbahagia dengan Mireya dan anak kami nantinya. Bagaimanapun juga aku masih menghormati ramalan Alya dan kawanan."

Senyum perih Vione masa lalu berubah menjadi kekehan ironis. "Kau jangan membuatku geli, Usher. Kalau kau masih menghormati ramalan Ayla dan kawanan maka kau tak akan pernah berselingkuh dengan wanita murahan ini!"

"Vione!" bentak Usher masa lalu dengan wajah mengeras. Di sebelahnya, Mireya tampak kaget. "Jaga bicaramu atau aku tak akan berbaik hati lagi."

Vione masa lalu mengangkat wajah dengan berani. "Aku tak butuh kebaikanmu, Usher. Sebaliknya, aku sudah muak dengan kata-kata dan janji manismu. Kau pendusta, kau benar-benar tak berperasaan."

Usher masa lalu menggeram. Dadanya bergemuruh. "Vione, jangan menantangku atau aku tak akan segan-segan mendepakmu. Lagi pula seharusnya kau sadar bahwa kau tak seberharga itu untuk kupertahankan."

"Lepaskan aku." Vione masa lalu menatap nanar pada Usher masa lalu. Ditariknya napas dalam-dalam, lalu dia kembali mengulangi ucapannya. "Lepaskan aku, Usher, dan dengan begitu maka kalian bisa hidup berdua tanpa merasa terganggu keberadaanku."

Usher masa lalu menggeram. "Apakah kau serius, Vione?" tanyanya yang langsung disambut oleh anggukan Vione masa lalu. Jadilah ada sebongkah nyeri yang mendadak muncul di dadanya. Dia mencoba untuk mengabaikannya, tetapi nyeri itu berubah menjadi sesak tak tertahankan. "Baiklah kalau memang itu yang kau inginkan, aku pun tak berniat untuk menahanmu. Lagi pula kepergianmu dari Istana adalah hal bagus. Aku tak ingin keberadaanmu berdampak buruk untuk tumbuh kembang bayi kami nanti."

Vione masa lalu tak merespons ucapan Usher masa lalu. Sebaliknya, dia malah berrharap di dalam hati agar Usher masa lalu mengakhiri hubungan mereka sesegera mungkin. Dia benar-benar sudah tak sanggup lagi.

"Aku, Alpha Usher Thorne, mengakhiri ikatan perpasangan denganmu, Vione Celestia Munest. Mulai hari ini kau bukan lagi luna dan pasanganku."

Sakit, nyeri, dan perih beradu satu sama lain sehingga menciptakan penderitaan yang tak pernah Vione masa lalu rasakan sebelumnya. Namun, agak terasa aneh, dia seolah familier dengan penderitaan itu. Persis seperti itu bukanlah pertama kali dia mengalaminya.

Walau demikian Vione masa lalu bisa merasakan kelegaan di sudut berbeda hatinya. Maka dari itu dia pun membuang napas panjang sembari menatap Usher masa lalu dan berkata.

"Aku, Vione Celestie Munest, menerima pemutusan ikatan denganmu sebagai luna dan pasangan, Alpha Usher Thorne."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top