Regretful Alpha 11
Ada sesuatu yang salah tengah terjadi, Usher muda bisa merasakannya dengan jelas. Perasaannya tak nyaman, seperti ada yang mengganjal di dada sehingga langit malam yang dihiasi bulan purnama pun tak bisa memberikan ketenangan seperti biasa. Suasana terasa menggelisahkan. Angin yang berembus pelan pun malah terasa menyengat, seakan mempertegas keresahan yang tengah dirasa olehnya.
Usher muda membuang napas panjang. Lalu diedarkannya pandangan ke sekitar dengan cemas. Dicobanya untuk mencari petunjuk atas perasaan tak biasa yang terus menghantuinya selama beberapa hari belakangan, tetapi jawaban yang didapatkannya hanyalah kebingungan.
Semua seperti berputar-putar sehingga membuat kepala Usher muda menjadi penuh. Beragam peristiwa yang telah terjadi kembali mengisi benak dengan menyertakan pemikiran yang berbeda dari sebelumnya. Jadilah dua pertanyaan dengan makna serupa terus membebani pikirannya.
"Mengapa? Mengapa kau begitu baik padaku? Mengapa kau selalu mengkhawatirkanku? Mengapa, Usher?"
"Mengapa kau begitu perhatian pada Vione? Dia bukanlah siapa-siapa. Dia hanyalah putri angkat dari sepasang petugas kehutanan. Selain itu, tampaknya dia lemah. Bisa dikatakan bahwa dia adalah wanita serigala yang merepotkan. Jadi, mengapa kau peduli padanya?"
Semula Usher muda tak begitu menghiraukan pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi semua berubah ketika sore itu dilihat olehnya Vione muda tengah bercengkerama dengan Lewis. Mereka tampak akrab dan dimulailah ketidaknyamanan itu menggelayuti perasaannya sepanjang waktu.
Usher muda mencoba untuk menenangkan diri, tetapi sayangnya dia malah lepas kendali. Tak mampu dirinya mengenyahkan semua keresahan itu dari dalam pikiran dan jadilah dia risau selama berhari-hari. Dia tak bisa fokus pada jam belajarnya, juga tak bisa menikmati makanan yang tersaji. Parahnya, istirahatnya pun turut terganggu.
Kegundahan mendesak. Kali ini Usher muda terpojok oleh pertanyaan serupa yang ironisnya justru dilayangkan oleh diri sendiri. Dia mencoba untuk mengelak, tetapi keadaannya benar-benar menyedihkan.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi, Usher? Kuperhatikan, kau tampak tak sehat belakangan ini."
Usher muda mengerjap. Pertanyaan Jemma menarik kesadarannya yang sempat terjerat sesaat dalam alam lamunan. Jadilah dia mendeham dan menjawab sembari menuntaskan sarapan yang tak benar-benar dimulainya. "Tidak ada, Ma. Semua baik-baik saja."
"Benarkah?" Jemma menatap Usher muda lekat. Dahinya tampak mengerut, menunjukkan keraguan untuk jawaban Usher. "Sepertinya bukan itu yang terlihat."
Usher muda memutar otak. Jadilah didapatkannya alasan paling masuk akal yang bisa diberikan untuk Jemma. "Mungkin aku hanya sedikit stres karena persiapan konferensi umum pertamaku."
Kali ini Jemma tak bisa berkata-kata lagi. Alasan Usher muda terdengar logis. Lagi pula dia pun tahu betapa Usher muda sangat fokus belakangan ini. Usher muda ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin dan bukan hal aneh bila pada akhirnya dia mengalami stres.
Jemma menarik napas sekilas. "Lebih baik kau istirahat selama beberapa hari. Aku yakin, persiapanmu sudah matang. Sekarang penting untukmu menjaga kesehatan. Semua persiapanmu tak akan berguna bila kau jatuh sakit."
"Baik, Ma." Usher muda mengangguk sembari bangkit dari duduk. Dihampirinya Jemma untuk memberikan pelukan hangat. "Aku akan pergi ke Perpustakaan sebentar, setelah itu aku akan beristirahat."
Usher muda bisa menangkap kekhawatiran di sepasang mata Jemma. Jadilah dia meyakinkan Jemma untuk terakhir kali agar tak mencemaskan dirinya secara berlebihan. Setelahnya, dia pun pergi dari ruang makan dan tujuannya adalah Perpustakaan.
Ada sedikit hal yang harus Usher muda pastikan sebelum bisa beristirahat seperti janjinya pada Jemma tadi. Dia ingin mencari sebuah buku dan—
Langkah Usher muda terhenti seketika tatkala Vione muda melintas di hadapannya dengan panik. Tampak olehnya, Vione muda mendekap seekor anak anjing yang terlihat lemah dan tak bergerak.
"Vione."
Vione muda berpaling. "U-Usher."
"Ada apa?" tanya Usher muda sembari mendekati Vione muda. Tatapannya tertuju pada anak anjing. "Apa yang terjadi padanya?"
Vione muda menggeleng. "Aku tak tahu. Tadi dia masih baik-baik saja, Usher. Aku hanya pergi sebentar dan kulihat ia sudah seperti ini ketika kembali lagi. Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya."
Kekhawatiran Vione muda sangat beralasan. Sebabnya, Usher muda bisa melihat keadaan anak anjing itu sangat memprihatinkan. Jadilah dia berkata. "Tenanglah, aku akan memanggil dokter hewan. Kau tak perlu khawatir. Ia akan baik-baik saja."
Segera saja Usher muda memerintahkan Walter Mendoza—watcher—untuk memanggil seorang dokter hewan ke Istana dan jadilah niatnya yang semula ingin pergi ke Perpustakaan tersisihkan. Diputuskannya untuk menemani Vione muda selama pemeriksaan anak anjing itu.
Alma Alexander datang tak lama kemudian. Dia segera mengambil alih anak anjing itu dan mulai melakukan penanganan. Dengan didampingi oleh seorang asisten, diperiksanya keadaan anak anjing itu dengan penuh ketelitian.
Anak anjing itu lemah dan gelisah. Ia gemetaran dengan napas yang terengah-engah. Matanya tak terlihat cerah seperti biasa, sekarang tampak redup dan sayu. Di mulutnya, ada jejak-jejak ludah berbusa yang menunjukkan reaksi toksin dalam tubuh. Untuk itu Alma pun dengan cepat memeriksa denyut nadi, lalu mengamati warna gusi dan membran mukosanya yang pucat.
"Bagaimana keadaannya, Alma?"
Alma berpaling dengan wajah yang menyiratkan keprihatinan. "Sepertinya ia mengalami keracunan makanan."
"Keracunan makanan?" tanya Vione muda secara refleks. Jadilah Alma dan Usher muda melihat padanya. "Apa maksudmu? Aku memberikannya makan seperti biasa dan selama ini ia tak pernah keracunan. Ia baik-baik sa—"
Mendadak saja ucapan Vione muda terhenti. Ada sesuatu yang melintas di benak sehingga membuat lidahnya menjadi kelu seketika. Jadilah dia tertegun.
Rasa dingin hadir dan dengan begitu cepat menjalari sekujur tubuh Vione muda. Dicobanya untuk menampik sebuah kemungkinan yang telah berhasil menghadirkan ketakutan.
"Vione," panggil Usher muda sembari meraih tangan Vione muda secara refleks. Tatapan mereka bertemu dan dia bertanya. "Ada apa? Mengapa kau diam?"
Vione muda mengerjap dengan sorot mata yang kosong, tampak gelagapan. "U-Usher," lirihnya dengan suara bergetar. "A-aku teringat sesuatu. Sepertinya dia memakan rotiku."
Mata Usher muda menyipit. "Roti?"
"Ya, roti sarapanku," jawab Vione muda sambil meneguk ludah. Kepanikan di wajahnya dengan cepat bertukar dengan rasa bersalah. "Aku belum sempat sarapan karena dipanggil untuk menyiapkan peralatan kebun dan ketika aku kembali maka roti itu sudah tidak ada lagi. Apakah mungkin ia keracunan karena roti itu? Apakah roti itu sudah kadaluarsa?"
Usher muda tak menjawab. Sebabnya adalah mustahil bila Vione muda mendapatkan roti kadaluarsa. Pihak Istana selalu memastikan makanan dan minuman untuk semua penghuni Istana—keluarga alpha dan para pekerja—memenuhi standar kesehatan. Lagi pula selama ini tak pernah ada laporan keracunan makanan.
Walau begitu Usher muda tak akan lupa untuk melakukan pengecekan. Bila memang anak anjing itu mengalami keracunan karena memakan roti sarapan Vione muda maka pihak Istana telah melakukan kelalaian yang amat berisiko.
"Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi," ujar Alma sesaat kemudian. Diberikannya pendapat yang logis. "Apalagi karena ia adalah anak anjing. Bisa saja ia memakan sesuatu tanpa sepengetahuanmu."
Vione muda merenungi ucapan Alma, lalu mengangguk perlahan. Disadari olehnya ada hal lebih penting untuknya sekarang ketimbang mencari tahu sumber keracunan tersebut. "Jadi, bagaimana keadaannya? Apakah ia akan baik-baik saja?"
"Untungnya, ya. Ia akan baik-baik saja. Setelah beristirahat selama beberapa hari maka ia akan kembali pulih. Kau bisa tenang sekarang."
Kelegaan menyeruak tak kira-kira di dada Vione muda. Dengan mata yang terpejam seketika, dia pun membuang napas panjang. Lalu tak lupa diucapkannya terima kasih berulang kali pada Alma.
Keheningan menyelimuti sesaat setelah kepergian Alma dan asistennya. Sekarang hanya ada Usher dan Vione muda di paviliun tua Istana—bangunan yang menjadi tempat istirahat Vione muda ketika lelah bekerja dan juga rumah untuk anak anjing itu. Keduanya sama-sama diam dan hanya memandangi anak anjing itu, ia tidur dengan cairan infus yang terus masuk ke tubuhnya.
"Jadi ..." Suara Usher muda terdengar beberapa menit kemudian. Dia berpaling dan melihat pada Vione yang tak memindahkan fokus dari anak anjing itu. "... siapa namanya?"
Vione muda mengerjap. Dijawabnya pertanyaan Usher muda dengan suara rendah. "Aku belum memberinya nama."
"Belum?"
Vione muda mengangguk.
"Kupikir kau sudah memberinya nama," ujar Usher muda sembari menarik napas dalam-dalam. Lalu dia mendeham sejenak sebelum kembali bertanya. "Jadi, apa kau tak berpikir untuk memberinya nama?"
"Aku tak tahu. Lagi pula aku tak pernah memiliki hewan peliharaan sebelumnya. Jadi, aku tidak punya ide sama sekali." Kali ini Vione muda menggeleng. Setelahnya, dia menoleh dan menatap Usher muda. "Apakah kau memiliki saran nama yang bagus untuknya?"
Usher muda mengerjap. "A-aku?" Tampak dia sedikit gelagapan, agaknya tak mengira bila Vione muda justru akan meminta pendapatnya. Jadilah dia memutar otak dan beruntung ada satu nama yang terpikirkan olehnya. "Ehm. Bagaimana dengan Buddy?"
Usher muda tak berharap Vione muda akan menyukai nama tersebut. Untuk itu dia pun kembali memikirkan beberapa nama yang terlintas di benaknya. Ada beberapa yang terpikirkan olehnya, seperti Coco atau Milo. Kedua nama itu terdengar imut dan tampaknya lebih disukai oleh seorang gadis.
"Buddy nama yang bagus."
Coco dan Milo langsung hilang dari benak Usher muda. "Bagus?"
"Ya. Aku suka dan ia pasti juga suka."
Sekelumit senyum merekah di wajah Usher muda. Jadilah dia beranjak dan menghampiri Vione. Bersama-sama, mereka duduk di dekat Buddy.
Usher muda mengulurkan tangan. Dibelainya kepala Buddy dengan penuh kehati-hatiaan. "Kuharap kau cepat sembuh, Buddy."
Hal bagusnya adalah Buddy menunjukkan laju pemulihan yang signifikan. Persis seperti yang dikatakan oleh Alma maka ia pulih setelah beristirahat total selama beberapa hari. Selain itu ia pun semakin aktif dan ceria sehingga tak butuh waktu lama untuknya dan Vione muda kembali bermain-main seperti biasa.
Tepatnya di hari keenam, Usher muda mendapati Vione muda dan Buddy bergembira di salah satu taman Istana. Kala itu dia baru saja selesai berdiskusi dengan beta yang bernama Graham Forsythe. Mereka membahas perihal seleksi warrior dan guard muda yang menurut rencana akan dibuka pendaftarannya sebulan lagi, tepatnya dua minggu setelah upacara kedewasaan tahunan dilakukan.
"Jadi, aku akan menemui Alpha sekarang. Jika Alpha menyetujuinya maka aku akan segera menghubungimu, Usher," ujar Graham sembari menghentikan langkah karena dilihatnya Usher muda pun tak lanjut berjalan. Dia melihat Usher muda dan menunggu, tetapi tak ada respons yang didapat. "Usher?"
Usher muda tersentak dan mendeham. "Oh ya, Beta Graham. Aku tunggu kabar selanjutnya."
Graham mengangguk dan setelahnya langsung pergi dari sana. Ditinggalkannya Usher muda seorang diri yang agaknya akan betah di sana untuk beberapa saat. Sebabnya, dia bisa melihat bahwa fokus Usher muda tengah tertuju pada Vione muda.
Usher muda tersenyum kecil melihat kegembiraan Vione muda dan Buddy. Jadilah dia berniat untuk turut bersenang-senang dengan mereka. Dia beranjak, ingin menghampiri, tetapi kehadiran Lewis membuat langkahnya berhenti dengan serta merta.
Wajah Usher muda berubah. Senyum kecil di wajahnya memudar seiring dengan dilihatnya Vione muda dan Lewis yang bercanda tawa. Perasaan tak nyaman itu kembali hadir. Sesuatu terasa mengganjal di dalam dada sehingga jadilah dia merasa sesak, nyaris tak bisa bernapas.
Usher muda memutar tubuh. Denyut tak mengenakkan di jantung membuatnya ingin pergi dari sana secepat mungkin. Namun, langkahnya lagi-lagi terhenti. Kali ini penyebabnya adalah dorongan tak logis yang membuatnya bertindak secara impulsif.
"Vione!"
Seruan Usher muda menjeda tawa Vione muda dan Lewis. Mereka menoleh dan kala itu Usher muda mengatupkan mulut rapat-rapat, baru menyadari tindakan yang baru saja dilakukannya.
Usher muda merutuki diri sendiri di dalam hati secara habis-habisan. Sayangnya, dia tak mungkin pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa ketika Vione muda bertanya padanya.
"Ada apa, Usher?"
Usher muda mendeham dengan wajah yang terasa panas. "Ada yang ingin kubicarakan padamu."
"Oh," lirih Vione muda sembari mengerutkan dahi, tampak merasa bingung. "Sekarang?"
Usher muda mengangguk. Diputuskannya untuk mengakhiri semua kegelisahan itu sekarang juga. "Ya, sekarang."
Hanya itu yang Usher muda katakan sebelum langsung pergi begitu saja. Jadilah Vione muda semakin kebingungan dan bertanya-tanya di dalam hati. Ada apa dengan Usher?
"Lewis," lirih Vione muda sambil beralih pada Lewis. "Sepertinya aku harus pergi. Jadi, sampai nanti."
Segera saja Vione muda bergegas tanpa menunggu balasan Lewis. Langkahnya cepat, nyaris seperti berlari. Disusulnya Usher muda yang ternyata menuju ke paviliun tua Istana.
Setibanya di sana, Vione muda mendapati Usher muda yang berdiri membelakanginya. Jadilah dia melambankan langkah. Dihampirinya Usher muda perlahan sembari memanggil namanya. "Usher."
Tak ada sahutan. Usher muda diam saja sehingga membuat Vione muda bertanya pada diri sendiri. Mungkinkah dia ada melakukan sebuah kesalahan? Mungkinkah dia ada melakukan sesuatu yang—
"Bisakah kau tak terlalu akrab dengan Lewis?"
Semua pertanyaan menghilang dari benak Vione muda. Dia terbengong. Matanya membesar dan mulutnya membuka dengan keterkejutan yang begitu alamiah.
Vione muda membutuhkan waktu untuk menyadarkan diri dari situasi tersebut. Dia mengerjap, lalu berusaha bicara walau dengan suara tersendat. Ditanyanya Usher muda. "Apa maksudmu, Usher?"
"Maksudku adalah ..." Usher muda memutar tubuh. Ditatapnya Vione muda dengan sorot lekat dan tanpa kedip. "... aku merasa tak suka melihatmu bersamanya."
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top