Regretful Alpha 22

Selama ini, selalu aman. Lagi pula kalung bulan bukanlah benda biasa yang akan dengan gampang tercecer begitu saja. Sebabnya, kalung bulan adalah sebuah artefak keramat milik seorang penyihir kuno yang kehebatannya sudah melegenda, diwariskan dari generasi ke generasi dengan penuh kehati-hatian dan penghormatan, serta hanya keturunannya yang bisa menggunakan kalung bulan karena kekuatannya terikat kuat dengan jiwa mereka. Alhasil, tak mungkin Rowena bisa kehilangan kalung bulan tanpa menyadarinya sama sekali. Lumrahnya, pastilah dia akan menyadari apabila terjadi sesuatu pada kalung bulan. Bahkan sepatutnya dia bisa merasakan keanehan ketika kalung bulan menghilang darinya.

Namun, nyatanya Rowena tidak merasakan apa pun. Selama berhari-hari, perasaannya biasa-biasa saja, damai seperti biasanya. Terlebih beberapa saat yang lalu, dia pun tak merasakan sedikit keanehan pun.

Untuk itu rasanya wajar bila Rowena butuh waktu untuk mencerna keadaan. Direnungkannya yang tengah terjadi sembari memandangi Usher dengan lekat sebelum beralih pada kalung berliontin separuh bulan.

Rowena menahan napas dengan sebuah keyakinan bahwa itu memang adalah kalung bulannya, lebih tepatnya adalah salah satu dari sepasang kalung bulannya. Tak ada lagi keraguan sedikit pun akan keaslian kalung yang tengah Usher kenakan. Sebabnya, dia bisa merasakan kekuatan terpancar dari liontin separuh bulan tersebut dan berkat itu maka satu kebingungannya terjawab. Sudah sepatutnya Usher bisa menemukan keberadaannya, bahkan bisa melewati benteng sihirnya tanpa merusaknya sama sekali. Benteng sihirnya mengenali kalung bulan.

Sayangnya, satu kebingungan yang terjawab masih menyisakan kebingungan lainnya. Lantas jadilah timbul pertanyaan lain di benak Rowena. Bagaimana bisa Alpha Usher mendapatkan kalung bulan? Lalu di manakah pasangan kalung itu sekarang?

Jawaban yang diberikan oleh Usher tidak menuntaskan kebingungan Rowena. Sebaliknya, dia malah semakin bingung sehingga satu pemikiran melintas di benaknya.

Rowena meremang dengan detak jantung yang meningkat. Dicobanya untuk menyingkirkan kemungkinan itu, tetapi pada akhirnya dia menyerah. Jadilah dia menguatkan diri untuk bertanya. "Katakan padaku. Apakah kau berasal dari masa depan?"

Jantung Rowena semakin berdebar. Darahnya berdesir. Lalu jawaban Usher membuat rohnya seolah lepas dari tubuh.

"Ya, Rowena."

Rowena memejamkan mata. Sekarang, tak ada yang perlu dipertanyakannya lagi. Semua kebingungannya terjawab.

"Rowena."

Butuh waktu sejenak untuk Rowena menenangkan diri dari guncangan. Setelahnya, dia kembali membeku mata dan mengangguk sekali. "Aku mengerti, sepertinya ada sesuatu yang terjadi sehingga kita bertemu di masa depan, Alpha." Dia mengembuskan napas panjang. "Sekarang, ceritakanlah padaku, apa yang sebenarnya yang terjadi?"

Usher menceritakan semua tanpa terkecuali. Tak ada satu pun yang ditutupi dari Rowena, termasuk dengan penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh Kawanan Nimbria. Dia mati dan berkat Rowenalah dirinya bisa diselamatkan.

Udara seolah terperangkap di dada Rowena. Dia nyaris tak bisa bernapas ketika cerita Usher berhasil membuat perasaannya menjadi teraduk-aduk. Air matanya timbul dan dia menggeleng berulang kali. "Tidak mungkin."

"Karena itulah, Rowena," ujar Usher setelah menceritakan semua. Ditatapnya Rowena dengan penuh pengharapan. "Kumohon, bantu aku."

Rowena mengangguk berulang kali dengan mata berlinang. "Aku akan membantumu, Alpha. Aku pasti akan membantumu."

Dari cerita Usher maka Rowena bisa mengerti bahwa semua tragedi yang akan terjadi di masa depan adalah bermula dari kelicikan Mireya. Dia menggunakan ramuan sihir sehingga bisa mengendalikan Usher, membuat Usher abai dan tak peduli dengan semua.

Untungnya, bukan hal sulit untuk Rowena meramu obat penawar untuk setiap ramuan sihir. Untuk itu dia pun berkata. "Datanglah kembali besok, Alpha. Aku akan menyiapkan obat penawar untukmu."

Selepas pertemuan yang tak disangka-sangka itu maka Rowena pun bergegas kembali ke rumahnya. Tubuhnya masih gemetaran. Dirinya masih terguncang. Namun, dia tak ingin membuang-buang waktu.

Rowena menuju ke ruang ritual. Dibukanya lemari kayu yang berisi dengan beragam awetan tanaman herba dan bahan-bahan lainnya. Semua dia keluarkan, lalu ditaruhnya di meja kayu panjang. Dia memeriksa semua dengan terburu-buru sehingga satu botol kaca lepas dari genggamannya.

Botol kaca itu jatuh di lantai. Isinya berserakan ke mana-mana. Rowena terlonjak, tubuhnya refleks menghindari pecahan kaca itu, tetapi sedetik kemudian dia justru tertegun.

Rowena bergeming. Dipandanginya pecahan kaca dan serbuk herba yang telah mengotori lantai untuk sejenak. Namun, dia tak langsung membersihkan kekacauan itu, melainkan justru menarik napas dalam-dalam sembari memejamkan mata dengan perlahan.

Itu adalah sebuah teguran. Rowena menganggapnya demikian. Dirinya ditegur oleh alam karena kepanikan yang tak bisa ditangkalnya. Dirinya ditegur karena ketenangan yang selama ini mengayominya terusik oleh kekhawatiran yang tak mampu dibendungnya.

Sesaat berlalu dan Rowena berjongkok pelan-pelan. Disentuhnya serbuk herba dan dikumpulkannya pecahannya kaca. Bersamaan dengan itu maka seuntai senyum penuh penenangan merekah di wajahya. Lalu dia berkata pada diri sendiri. "Tenanglah, Rowena. Semua pasti akan baik-baik saja."

Rowena lanjut meracik obat penawar setelah merasakan diri kembali tenang. Dikumpulkannya semua bahan yang diperlukan. Dicampurnya semua menjadi satu pada mangkuk kayu berukuran besar. Lalu tak lupa ditambahkannya ekstrak bunga nightshade dan akar mandragora. Setelah semua tercampur secara homogen maka dia pun memasaknya dengan menggunakan tungku kayu.

Aroma khas menguar. Asap mengepul di udara. Jadilah atmosfer di ruang ritual berubah, terasa ada energi magis yang merambat di mana-mana.

Rowena terus mengaduk ramuan hingga mengering sembari terus mengucapkan mantera tanpa henti. Setelahnya, dia menaruh ramuan itu di wadah yang berbeda. Dibiarkannya sekitar satu jam untuk benar-benar menghilangkan sisa air dan barulah dia menumbuknya menjadi serbuk, kemudian menyimpannya di sebuah botol kaca.

Kelegaan terpancar dari sepasang mata Rowena tatkala obat penawar telah selesai dibuatnya. Jadilah dia tersenyum dan mendekap botol kaca itu di dada. Agaknya ada banyak doa yang dipanjatkannya, harapan agar obat penawar itu bisa memperbaiki semua sebelum benar-benar terlambat. Lalu sekarang, dia hanya perlu menunggu sampai waktu pertemuannya dengan Usher tiba.

Rowena meninggalkan rumahnya ketika matahari telah terbenam. Tujuannya adalah tempat kemarin dan setibanya dia di sana, ternyata Usher sudah menunggunya.

"Rowena."

Rowena menghampiri Usher dan tanpa berbasa-basi sama sekali, diserahkannya obat penawar itu. "Ini adalah obat penawarnya, Alpha. Kau hanya perlu memastikan dirimu yang sekarang meminumnya. Lebih baik diminumkan sebelum matahari meninggi dan bila beruntung maka dia pasti akan tersadar dari pengaruh ramuan sihir Mireya."

"Terima kasih, Rowena."

Usher menyambut obat penawar itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Jadilah digenggamnya obat penawar itu dan lantas jemarinya meremas, seolah menyiratkan betapa besarnya harapan yang dia gantungkan padanya dan untuk itu, dia tak kuasa menahan sedikit kekhawatiran lain yang muncul begitu saja.

Rowena mengernyit. Bisa ditangkapnya perubahan ekspresi Usher. "Ada apa, Alpha? Apakah ada sesuatu yang salah?"

"Rowena." Usher meneguk ludah yang terasa menggumpal di pangkal tenggorokan. Diangkatnya wajah dan ditatapnya Rowena dengan sorot yang memancarkan kekacauan. "Aku berharap obat penawar yang kau berikan bisa menyembuhkan diriku, tetapi bagaimana kalau Mireya bertindak lebih jauh dan aku tak sempat berbuat apa-apa untuk melindungi diri sendiri?" Ada getir yang timbul dan ketakutannya memberontak dengan tak kira-kira. "Aku memang belum menemukan bukti, tetapi firasatku mengatakan bahwa ada orang-orang Mireya yang sudah berada di Istana." Dia menggeleng dengan putus asa. "Mungkin saja sudah sejak lama."

Rowena terdiam. Kekhawatiran Usher terdengar masuk akal. Takutnya, kesembuhan Usher masa lalu akan membuat Mireya terdesak dan justru bertindak di luar dugaan. Lagi pula sekarang Usher masa lalu sudah berada di dalam kendali Mireya. Jadi, berhati-hati dalam bertindak dan mengantisipasi setiap kemungkinan yang bisa terjadi adalah tindakan preventif yang semestinya dilakukan.

Di lain pihak, ada alasan kuat sehingga Usher mengkhawatirkan hal tersebut. Sebabnya, dia ingat betul detail kejadian masa lalu. Mireya memberikannya ramuan sihir dengan dosis yang lebih tinggi sehingga dia yang sempat sembuh menjadi rentan lagi dalam pengaruh jahat itu. Dia kembali sakit dan malah lebih parah dari sebelumnya. Dia menjadi tak terkendali dan benar-benar lepas kendali. Dia persis orang yang hilang kewarasan dan akal sehat.

Selain itu, Usher pun menyadari bahwa Garth tak berdaya untuk bisa membawanya keluar dari Istana. Sebabnya, para guard yang berjaga di Istana telah diganti entah sejak kapan dan mereka semua menghalangi Garth. Jadilah dia benar-benar terkurung di Istananya sendiri. Dia tak mungkin bisa keluar dari Istana tanpa menimbulkan keributan dan satu yang menahan dirinya, keributan itu pernah menewaskan Garth.

Usher mengatupkan mulut rapat-rapat. Wajahnya mengeras. Tidak. Aku tidak boleh kehilangan Garth untuk kedua kali.

Untuk itu, kembali, satu-satunya harapan yang dimiliki oleh Usher adalah Rowena. "Katakan padaku, apa yang harus kulakukan bila keadaan memburuk? Apa yang harus kulakukan kalau situasi menjadi tak terkendali dan mungkin keselamatanku kembali terancam?"

Satu bagian di hati Rowena tersentak. Bisa dirasakan olehnya keputusasaan yang tengah dirasakan oleh Usher. Semua kekhawatiran dan ketakutan itu berpendar dengan amat nyata dari sepasang mata Usher.

Rowena menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Dibalasnya tatapan Usher dengan penuh keseriusan, juga keteduhan. "Apakah kau tahu, Alpha, salah satu hal yang membuat kaummu lebih beruntung dibandingkan dengan yang lain?" tanyanya tanpa menunggu jawaban Usher sama sekali. "Itu adalah karena kalian, para manusia serigala, diberkahi alam dengan memiliki dua jiwa. Kalian memiliki jiwa manusia yang mungkin tak bisa bertahan kuat dan jiwa serigala yang selalu lebih kuat. Untuk itu perlu kau ketahui bahwa obat penawar yang kubuat ini sebenarnya untuk membebaskan jiwa serigalamu. Ketika jiwa serigalamu terbebas maka semua akan membaik dengan sendirinya." Dia tersenyum tipis. "Jadi, pada intinya, keberlangsungan hidup setiap manusia serigala tergantung pada jiwa serigalanya. Pada akhirnya, hanya jiwa serigalamu yang bisa membantumu, Alpha."

*

Vione masa lalu mondar-mandir di kamar dengan perasaan gelisah dan bingung yang tak bisa diungkapkan. Pikirannya bercampur aduk, mempertontonkan kilasan ingatan yang terjadi belakangan ini.

"Aneh," lirih Vione masa lalu dengan kaki yang berhenti melangkah. Namun, sebagai gantinya, sekarang dia meremas-remas kedua tangannya satu sama lain. Harapannya semoga dia bisa menjadi lebih tenang, tetapi ternyata tak semudah itu meredam kebingungan yang tengah melanda. "Sebenarnya, ada apa dengan Usher? Bagaimana mungkin sikapnya bisa berubah-ubah setiap saat? Terkadang, dia begitu baik padaku. Lalu, dia kembali menjadi tak berperasaan."

Kebingungan itu sudah mengusik Vione masa lalu selama beberapa hari belakangan. Keanehan sikap Usher membuatnya benar-benar tak mengerti. Lalu dicobanya untuk mengingat, sejak kapan Usher memperlihatkan keanehan tersebut.

Vione masa lalu mengerutkan dahi. "Apakah di hari pertengkaran aku dan Mireya?" tanyanya pada diri sendiri. "Sepertinya memang di—"

"Apa yang sedang kau lakukan, Vione?"

Vione masa lalu terlonjak. Refleks, dia memutar tubuh dan kehadiran Usher membuatnya kaget. "Usher."

"Ada apa?" tanya Usher dengan sorot penuh selidik. "Mengapa kau tampak terkejut melihatku?"

Vione masa lalu meneguk ludah, lalu buru-buru menggeleng. "Tidak, Usher. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ..." Dia menarik napas dan berhasil menenangkan diri. "... tak mengira kau akan datang ke kamarku lagi malam ini."

Mata Usher menyipit. Agaknya dia sedikit meragukan ucapan Vione masa lalu. "Benarkah?" Tangannya naik satu dan mendarat di pipi Vione masa lalu. Setelahnya, ibu jarinya bergerak dalam usapan lembut. "Kalau memang ada sesuatu maka lebih baik kau mengatakannya padaku. Aku pasti akan mendengarkanmu."

Bola mata Vione masa lalu berputar. Usapan ibu jari Usher, seperti biasanya, selalu mampu melenakan perasaannya. Jadilah kedamaian menyeruak di dada dan dia tersenyum seiring dengan matanya yang memejam. "Tidak ada, Usher. Tidak ada apa-apa. Semua baik-baik saja."

Usher menunggu sejenak. Seolah dia ingin memastikan bahwa semua memang baik-baik saja. Sebabnya, dia pun khawatir bila Vione masa lalu menyadari keanehan yang terjadi belakangan ini. Dia mengerti, sikapnya dan Usher masa lalu sangat berbanding terbalik saat itu. Jadi, jika Vione masa lalu merasakan keanehan maka itu adalah hal wajar.

Walau demikian Vione masa lalu tak mengutarakan kecurigaan seperti yang sempat Usher khawatirkan. Dia merasa lega dan tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bicara pada Vione masa lalu.

Usher mengajak Vione masa lalu untuk duduk di tepi tempat tidur. Digenggamnya jemari Vione masa lalu dengan penuh perasaan sambil berkata. "Hari ini aku memeriksa kesehatanku dan ada seorang teman lama memberiku obat untuk kebugaranku."

"Obat?" Vione masa lalu mengerjap dengan wajah berubah. "Apakah kau sedang sakit, Usher?"

Usher menggeleng. "Tidak sama sekali. Hanya saja aku terlalu sibuk belakangan ini dan aku sedikit khawatir dengan kesehatanku. Jadi, aku memintanya untuk membuatkanku semacam minuman suplemen."

Vione masa lalu melirih singkat. "Oh."

"Untuk itu apakah kau keberatan membantuku?"

Vione masa lalu bertanya. "Membantumu apa? Tentu saja aku akan dengan senang hati membantumu."

"Bagus," ujar Usher tersenyum sembari mengeluarkan botol obat penawar dari dalam saku. Lalu diserahkannya pada Vione masa lalu. "Campurkan ini di teh pagiku."

Vione masa lalu menyambut obat penawar itu sembari mengangguk. "Baik, Usher."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top