Regretful Alpha 20

Kesedihan Vione masa lalu bertambah ketika disadari olehnya bahwa bukan tanpa alasan Garth menepikan mobil di tengah perjalanan mereka menuju ke Istana. Sebaliknya, sebagai beta yang sangat peduli kepada alpha dan lunanya, Garth justru ingin memastikan keadaannya.

Sayangnya, bukan perhatian Garth, Hilary ataupun Addy yang diinginkan oleh Vione masa lalu sekarang. Perhatian dari Usher masa lalulah yang diinginkan olehnya. Jadilah hatinya mengeluh. Apakah aku keterlaluan bila yang kuharapkan sekarang bukanlah perhatian dari siapa pun, melainkan darimu, Usher?

Rasanya sungguh menyedihkan dan Vione masa lalu tak akan merendahkan diri di hadapan Garth. Untuk itu sebisa mungkin dia menjaga ekspresi wajahnya. Dipaksakannya seuntai senyum untuk merekah di wajah, lalu mengangguk. "Tentu saja, Garth. Aku baik-baik saja."

Sayangnya, Garth tidak bodoh. Tak semudah itu untuk membohonginya. Lagi pula tak sulit untuknya bisa menangkap setitik kesedihan yang terpancar di mata Vione masa lalu. Faktanya, Vione masa lalu memang bisa tersenyum, tetapi senyum itu tak terpancar dari tatapannya.

"Aku lega mendengarnya, Luna," ucap Garth dengan bijak. Diputuskannya untuk tak bertanya lebih lanjut. Namun, itu bukan berarti kekhawatirannya bisa diredakan. Jadilah dia pun memberikan penawaran. "Namun, apakah kau keberatan kalau kita berhenti sejenak di sini, Luna?" Dia melihat jam tangan sekilas. "Menurut informasi yang kuketahui, daerah sini sering didatangi kunang-kunang. Mungkin kau ingin melihatnya sebelum kembali ke Istana, Luna."

Vione masa lalu mengerjap lemah. "Kunang-kunang?" ulangnya dengan nada rendah dan Garth mengangguk. "Sepertinya itu ide yang bagus. Lagi pula aku sudah lama tak melihat kunang-kunang. Biasanya dulu aku sering melihat di taman belakang Istana dan—"

Tepatnya di paviliun tua Istana dan Vione masa lalu tidak melihatnya seorang diri, melainkan ada Usher yang menemaninya, juga dengan Buddy. Mereka bercengkerama dan membicarakan banyak hal hingga waktu berlalu tanpa terasa.

Masa-masa itu sangat indah dan tak akan pernah terlupakan. Parahnya, Vione masa lalu justru merindukannya. Sebabnya, tak pernah lagi mereka bercengkerama seperti itu.

Vione masa lalu menarik napas dalam-dalam. Tampak olehnya kunang-kunang mulai bermunculan. "Kau benar, Garth. Sepertinya kunang-kunang memang sering mendatangi daerah sini." Dibukanya kaca mobil dan wajahnya menengadah ke atas. "Lihat, Garth. Mereka sangat cantik."

"Ya, Luna."

Senyum di wajah Vione masa lalu kian melebar, tetapi Garth justru menarik napas dengan rasa sesak. Sebabnya, dia justru merasa bersalah karena menjemput Vione masa lalu dari rumah keluarga Munest. Andaikan bukan Usher masa lalu yag memberinya perintah maka pastilah dia akan membiarkan Vione masa lalu tetap berada di rumah orang tuanya.

Garth bisa menebak bahwa ada masalah di antara Usher dan Vione masa lalu. Pun dia tak akan keliru untuk menuding penyebab permasalah itu. Orangnya adalah Mireya, wanita yang bisa-bisanya merusak keharmonisan hubungan alpha dan lunanya.

"Apakah Alpha ada mengatakan sesuatu padamu, Garth?"

Garth menggeleng sekali. "Tidak, Luna," jawabnya sembari melihat Vione masa lalu yang masih terus memandangi keindahan kunang-kunang. "Alpha hanya memerintahkanku untuk menjemputmu. Selain itu, Alpha juga memintamu untuk segera menemuinya, Luna."

"Oh," lirih Vione masa lalu singkat. Lalu dikeluarkannya tangan seolah-olah ingin menggapai kunang-kunang tersebut. "Apakah masih ada Mireya di Istana?"

Wajah Garth tertunduk dengan penuh rasa bersalah. Dugaannya memang tak meleset. "Tidak, Luna. Mireya sudah pulang sebelum Alpha menyuruhku untuk menjemputmu."

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya ini memang adalah waktunya untuk kembali ke Istana," ujar Vione masa lalu sembari menarik masuk kembali tangannya. Lalu dia pun menutup kaca mobil. "Terima kasih, Garth."

Garth hanya mengangguk singkat. Lalu dia pun kembali melajukan mobil.

Setibanya di Istana maka Vione masa lalu tak menuju ke kamarnya, melainkan berniat untuk segera menemui Usher masa lalu. Untuk itu maka dikuatkannya diri seiring dengan semakin dekatnya dia dengan ruang kerja Usher masa lalu.

Vione masa lalu yakin, Usher masa lalu memanggilnya bukan dalam tujuan yang menyenangkan. Lebih tepatnya, itu pastilah berkaitan dengan Mireya dan pertengkaran yang terjadi tadi.

Langkah Vione masa lalu berhenti tepat di depan pintu ruang kerja Usher masa lalu. Dia perlu waktu sejenak untuk menghirup udara dalam-dalam sembari menabahkan hati. Ditenangkannya diri sambil berkata. Ini bukanlah pertengkaran pertamamu dan Usher, Vione. Jadi, anggap saja semua seperti angin lalu.

Vione masa lalu meraih daun pintu. Dia masuk dan lalu dugaannya terbukti benar.

Usher masa lalu langsung menyambut kedatangan Vione masa lalu dengan sikap bengis. Ucapannya menuding dan jadilah tercipta kembali pertengkarang di antara mereka berdua.

Vione masa lalu tak mampu bertahan. Kesedihan yang sempat berhasil diredamnya berkat bertemu dengan kedua orang tuanya memberontak kembali.

"Kau benar-benar tega padaku, Usher. Di antara semua orang, kaulah yang paling mengerti semua ketakutanku. Lalu kau malah memanfaatkan itu untuk menyakitiku."

Tak lagi mampu Vione masa lalu menahan nyeri yang terus meremas-remas jantungnya. Dia tak sekuat itu untuk bertahan. Tidak bila yang dihadapinya adalah pria yang paling dia cintai.

Jadilah Vione masa lalu abaikan rintih kesakitan Usher masa lalu. Tak dipedulikannya ketika ekspresi Usher masa lalu menyiratkan penderitaan yang tak terkira. Pikirnya, dia pun tengah menghadapi penderitaannya pula.

"Kau tahu aku mencintaimu dan kau malah tega menyakitiku."

Vione masa lalu segera pergi dari ruang kerja Usher masa lalu. Ditelusurinya lorong Istana dengan pandangan yang mengabur karena air mata. Langkah terseok dan dia nyaris terjerembap andai tak buru-buru bertahan pada dinding. Dia benar-benar merasa lelah, baik secara fisik ataupun mental hingga membuatnya berpikir untuk menyerah.

Ironisnya, ingatan Vione masa lalu justru dengan sengaja memutar kembali semua kenangan manis dan indah yang pernah dilaluinya bersama dengan Usher masa lalu. Jadilah dia tersenyum perih. Sepertinya aku terlalu naif. Tak seharusnya aku mengira akan ada pria yang mau menerimaku apa adanya, terlebih lagi Usher.

Walau demikian ada satu bagian di diri Vione masa lalu yang terus berusaha meyakinkannya bahwa Usher masa lalu sangat mencintainya. Rasanya mustahil, sangat tak masuk akal bila yang terjadi adalah sebaliknya. Sebabnya, tak mungkin ada cinta monyet yang akan bertahan selama itu. Tak mungkin ada perhatian dan perlindungan yang didapatkannya jika Usher masa lalu tak benar-benar mencintainya.

*

Kepulangan Vione masa lalu tak lepas dari pantauan Usher. Sebabnya, dia masih mengingat dengan jelas kejadian di masa lalu dan memutuskan untuk tak akan melewatkan kesempatan yang ada.

Usher sadar bahwa malam itu Vione masa lalu akan sangat bersedih hingga meragukan cinta mereka. Jadilah dia tak ingin mengambil risiko. Dia harus menemui Vione masa lalu dan memastikan bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Tangan Usher merogoh saku dan melihat kalung berliontin separuh bulan untuk sejenak. Setelahnya dia meremas kalung itu dengan penuh tekad sebelum memasukkannya kembali ke dalam saku.

Usher menunggu sejenak sembari memperhatikan dengan cermat tayangan dari kamera pengawas yang tersebar di seluruh penjuru Istana. Fokusnya tertuju pada layar monitor besar, lalu beralih pada layar-layar lainnya yang berukuran lebih kecil. Diperiksanya setiap sudut yang memperlihatkan Vione masa lalu tanpa lengah walau hanya sedetik.

Tubuh Usher menegang ketika dilihatnya Vione masa lalu keluar dari ruang kerja dengan terisak. Dia tampak begitu menderita dan sedih. Dia sangat tersiksa sehingga membuat rasa bersalah menyentak-nyentak jantung Usher.

Rasanya tak sanggup Usher untuk terus melihat tayangan kamera pengawas. Mata terpejam dan dikepalkannya tangan dengan sekuat tenaga. Dicobanya untuk menahan isak, tetapi tak urung kehangatan timbul di sepasang matanya.

Ada air mata penyesalan dan rasa bersalah yang tak mampu Usher bendung. Jadilah kepalanya terunduk. Kedua tangan bertahan di meja dan berulang kali dia merutuki diri sendiri.

"Maafkan aku, Vione."

Keinginan untuk menemui Vione masa lalu membludak dengan tak kira-kira. Namun, Usher terpaksa menahan diri untuk sesaat. Dia tak bisa gegabah dan harus memastikan bahwa pergerakannya tak tertangkap mata oleh siapa pun, termasuk oleh kedua orang guard yang berjaga di depan pintu kamar Vione.

Walau begitu perhatian Usher bukan hanya tertuju pada penjagaan di kamar Vione, melainkan lebih dari itu. Sebabnya, dia ingat betul bahwa Mireya di masa lalu berhasil menjebak Vione berbekalkan foto yang didapatkan dari rekaman kamera pengawas di sepanjang lorong.

Satu pilihan paling aman yang Usher miliki sekarang adalah memanfaatkan jalan rahasia yang terhubung langsung pada kamar Vione. Tentunya, itu pun berkaitan dengan sistem penyelamatan yang memastikan prioritas pada keluarga alpha. Hanya saja dia sama sekali tak mengira akan menggunakan sistem penyelamatan itu untuk menemui lunanya sendiri.

Hal lain yang patut Usher syukuri adalah fakta bahwa kamar alpha dan luna memiliki kamera pengawas khusus. Keberadaannya ada dengan teknologi yang memiliki kecanggihan tingkat tinggi, tetapi tak bisa diakses oleh Berg karena kerahasiaan alpha dan luna yang harus selalu terjaga.

Berkat keberadaan kamera pengawas itu maka Usher pun bisa menentukan waktu yang tepat untuk menemui Vione masa lalu. Paling tidak adalah ketika Vione masa lalu tidak berada di dekat ruang penghubung kamar. Sebabnya, pintu rahasia itu berada persis di ruang penghubung kamar, tepatnya pada dinding di dekat pintu kamar.

Usher menarik napas dalam-dalam ketika menyentuh sensor sidik jari dan terbukalah dinding tersebut. Dia keluar dan dinding kembali menutup dengan cepat.

Pandangan Usher mengitari keadaan ruang penghubung kamar Vione untuk sesaat. Setelahnya dia langsung beranjak. Dia masuk ke bagian kamar Vione yang sesungguhnya dan mendapati si empunya tengah merintih di dalam tidur.

Usher bergegas dan segera mengusap lembut pipi Vione masa lalu, lalu berbisik lirih. "Vione."

Vione masa lalu terbangun sesaat kemudian dan kebingungan menghantamnya. Keberadaan Usher adalah hal yang tak pernah diduganya. Terlebih setelah pertengkaran mereka tadi.

Namun, bukan hanya keberadaan Usher yang membingungkan Vione masa lalu, melainkan perlakuan yang didapatkannya pun semakin membuatnya bertanya-tanya. Usher begitu baik padanya. Sikapnya lembut dan menghangatkan. Persis seperti dulu, persis sebelum Mireya hadir di antara mereka.

Vione semakin tersasar dalam rasa bingung ketika Usher meminta maaf padanya tanpa lupa mengungkapkan cinta. Jadilah dia terpana dan semua tanda tanya di dalam kepala hilang seketika.

"Aku juga mencintaimu, Usher. Aku sangat mencintaimu."

Setitik kelegaan timbul membuat Usher merasa lebih tenang. Dia telah berhasil meredakan kesedihan Vione masa lalu dan sekarang adalah waktu untuknya menuntaskan rencana yang telah disusun sedari awal.

Usher memberikan kalung berliontin separuh bulan pada Vione masa lalu. Dikenakannya kalung itu di leher Vione masa lalu sambil berkata. "Aku ingin kau selalu memakainya. Jangan pernah lepaskan apa pun yang terjadi." Lalu disadari olehnya bahwa tatapan Vione masa lalu tertuju pada kalung yang juga dikenakannya. "Kau benar. Aku juga memakainya."

Kebahagiaan berpendar di sepasang mata Vione masa lalu. Agaknya dia sama sekali tak mengira bahwa setelah pertengkaran hebat yang mereka lalui maka Usher justru bersikap semanis itu padanya.

Semua kesedihan hilang tanpa sisa sama sekali. Semua tergantikan oleh kebahagiaan yang tak terkira. Bahkan kala itu Vione masa lalu sempat mendengar jiwa serigalanya berkata. Usher selalu mencintaimu, Vione. Selalu.

Vione masa lalu tersenyum dan menatap mata Usher. Lalu dia terpukau dalam sebuah kesadaran bahwa untuk kesekian kalinya, dia telah terjatuh pada pesona Usher. Dia kembali jatuh cinta pada Usher.

Keterpanaan Vione masa lalu pada Usher terinterupsi oleh sekilas ingatan yang tak jelas. Jadilah kerutan samar muncul di dahinya dan diungkapkannya rasa familier yang tengah dirasakannya. Mata Usher dan kalung berliontin separuh bulan yang dikenakannya membuat dia teringat akan kejadian masa lalu, yaitu ketika mereka masih kecil dan nyaris tenggelam di danau.

"Sekarang kalau kuingat-ingat, kau memiliki mata yang mirip dengan pria itu."

Usher membeku, terlebih karena Vione masa lalu jelas sekali mengatakan bahwa pria penolong mereka dulu juga mengenakan kalung serupa. Untuk itu dia pun buru-buru mengalihkan topik pembicaraan. Tak ingin diambilnya risiko bila Vione masa lalu mencurigainya. Terlebih lagi masih ada satu hal penting yang harus dikatakannya pada Vione masa lalu, hal penting yang berada di atas segalanya.

Untuk itu maka Usher pun mengalihkan fokus Vione masa lalu dengan cara yang amat tepat, cara yang juga berhasil mendistraksinya pula. Bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang menenggelamkan. Mereka saling melumat dan jadilah semua mengalir dengan begitu alamiah.

Pakaian masing-masing terlucuti sesaat kemudian. Tubuh Usher dan Vione masa lalu menjadi polos, lalu saling mendekap dalam penuh gairah suci. Mereka saling memuja dan Usher bersyukur karena sedikit kesadarannya masih tersisa.

Usher menarik napas dalam-dalam. Wajah mengeras ketika kehangatan Vione masa lalu membungkus dirinya. Lalu dia berkata. "Berjanjilah padaku, Vione." Dia menciumi pipi Vione masa lalu, kemudian menuju pada telinganya. "Apa pun yang terjadi, Vione. Berjanjilah padaku." Kedua tangannya meraih kedua tangan Vione masa lalu, lalu jemari mereka saling bertautan. "Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkanku. Apa pun yang terjadi, berjanjilah untuk tetap berada di sisiku. Tak peduli betapa bodoh dan mengecewakannya aku, kumohon, jangan pernah pergi dari sisiku."

Vione masa lalu menggeliat. Hunjaman demi hunjaman membuat tubuhnya terombang-ambing dalam gelombang yang amat syahdu. Lalu dia meremas seprai seiring dengan gejolak gairah yang terus menghantamnya. "Aku berjanji, Usher."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top