Clawless Luna 35

Kegaduhan di kamar Usher masih terus berlanjut hingga malam. Greisy yang ditugaskan oleh Mireya untuk menjaga Usher pun akhirnya memutuskan untuk tidak ambil pusing sama sekali. Hanya dipastikan olehnya bahwa Usher tidak keluar dari kamar dan tidak ada seorang pun yang masuk ke kamar. Selain itu, tak dipedulikannya untuk semua yang mungkin saja Usher lakukan di dalam kamar. Bahkan bila Usher terus mengamuk hingga menyakiti diri sendiri pun akan tetap dibiarkan olehnya.

"Jangan buka pintu. Apa pun yang terjadi, seribut apa kegaduhan di dalam kamar Alpha, kalian tak perlu melakukan apa-apa. Biarkan saja," ujar Greisy sembari melihat pada dua orang guard yang berjaga di depan pintu kamar Usher. "Apakah kalian mengerti?"

Kedua orang guard tersebut mengangguk bersamaan, lalu menjawab kompak. "Kami mengerti."

"Bagus dan jangan lupa segera hubungi aku bila terjadi sesuatu."

Setelahnya, Greisy pun pergi dari sana. Dilaluinya lorong panjang dengan suara-suara ribut Usher yang semakin lama semakin pelan terdengar di telinganya. Kala itu, dia sempat mengolok-olok di dalam hati. Benar-benar Alpha yang menyedihkan. Dia memang tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Alpha Torin. Sudah sepatutnya Kawanan Nimbria mengambil alih semua yang ada di sini.

Bukan hanya Greisy yang berpendapat demikian. Nyatanya kedua orang guard yang bertugas di depan kamar Usher pun berpikir yang sama. Mereka memang tak mengatakan apa-apa, tetapi sorot mata ketika mereka saling menatap dan lalu menyeringai sudah menunjukkan hal tersebut secara nyata. Terlebih ketika salah satu dari mereka akhirnya tak mampu diri untuk bicara.

"Sepertinya semua akan berakhir sebentar lagi."

Sementara di dalam kamar, itulah yang persisnya dirasakan oleh Usher. Dia yang terus mengamuk merasa hidup dan dunianya memang telah berakhir. Sebabnya, ingatan akan kematian Garth dan Jemma terus berputar-putar di dalam kepala, sama sekali tak bisa disingkirkan. Ketika dia menutup mata maka wajah sengsara Garth dan Jemma langsung muncul menampakkan diri dan ketika dia membuka mata maka bayangan itu seolah menjadi tampilan nyata.

Usher terus menghancurkan seisi kamar. Ditinjunya dinding dan lalu ditendangnya barang-barang. Jadilah keadaan kamar itu semakin hancur berantakan.

Tangan terluka. Tetesan darah mulai merembes dan menetes, berjatuhan sehingga membuat lantai menjadi ternoda. Namun, tak dirasakan olehnya terpaan perih dan sakit berkat kesedihan dan penyesalan yang telah menjajah dirinya dengan teramat dalam.

Usher terjatuh di lantai dengan kedua lutut yang goyah. Jadilah dia bertahan dengan kedua tangan, dicobanya untuk tidak benar-benar tertelungkup. Wajah tertunduk dan perlahan air mata pun merembes dari kedua matanya.

Tenaga Usher telah terkuras. Lemah dan kehampaan membuatnya hanya bisa meratapi nasib sekarang. Perlahan, matanya pun mulai meredup. Lelah membelenggu dan nyaris bisa mengambil alih kesadaran diri. Namun, tiba-tiba saja ucapan pria itu kembali menggema di benaknya.

"Bangkitlah karena banyak yang harus kau lakukan, Usher. Kau harus melindungi Vione dan jangan larut dalam penyesalan. Kau masih memiliki kesempatan sebelum semua menjadi hancur tak tersisa."

Mata Usher membuka lagi dengan nyalang. Napasnya yang semula lemah menjadi menderu. Jantungnya berpacu ketika ada sekilas ingatan melintas di dalam benaknya.

"Semua sudah berakhir, Vione."

"Apa maksudmu, Ayla? Apa yang telah berakhir?"

"Tidak, Ayla. Semua belum berakhir. Semua akan segera membaik. Kalian tak perlu khawatir. Jadi, pastikan kalian menjaga diri dengan baik."

Usher tak tahu kapan dia bertemu dengan Ayla dan Vione, tetapi ingatan itu terasa amat jelas berada di dalam kepalanya. Ingatan itu terasa segar seolah baru saja terjadi dan yang terpenting adalah bisa dirasakan olehnya tekad dan keyakinan kuat merebak di dadanya tatkala dirinya mengatakan hal tersebut.

Janji yang telah diucapkannya membuat Usher berusaha untuk bangkit kembali. Dipaksanya punggung untuk kembali tegap dan kaki kembali tegak. Dia sempat goyah, tetapi dia sama sekali tak menyerah.

"Garth. Mama," lirih Usher sembari menahan napas dan terus berjuang untuk tidak kembali terjatuh di lantai. "Aku pasti akan membalaskan dendam kematian kalian." Sekilas, kekacauan yang terjadi di Pengadilan Tinggi pun melintas di benak dan dia mengerang panjang. Rasa sakit dan sesak timbul ketika teringat olehnya banyak manusia serigala yang terluka. "Aku akan segera mengakhiri situasi yang kacau ini." Dia terus menyeret langkah dan tujuannya adalah telepon yang ada di atas nakas. "Aku berjanji."

Usher segera berpegangan pada nakas di waktu yang tepat. Lututnya kembali gemetar dan dia butuh waktu sesaat untuk kembali mengumpulkan kekuatan. Setelahnya, dia pun meraih gagang telepon. Dia berniat untuk menghubungi Cora, tetapi kala itu disadari olehnya bahwa panggilan tak tersambung.

Namun, Usher tidak menyerah. Ditaruhnya kembali gagang telepon, lalu dia memandang berkeliling. Jadilah dahinya mengerut samar ketika dia tak berhasil menemukan keberadaan ponselnya.

Usher membuang napas. Tekad dan keyakinannya mulai terusik oleh perasaan tak nyaman. Degup jantungnya yang semula teratur pun mulai menunjukkan peningkatan detak. Dia mulai resah lagi.

Garth telah meninggal. Cora pun tak tahu entah berada di mana sekarang. Usher juga tak bisa menghubungi Cora. Jadilah kegelisahan itu kembali muncul dan berusaha untuk melahap dirinya dari dalam. Aku tak lagi memiliki siapa-siapa. Aku seorang diri.

Usher berusaha sekuat tenaga melawan pemikiran lemah itu. Terus dicobanya untuk tetap tegar dan satu-satunya hal yang bisa dilakukan olehnya adalah mencoba menenangkan diri dengan memanggil jiwa serigalanya.

Usher tertegun. Sekilas kesadaran muncul di benak sehingga menimbulkan ketakutan yang teramat sangat. Lantas dia bertanya pada diri sendiri. Sejak kapan? Sejak kapan duniaku menjadi sunyi seperti sekarang? Sejak kapan dia tidak pernah muncul lagi?

Disadari oleh Usher bahwa sudah sangat lama dia dan jiwa serigalanya tak lagi berbincang-bincang. Mereka tak lagi bercengkerama seperti yang sudah-sudah. Tak ada lagi suara yang kerap mengisi kepalanya dan ....

Kali ini Usher benar-benar tak bisa bertahan. Jadilah dia jatuh terduduk di lantai dengan rasa dingin yang serta merta membelenggunya.

Paru-paru Usher menolak untuk bekerja. Dia sesak dan jantungnya seolah terbetot dengan begitu kuat. Sekarang disadari olehnya bahwa dia bukan hanya kehilangan Garth dan Jemma, melainkan dia telah kehilangan sesuatu yang teramat penting bagi hidupnya. Sesuatu yang menyerupai nyawa dan esensi dirinya.

Hening menyelimuti. Sekarang tak ada lagi kegaduhan yang memekakkan telinga, tergantikan oleh kesunyiaan yang amat menyedihkan. Usher terhempas dari makna hidup. Tak lagi dilihatnya harapan dan cahaya. Satu-satunya yang tersisa adalah kekosongan yang menyiksa dan kehampaan yang memilukan, merusak setiap serpihan angan yang baru mencoba untuk menumbuhkan diri.

*

Tiba kembali di Istana Kawanan Frostholm ketika pukul dua dini hari, Mireya segera memanggil Greisy. Sempat ditanya olehnya keadaan Phillip sebelum dia beralih menanyakan keadaan Usher.

"Bagaimana dia? Apakah dia masih mengamuk?"

Greisy menjawab dengan sikap sopan. "Alpha Usher masih sempat mengamuk setelah Nyonya pergi, tetapi sesaat kemudian keadaan kamar itu menjadi hening kembali. Dia tak lagi mengamuk."

"Baguslah," ujar Mireya sembari mendeham sejenak. Lalu dia mendengkus sebelum menyeringai tipis. "Sepertinya dia masih mengenal lelah." Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tas dan menyerahkannya pada Greisy. "Ini adalah teh yang baru. Minumkan pada Usher jika dia mengamuk lagi."

Greisy menyambut teh itu. "Baik, Nyonya."

"Ah, satu hal lagi." Mireya nyaris melewatkan sesuatu yang terpenting. Hal satu ini tak boleh terlewatkan karena berhubungan dengan persiapan penyerangan Kawanan Nimbria. "Dalam waktu dekat, kita akan menyerang Kawanan Frostholm."

Bola mata Greisy membesar. "Benarkah, Nyonya."

Mireya tersenyum. "Tentu saja. Mengapa? Apakah kau sudah bosan tinggal di sini?"

"Sangat, Nyonya. Aku sudah tak tahan lagi tinggal di sini, hidup di belakang bayang-bayang Kawanan Frostholm yang menyedihkan."

"Aku tahu yang kau rasakan karena aku pun merasakan hal serupa," timpal Mireya sembari membuang napas panjang. Dia sedikit beranjak sehingga berdiri tepat di hadapan Greisy. "Sebentar lagi kesabaran kita akan membuahkan hasil. Selain itu, Kawanan Nimbria tak akan melupakan semua jasa-jasamu. Kau akan kupilih secara pribadi untuk menjadi gamma Kawanan Nimbria, tepatnya nanti ketika aku telah menjadi luna."

Binar-binar di mata Greisy semakin berkilat. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebahagiaan tak terkira. Semua perjuangan dan penderitaan yang telah dilaluinya selama nyaris dua tahun akan membuahkan hasil sebentar lagi. "Terima kasih, Nyonya."

Greisy keluar dari kamar Mireya sesaat kemudian. Tinggallah Mireya seorang diri dan dia dengan segera merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Kantuk sudah menggelayuti sepasang kelopak matanya, terlebih lagi karena hari itu sungguh melelahkan. Sekarang yang diinginkan olehnya hanyalah istirahat yang tenang.

Namun, ketenangan yang diharapkan oleh Mireya terusik oleh ketukan di pintu. Jadilah dia meradang. Dia baru saja tertidur sekitar setengah jam dan Greisy justru datang kembali ke kamarnya.

Greisy masuk dengan wajah tertunduk. Wajahnya menundukkan ketidakberdayaan dan juga cemas dalam waktu bersamaan.

"Ada apa?" tanya Mireya dengan kesal. Disugarnya rambut panjangnya yang sedikit berantakan. "Kau tahu bukan kalau aku ingin tidur? Jadi, apa yang membuatku mengganggu tidurku, Greisy?"

Greisy terus menundukkan wajah. Tak berani dilihatnya tatapan Mireya yang tampak amat gusar karena tindakannya. Jadilah dia menjawab dengan takut-takut, erlebih karena dia khawatir akan semakin disalahkan setelah Mireya mengetahui penyebab kedatangannya. "Alpha Usher kembali mengamuk, Nyonya."

Persis seperti yang diperkirakan oleh Greisy. Jawabannya membuat Mireya memutar bola dengan dramatis. Sekilas, terdengar pula di telinganya decakan kesal Mireya.

Mireya menggeram. "Oh, astaga, Greisy. Bukankah aku sudah memberikanmu teh penenang untuk Usher? Kukatakan padamu, berikan itu padanya setiap kali dia mengamuk. Untuk apa lagi kau datang kemari?" Dia mendengkus dan memutuskan untuk kembali ke tempat tidur. "Dasar tidak berguna."

"Aku sudah meminumkan teh tersebut kepada Alpha Usher, Nyonya, tetapi tidak ada efeknya sama sekali."

Langkah Mireya sontak berhenti. Perasaan tak enak dengan cepat hadir dan menyelimuti sekujur tubuhnya. Tidak mungkin bukan? Aku pasti salah mendengar bukan?

"Jadi, sekarang Alpha Usher semakin mengamuk."

"Apa kau bilang?" tanya Mireya sembari memutar tubuh. Dilihatnya Greisy dengan jantung yang mulai berdetak dengan cepat. "Teh itu tidak berefek apa pun pada Usher?"

Greisy mengangguk. "Ya, Nyonya."

Mireya tertegun sejenak. Perasaan tak enak itu langsung diikuti oleh satu tuduhan kepada Willow. Jangan katakan kalau dia berani menipuku.

*

Usher tahu bahwa berdiam diri tak akan pernah menjadi solusi. Persis seperti yang dikatakan oleh pria itu kepadanya tadi, dia harus bangkit. Dia masih memiliki kesempatan sebelum semua menjadi hancur tak tersisa. Rasa kehilangan memang akan selalu menyakitkan, tetapi dia tak ingin kehilangannya bertambah. Dia masih memiliki kawanan dan Vione yang selalu menjadi prioritas.

Untuk itu Usher pun menegakkan diri. Ditekan olehnya rasa sedih dan sesal yang terus berkecamuk di dalam dada. Dia memang tak tahu harus memulai dari mana, semua kekacauan itu benar-benar telah tak tertolong lagi, tetapi setidaknya dia menyadari bahwa terpenting sekarang adalah mencari keberadaan orang-orang terpenting di Kawanan Frostholm. Dia harus menemukan Ayla, Cora, Berg, dan Storm.

Usher melangkah ke pintu. Diraihnya daun pintu dan dia mencoba untuk membuka pintu, tetapi tak bisa.

Bola mata Usher membesar. Kembali dia mencoba, tetapi hasilnya sama saja. Jadilah dia tak berpikir dua kali untuk menendang pintu itu hingga hancur lebur.

Kesiap kaget kedua orang guard yang bertugas di depan kamar Usher seketika pecah. Mereka terhempas berkat embusan angin yang ditimbulkan oleh tendangan Usher. Keduanya terpelanting dan membentur dinding.

"Siapa kalian?" tanya Usher sembari mendekati kedua orang guard tersebut. Dia turun berjongkok, lalu mencengkeram kerah kemeja satu di antara mereka. Diangkatnya wajah guard itu sembari terus berpikir. "Aku tak pernah melihatmu sebelumnya di Istana."

Guard pertama meringis. Tak bisa dijawab olehnya pertanyaan Usher ketika rasa sakit menyentak sekujur tubuh. Jadilah Usher semakin melotot dan lalu beralih mencekik.

"Kau tak ingin menjawab pertanyaanku? Kau—"

"Halo, Greisy. Alpha Usher mengamuk. Dia menghancurkan pintu."

Usher berpaling. Dilihatnya guard kedua menelepon. "Kau."

Guard kedua meneguk ludah ketika dilihatnya Usher melepaskan leher guard kedua, lalu bangkit. Bisa ditebak olehnya bahwa sasaran Usher sekarang adalah dirinya.

"Siapa yang kau telepon?" tanya Usher sembali mendekati guard kedua dengan mata menyipit. "Greisy? Siapa dia?"

Guard kedua tak menjawab apa pun, melainkan dia mencoba untuk menemukan cara menyelamatkan diri. Agaknya dia bisa meraba situasi. Bila Usher bisa menghancurkan pintu kokoh hanya dengan sekali tendangan maka bukanlah hal sulit untuk dirinya turut dihancurkan pula. Dia tak ingin mengambil risiko.

Namun, tak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh guard kedua. Usher terus mendekatinya dan dia kian terdesak hingga ke ujung lorong.

"Alpha."

Usher berpaling ke sumber suara dan guard kedua membuang napas panjang. Greisy datang dengan sebuah nampan berisi secangkir teh.

"Siapa kau?" tanya Usher dengan mimik penuh curiga. Sekilas, dilihat olehnya teh yang dibawa oleh Greisy. "Apakah kau orang baru di Istana?"

Greisy tampak tenang ketika mengangguk. "Ya, Alpha. Aku adalah orang yang ditugaskan untuk menjagamu selagi sakit dan sepertinya kau sekarang sudah pulih. Jadi, sebelum aku memanggil Scott untuk memeriksa keadaanmu, ada baiknya kau meminum teh ini terlebih dahulu, Alpha. Agar kau bisa lebih tenang."

Usher diam sejenak. Sebagian dari dirinya merasa curiga, tetapi sikap tenang Greisy membuatnya menjadi tak yakin. Terlebih karena Greisy pun menyinggung nama Scott.

"Silakan, Alpha."

Usher pun mengambil teh tersebut dan meminumnya. Setelahnya Usher menaruh cangkir yang telah kosong di atas tatakan dan Greisy pun menunggu. Pikir Greisy, pastilah Usher akan kembali tenang sesaat lagi. Biasanya memang begitu, mungkin hanya membutuhkan waktu semenit, seperti yang sering dilihatnya ketika Mireya yang memberikan teh itu pada Usher.

"Jadi, kuingin bertanya padamu, Greisy," ujar Usher sesaat kemudian. Tangan terangkat dan ditunjuknya kedua guard tersebut. "Siapa mereka? Mereka bukanlah guard yang dipilih Berg."

Wajah Greisy sontak berubah. Tidak mungkin.

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top