Regretful Alpha 2
Disadari oleh Ayla bahwa Vione sudah berada di titik putus asa. Jadilah Vione akan melakukan apa pun agar Usher bisa kembali sembuh. Bahkan Vione pasti tak akan berpikir dua kali untuk menukar nyawanya bila itu bisa mengembalikan Usher ke dunia. Sayangnya tekad Vione tak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Rowena. Tak bisa dipungkiri olehnya bahwa harapan Vione berbenturan dengan prinsip hidup yang selama ini telah Rowena pegang dengan penuh keteguhan.
Rowena tak lagi ingin terlibat dengan permasalahan dunia. Dia sudah menarik diri dari dunia luar.
Walau begitu Ayla tak akan lupa bahwa Rowena pun telah melanggar prinsip itu beberapa waktu lalu, tepatnya ketika dia meminta obat untuk Usher. Jadilah sekarang harapan itu tumbuh. Semoga saja keteguhan Vione akan menyentuh rasa belas kasih Rowena.
"Kumohon, Rowena. Kasihanilah aku. Sembuhkan Usher dan apa pun yang kau inginkan pastilah akan kuberikan."
Rowena tertegun. Wajahnya tertunduk. Dilihatnya Vione yang sekarang memeluk kedua kakinya dengan tangis yang semakin menjadi-jadi. Vione benar-benar tampak putus asa sehingga tanpa sadar matanya pun memanas.
"Aku berjanji, aku akan memberikan semua yang kau inginkan asalkan kau bisa menyembuhkan Usher," pinta Vione sembari memperkuat rengkuhannya di kedua kaki Rowena. "Kumohon, Rowena."
Sesaat, Rowena hanya bergeming dan tiba-tiba saja air matanya menetes. Lalu dia pun menurunkan tubuh dan dipegangnya Vione. Ditatapnya mata basah Vione. "Apakah kau tak masalah bila harus kehilangan nyawamu untuknya?"
Bola mata Ayla membesar. Dia tahu ada banyak praktik sihir yang tak lazim di dunia ini. Namun, bukan berarti dia ingin melihat Vione menukar nyawanya untuk kesembuhan Usher. Diyakininya, Usher pun pasti akan menentang hal tersebut.
Jadilah Ayla maju. "Rowena, kau tidak mung—"
"Aku tak bisa hidup tanpa Usher, Rowena. Jadi, nyawaku pun tak berguna bila tak ada Usher di dunia ini."
"Lalu, apa menurutmu Usher bisa hidup tanpamu?" tanya Rowena yang langsung membuat Vione menjadi bungkam. "Apakah menurutmu Usher akan setuju bila kau mengorbankan diri untuknya?"
Vione tak bisa menjawab. Jadilah matanya terpejam dan dia tak bisa mengatakan apa-apa lagi, hanya tangisnya yang kian menderas seiring waktu berlalu. "Kumohon."
Bayang keputusasaan semakin menggelapkan harapan Vione. Tak ada lagi yang bisa dilakukan olehnya. Jadilah tubuhnya melemas seketika. Semua tenaganya seolah lenyap tanpa tersisa. Rengkuhannya pada kedua kaki Rowena terlepas dan dia meringkuk dengan begitu menyedihkan.
Ayla buru-buru menghampiri Vione. "Vione, tenanglah."
"Aku tak bisa, Ayla," lirih Vione dengan amat memilukan. Sorot mata dan suaranya menyiratkan kesedihan yang sangat dalam. "Aku tak bisa hidup tanpa Usher. Selama ini, hanya dia yang menemaniku. Hanya dia yang menerima kekuranganku. Hanya dia yang mencintaiku dengan semua kekuranganku. Hanya dia yang mencintai serigala tanpa cakar seperti aku."
Tak ada kata-kata yang bisa diucapkan lagi oleh Ayla. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya sekarang adalah menarik Vione ke dalam pelukannya. Dibelainya Vione dengan lembut dan diyakininya bahwa bila ada orang pertama yang melihat kedekatan Vione dan Usher sedari dulu maka pastilah dia orangnya.
Ayla ingat betul, kala itu Vione dan Usher tengah bercanda dengan seekor anak anjing yang imut, lalu muncullah penglihatan itu. Dilihat olehnya, Vione dan Usher bergandengan tangan di sisi danau yang sejuk. Bersama mereka, ada seorang putra dan dua orang putri yang ceria dan sehat. Mereka tampak amat bahagia.
Penglihatan itu selalu didoakan oleh Ayla setiap malam dan di antara semua penglihatannya, inilah yang paling diharapkannya untuk tidak keliru. Dia ingin melihat kebahagiaan itu, tetapi sepertinya ini adalah kali pertama di mana penglihatannya tidak menjadi kenyataan.
"Aku akan membantumu."
Ucapan Rowena yang tiba-tiba membuat Vione dan Ayla seketika berpaling. Keduanya menatap Rowena demi memastikan bahwa dia serius dengan perkataannya.
Rowena memejamkan mata sesaat dan menghirup udara dalam-dalam. Ditenangkannya diri dari pergolakan emosi. Lalu ketika matanya membuka kembali maka adalah Vione yang ditatapnya. "Aku akan berusaha semampuku, tetapi seperti yang kukatakan padamu tadi, aku tak bisa menjanjikan apa pun."
Vione mengangguk dan bangkit. Segera diraihnya tangan Rowena dan digenggamnya dengan erat. "Kumohon, lakukan apa pun agar Usher bisa sembuh kembali dan aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan."
Rowena tak bicara lagi, melainkan dilepaskannya diri dari genggaman Vione. "Ayla, jaga Vione dengan baik dan jangan lupa untuk membaringkan Alpha di altar. Aku harus segera melakukan persiapan," ujarnya sembari melemparkan pandangan ke langit. "Malam ini adalah malam purnama."
Rowena pergi, tinggallah Ayla dan Vione. Mereka tak berdiam diri, melainkan langsung melakukan perintah Rowena. Jadilah mereka memindahkan tubuh Usher ke altar yang berada di belakang rumah Rowena dengan penuh kehati-hatian.
Vione membuang sebongkah kotoran yang berada di helaian rambut Usher. Lalu ditangkupnya pipi Usher yang terasa mulai dingin. "Kita akan segera bertemu lagi, Usher. Aku akan menunggumu."
Pemandangan itu membuat dada Ayla merasa sesak. Tak terhitung lagi berapa kali dipanjatkannya doa di dalam hati. Lantas sesuatu melintas di benaknya sehingga dirasanya perlu untuk memberi tahu Vione.
"Vione."
Vione terus membelai pipi Usher. "Apa, Ayla?"
"Aku yakin, kau harus tahu ini. Selama ini, Alpha berada dalam kendali sihir Mireya."
Belaian Vione terhenti seketika. Tubuhnya terasa dingin dan dia berpaling. "Sihir?"
"Ya," angguk Ayla sembari membuang napas panjang. "Itulah alasan mengapa Alpha mengabaikan kita semua selama ini."
"Kau tak mungkin bercanda bukan?"
Ayla menggeleng. "Sebagai bukti, Rowena sempat membuatkan obat untuk Alpha. Garth sudah meminumkannya pada Alpha dan setelahnya Alpha pun langsung terbangun dari tidur. Namun, kami bertindak terlalu lama sehingga semua kejadian buruk ini tak bisa dihindari."
Sebabnya, Ayla tak pernah terpikir sebelumnya dengan kemungkinan adanya campur tangan sihir yang membuat perilaku Usher berubah. Sempat dikiranya bahwa perselingkuhan Usher dan Mireya adalah peristiwa memalukan yang kerap terjadi berkat ketidaksetiaan belaka. Jadilah semua sudah terlambat ketika Scott menduga hal tersebut.
Ayla yakin bahwa Vione harus mengetahui kenyataan sebenarnya, terlebih karena Mireyalah yang menjadi penyebab perpisahan mereka. "Alpha mencintaimu, Vione."
Sesak di dada Vione semakin tak terkira dan jadilah harapannya kian merongrong dengan penuh pinta. Kumohon, Usher. Kau harus kembali padaku.
*
Cahaya menyinari dengan tak seberapa, tampak remang-remang, berasal dari lilin-lilin yang berkelap-kelip melemparkan bayangan menyeramkan di dinding. Udara di sekitar terasa berat, menyiratkan niat dan harap yang telah saling mengikat kuat.
Berdiri di tengah ruangan khusus yang selama ini telah menjadi tempat untuk menjalankan ritual, adalah Rowena. Dia seorang diri dan tengah memandangi sebuah meja kayu kasar yang ada di hadapannya. Di sana, ada berbagai macam herba, kristal, dan juga artefak mistik. Semua itu dilihatnya dengan cermat, dipastikannya tak ada satu hal pun yang terlewatkan.
Rowena tampak fokus ketika dimulainya proses rumit penyiapan bahan-bahan suci untuk ramuan penyembuhan. Diambilnya setiap herba pilihan dengan pergerakan yang presisi, lalu dihancurkannya dengan menggunakan lumpang batu. Jadilah aroma sage, lavender, dan wolfsbane bercampur menjadi satu, lalu memenuhi udara, menciptakan perpaduan wangi memabukkan.
Sementara itu, terpisah jarak tak seberapa dari Rowena, ada sebuah kuali kecil berbuih di atas api tungku. Didihannya memancarkan uap yang berdansa di udara. Di sanalah Rowena kemudian menuangkan herba yang telah dihancurkannya dengan penuh kehati-hatian. Mulut Rowena berkecumik, dirapalkannya mantra kuno sembari mengaduk ramuan itu searah jarum jam dengan menggunakan sendok kayu berukiran simbol-simbol kuno.
Ramuan kembali mendidih. Rowena pun beralih ke tahapan selanjutnya. Kali ini diambilnya seikat herba kering yang diikat dengan tali kulit dan diasapinya herba kering tersebut di atas kuali.
Semua tahapan telah selesai dilakukan oleh Rowena sesaat kemudian. Tersajilah di atas meja semangkuk cairan obat dan seikat herba kering yang telah diasapi.
Rowena keluar dengan membawa serta kedua benda itu. Tujuannya adalah bagian belakang rumahnya, tempat di mana ada sebuah altar yang telah menjadi saksi bisu untuk kehebatan sihirnya selama ini.
Tiba di sana, Rowena mendapati keberadaan Vione dan Ayla. Jadilah langkahnya terhenti sejenak. Ditatapnya Vione untuk beberapa saat seolah tengah memberi isyarat bahwa dia akan melakukan usaha terbaiknya.
Vione dan Ayla mengerti. Mereka pun menyingkir dari altar.
Rowena menaruh mangkuk dan herba kering di sisi atas altar, berdekatan dengan kepala Usher. Setelahnya, dia menengadahkan kepala. Dilihat olehnya bulan purnama bercahaya dengan amat terang. Jadilah sekujur tubuh Usher bermandikan cahaya bulan purnama.
Mata Rowena memejam. Dinyalakan olehnya semua indra, lalu dia meringis tertahan. Bagaimana mungkin kau memiliki dua jiwa serigala, Alpha? Satu jiwa serigalamu telah mati, lalu mengapa bisa kau memiliki yang lain?
Rowena menunggu. Barangkali alam akan memberinya petunjuk untuk keanehan tersebut. Sebabnya adalah tak pernah ada manusia serigala yang memiliki dua jiwa serigala dan baru kali inilah dia menemukan fenomena itu. Jadilah benaknya dipenuhi oleh beragam kebingungan.
Sayangnya alam diam saja. Tak ia berikan jawaban yang Rowena inginkan. Dibiarkannya Rowena untuk terus terombang-ambing dalam kebingungan.
Mata kembali terbuka. Rowena putuskan untuk menyerah mencari jawaban. Prioritasnya sekarang hanya satu, yaitu berusaha untuk menyembuhkan Usher dari kematian.
Ritual dimulai. Rowena mulai merapalkan mantra dengan penuh hikmat. Bersamaan dengan itu, dikelilinginya altar sembari mengipasi Usher dengan menggunakan herba kering. Lalu dia berhenti di hitungan ketujuh.
Rowena membuang napas panjang. Ditaruhnya kembali herba kering itu di altar, lalu diambilnya sebilah pisau kecil dari balik pinggangnya.
Vione yang melihat Rowena mengambil pisau pun menjadi bertanya-tanya, apakah yang akan dilakukan oleh Rowena? Lantas jawaban untuk pertanyaan itu didapatkannya sesaat kemudian, tepatnya ketika Rowena menghunjam dada Usher, mengarah pada jantungnya.
Pekik Vione pecah. Kakinya refleks melangkah, tetapi Ayla mencegah. Ayla berikan isyarat melalui tatapan mata agar dia menenangkan diri.
Rowena tak terusik oleh pekikan Vione. Konsentrasinya tetap terjaga dan matanya menatap tajam pada luka di dada Usher. Kala itu pisau masih menancap dan tiba-tiba saja diputarnya pisau sehingga terciptalah lubang di sana.
Vione memejamkan mata. Ayla buru-buru memeluknya. Dicobanya untuk menenangkan Vione sebisa mungkin.
Daging terkoyak. Lubang menganga. Rowena bisa melihat samar jantung Usher di dalam sana.
Sekarang Rowena mengambil mangkuk cairan herba. Dituangkannya cairan panas yang masih mengepulkan asap itu di luka Usher. Dia biarkan cairan itu masuk dan lalu membasahi jantung Usher.
Wajah Rowena berubah kian serius. Dihirupnya udara dalam-dalam, lalu dimasukkannya tangan ke dada Usher. Dia menggenggam jantung Usher, lalu memberikan beberapa kali remasan sambil kembali merapalkan mantra.
Tubuh Rowena bergetar. Keringat memercik di dahi dan jadilah tubuhnya basah hanya dalam waktu sebentar. Kumohon, kembalilah, Alpha.
Satu putaran mantra tak memberikan hasil, tetapi Rowena tak menyerah. Terus diremasnya jantung Usher dengan mantra yang tak putus-putus diucapkannya.
Rowena mengerang. Terasa olehnya percikan rasa amis nan asin di mulut, dia muntah darah. Tubuhnya memberontak, merasa tak sanggup untuk meneruskan ritual itu. Namun, dia tak berhenti. Diabaikan olehnya mual dan pening yang mulai menghantam dari berbagai sisi. Dunia seolah berputar-putar dan tubuhnya mulai terasa dingin. Kumohon. Demi Vione, kembalilah, Alpha. Dia sangat mencintaimu.
Remasan terakhir dan Rowena tak mampu bertahan. Bersamaan dengan itu udara seolah-olah mengamuk dan menghempaskannya tanpa terduga sama sekali. Jemarinya melepaskan jantung Usher. Dia terpental dan akhirnya jatuh pingsan.
"Rowena!"
Ayla dan Vione bergegas menghampiri Rowena. Tampak oleh mereka wajah Rowena yang amat pucat, persis mayat. Jadilah mereka khawatir, tetapi deru napas Rowena sedikit membuat mereka lega.
"Ayla," lirih Vione sembari memastikan Rowena tak terluka. Keinginannya untuk melihat Usher hidup kembali memang amat besar, tetapi bukan berarti dia ingin mengorbankan keselamatan Rowena. "Kita bawa Rowena ke dalam. Aku khawatir dia terlalu memaksakan diri dan—"
Ucapan Vione terhenti. Angin membelai kulitnya dengan kesan yang berbeda. Jadilah jantungnya berdetak dengan irama yang tak biasa. Begitu pula dengan laju napasnya yang mulai meningkat.
Vione tertegun. Seluruh titik sarafnya bersiaga. Instingnya menyala. Jadilah dia melepaskan tubuh Rowena dengan perlahan untuk kembali berbaring di tanah. Dia bangkit dan Ayla melihatnya dengan keheranan.
"Vione?" panggil Ayla dengan dahi mengerut. Sikap Vione tampak aneh. "Ada apa denganmu?"
Vione tak menjawab, melainkan dia terus beranjak. Didekatinya altar dengan langkah pelan nan gemetaran.
Udara tertahan di dada. Jantung seolah tak lagi berdetak. Vione tak percaya dengan yang matanya lihat. Sebabnya, lama semakin lama maka pemandangan itu tampak kabur di matanya—dia mulai menangis.
Di sana, masih terbaring di altar, Vione melihat Usher membuka mata. Usher tampak memandang sekitar dengan ekspresi bingung dan tatapan mereka pun bertemu.
"Vione."
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top