Clawless Luna 34

Mireya harus mengakui walau dengan berat hati bahwa situasi saat itu mulai lepas dari kendalinya. Dia merasa geram, tetapi pikirannya masih cukup jernih untuk tidak mengambil risiko. Kemungkinan Cora, Berg, dan Storm menghimpun kekuatan untuk menyerang Istana Kawanan Frostholm membuatnya segera memutar otak, mencoba untuk mengambil langkah antisipasi secepat mungkin.

Lama berpikir, pada akhirnya Mireya menyadari bahwa satu-satunya langkah paling masuk akal yang bisa dilakukannya adalah menyerang Kawanan Frostholm dalam waktu dekat. Dia harus memanfaatkan momentum kekacauan yang tengah terjadi. Terlebih karena disadari olehnya Usher dalam keadaan tak berdaya dan secara harfiah tak ada lagi pemimpin Kawanan Frostholm di Istana. Garth telah mati sementara Cora melarikan diri. Jadilah, bisa dikatakan bahwa Kawanan Frostholm benar-benar kosong untuk saat ini.

Langkah mondar-mandir Mireya berhenti. Pemikiran itu membentuk senyum licik di wajahnya. Mungkin situasi kala itu tak sepenuhnya lepas dari kendalinya. Walau memang rencananya hari itu tidak berjalan dengan sempurna, tetapi ada kesempatan tersendiri yang timbul secara tak disengaja.

Mireya mendeham dengan penuh irama. "Menyerang Istana Kawanan Frostholm saat ini terdengar seperti ide yang menarik."

Untuk itu setidaknya ada dua hal penting yang menjadi prioritas Mireya. Pertama, dia akan menemui Willow dan yang kedua adalah dia harus mendiskusikan rencana tersebut dengan Torin. Dia menyadari bahwa hanya Torinlah orang yang paling mengetahui kesiapan Kawanan Nimbria. Bila dia ingin menyerang Kawanan Frostholm maka dia harus mengetahui seberapa kokoh kekuatan Kawanan Nimbria sekarang.

Tanpa membuang-buang waktu, Mireya segera menghubungi Torin. Panggilannya diangkat dalam waktu singkat dan terdengarlah suara Torin.

"Halo, Mireya."

"Halo, Torin," balas Mireya dan diputuskannya untuk tak berbasa-basi. Mereka tengah berpacu dengan waktu. "Ada yang harus kita diskusikan. Ini mengenai kemungkinan penyerangan ke Istana Kawanan Frostholm. Jadi, apakah kita bisa bertemu malam ini di rumahku?"

"Secepat itu, Mireya?" tanya Torin dengan nada sangsi. "Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Mireya menarik napas sekilas. "Rencana hari ini gagal. Cora, Berg, dan Storm berhasil melarikan diri. Jadi, kupikir kita harus segera menyusun rencana selanjutnya. Kita harus bertindak cepat, Torin. Kalau tidak maka semua usaha kita selama ini bisa saja akan menemui kegagalan."

"Baiklah. Kita bertemu malam ini. Aku akan datang."

Panggilan berakhir dan bertepatan dengan itu terdengarlah ketukan di pintu. Mireya memberikan izin dan Greisy masuk. Dilihat oleh Mireya ada yang aneh dari gelagat Greisy. Jadilah dia langsung bertanya. "Ada apa?"

"Alpha Usher sedang mengamuk di kamar, Nyonya," jawab Greisy dengan wajah tak berdaya. "Aku dan para omega sudah berusaha untuk menenangkannya, tetapi tak bisa. Alpha tetap saja mengamuk."

"Mengamuk?" Mireya mengerutkan dahi dan Greisy mengangguk. Namun, dia tak menganggap itu sebagai hal penting. Jadilah, dia berkata dengan acuh tak acuh. "Kau tahu teh yang sering kuberikan padanya bukan?" Dia melirik pada nakasnya sekilas. "Berikan itu padanya. Nanti dia akan tenang dengan sendirinya."

Greisy mengangguk. "Baik, Nyonya."

Setelah mengambil teh yang dimaksud maka Greisy pun segera pergi. Tinggal Mireya seorang diri di kamar dan dia pun langsung bersiap. Rencananya adalah ingin pergi sebelum matahari benar-benar tenggelam di ufuk barat.

Mireya tak membutuhkan waktu lama untuk bersiap. Sejurus kemudian dia sudah siap dan diambilnya kunci mobil. Dia baru saja akan melangkah menuju pintu ketika justru mendapati ketukan. Ternyata Greisy kembali datang.

"Ada apa lagi?"

Greisy menjawab dengan wajah tertunduk. "Alpha masih mengamuk, Nyonya, dan sekarang keadaan kamar Alpha sudah hancur."

Bola mata Mireya membesar. Baru saja ingin diomelinya Greisy dengan anggapan bahwa pekerjaannya tidak becus dan dia malah mendapatkan kabar mengejutkan lainnya. "Apa kau bilang? Kamar Usher sudah hancur?"

"Benar, Nyonya. Alpha terus mengamuk walaupun aku telah meminumkan teh itu padanya."

Mireya diam sejenak. Bila ingin menuruti kehendak hati maka pastilah dia akang mengabaikan keadaan Usher kala itu. Lagi pula dia ingin bertemu dengan Torin. Selain karena dia merindukan Torin, agenda pertemuan mereka malam itu pun sangat penting untuk ditunda.

Namun, Mireya tak mampu menolak kehadiran rasa khawatira di benak. Sebabnya, dia menyadari bahwa seharian itu Usher terus saja bersikap aneh. Dia tak bisa mengambil risiko.

"Baiklah," ujar Mireya sesaat kemudian. Lalu dia melangkah. "Aku akan melihatnya dulu."

Mireya mendatangi kamar Usher bersama dengan Greisy. Ketika sampai maka Greisy pun segera membuka pintu. Mireya masuk dan bersamaan dengan itu terdengar suara berdesing di udara. Refleks, Mireya menghindar dan dilihatnya sebuah vas melewati wajahnya dengan jarak tak lebih dari sepuluh sentimeter. Vas terus meluncur hingga akhirnya membentur dinding, lalu pecah berderai.

Mireya membeku untuk sejenak. Agaknya dia harus mengakui kebenaran dari laporan Greisy. Nyatanya Greisy tidak melebih-lebihkan ucapannya ketika mengatakan bahwa Usher mengamuk. Selain itu, kamar Usher memang sudah hancur tak berbentuk lagi.

Semua berantakan. Kursi dan meja terpelanting ke mana-mana. Dinding dan lantai retak di beberapa tempat. Hordeng telah copot dari jendela, lalu tercabik-cabik. Berikut dengan lampu kristal di langit-langit telah mendarat di lantai dengan keadaan menyedihkan.

Mireya menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk bersabar. Dia berpaling, lalu berseru. "Usher! Apa yang kau lakukan? Mengapa kau—"

"Tidak, kumohon. Jangan Garth. Jangan Mama."

Ucapan Mireya terhenti seketika tatkala dilihatnya Usher yang meringkuk di lantai dengan keadaan menyedihkan. Pakaiannya berantakan, ada beberapa robekan yang agaknya adalah hasil perbuatannya sendiri. Selain itu keringat dan air mata pun telah memenuhi wajah dan sekujur tubuhnya.

"Garth, kau tidak boleh mati. Kau berjanji untuk selalu setia kepadaku! Lalu mengapa kau mati?!" Usher meraung. Kemudian dia memukul dadanya berulang kali. "Kau tidak boleh meninggalkan alphamu!"

Perasaan Mireya menjadi tak enak. Jadilah dia bertanya pada Greisy. "Apakah dia seperti ini dari tadi?"

"Benar, Nyonya," jawab Greisy sembari mengangguk. "Alpha benar-benar tidak bisa ditenangkan sama sekali."

Mireya diam. Teringat olehnya bahwa Usher pernah mengalami hal serupa beberapa waktu lalu. Dia pernah mengamuk dan juga menghancurkan semua benda yang ada di sekitarnya. Namun, kala itu dia dengan mudah ditenangkan kembali setelah meminum teh yang Mireya siapkan.

"Kau yakin telah meminumkan teh itu pada Usher?"

Greisy kembali mengangguk. "Ya, Nyonya. Aku sendiri yang meminumkannya pada Alpha."

Aneh, pikir Mireya sembari melangkah. Didekatinya Usher dengan penuh kehati-hatian. Apa yang sebenarnya sedang terjadi pada Usher?

"Maafkan aku, Mama. Maafkan aku. Aku benar-benar tak berguna."

Mireya berhenti dengan jarak yang aman dari Usher, setidaknya ada lima langkah yang menjadi pemisah di antara mereka. Dalam posisi itu, dia bisa mengamati keadaan Usher dengan lebih jelas. Satu hal yang langsung menarik perhatiannya adalah tato tanda alpha di leher Usher yang gosong!

*

Perasaan tak enak yang semakin menjadi-jadi menjadi pengiring kepergian Mireya. Jadilah sepanjang perjalanan menuju ke rumah pribadinya itu dihiasi oleh beragam kebingungan dan tanda tanya. Terus saja benaknya memikirkan keanehan yang terjadi pada Usher dan dia tak yakin bila itu adalah efek samping dari teh yang selalu diberikan olehnya. Sebabnya adalah Usher justru menjadi tidak tunduk kepadanya seperti yang sudah-sudah. Sebaliknya, Usher malah berniat untuk menyerangnya.

Bukan hanya perkara vas yang nyaris menghantam kepalanya, tetapi Mireya juga sempat mendapatkan penyerangan lain dari Usher. Ketika dia lengah tadi maka Usher mencekik lehernya dengan tiba-tiba. Dia tak bisa bernapas dan untunglah Greisy dengan tanggap segera mengambil tindakan.

Greisy segera memanggil beberapa guard yang kebetulan berjaga di depan kamar Usher. Mereka segera menarik Usher dan jadilah Mireya memerintahkan mereka untuk mengikat Usher di tempat tidur.

Itu adalah kejadian yang benar-benar tak terduga. Bahkan hanya dengan mengingatnya saja sudah membuatnya bergidik ngeri. Sebabnya adalah sorot mata Usher tatkala melihat padanya menyiratkan janji kematian.

Mireya memejamkan mata sekilas. Dicobanya untuk menenangkan diri. "Terserah dengan apa yang akan dilakukan oleh Usher sekarang, aku tak takut sama sekali. Lagi pula dia sekarang tak memiliki kekuatan apa pun. Dia seorang diri dan lemah tak berdaya."

Tiba di rumah pribadinya, Mireya tak lama menunggu kedatangan Torin. Sekitar sepuluh menit berselang, Torin datang dan mereka pun segera mendiskusikan rencana selanjutnya.

Mireya mengusap tengkuk dengan ekspresi yang menyiratkan kebingungan. "Ada sesuatu yang tengah terjadi pada Usher. Firasatku tak enak, Torin. Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah kita bisa bisa menyerang Istana Kawanan Frostholm dalam waktu dekat? Sebab menurut pengamatanku, ini adalah waktu terbaik. Jangan sampai Cora dan yang lainnya keburu menyerang kita lebih dulu."

Diceritakanlah oleh Mireya semua peristiwa yang terjadi hari itu di Istana Kawanan Frostholm. Diawali Pengadilan Tinggi, kematian Garth dan Jemma, pertempuran, dan keadaan Usher yang membingungkan.

Torin mendengarkan cerita Mireya dengan saksama dan jadilah dia merasakan kebingungan serupa. "Apakah mungkin sihir Willow sudah tak berfungsi lagi pada Usher? Mungkinkah itu karena obat yang diberikan oleh Garth?"

"Aku tak yakin," ujar Mireya dengan suara rendah. Dahi mulusnya tampak berkerut samar. "Tempo hari aku langsung memberikan teh itu pada Usher sehabis Garth memberinya obat. Setelahnya Usher pun langsung tunduk lagi padaku. Namun, berbeda dengan sekarang. Aku tak tahu apa penyebab kendaliku padanya bisa hilang. Terlebih lagi teh dari Willow tak mampu mempengaruhinya lagi. Aku khawatir ada sesuatu yang kulewatkan di sini."

"Tenanglah, Mireya. Kurasa semua akan baik-baik saja. Kau terlalu khawatir." Torin meraih tangan Mireya. Dielusnya tangan Mireya dengan lembut tanpa lupa melabuhkan kecupan di jari-jari tangannya yang lentik. "Kuyakin itu hanyalah tanda bahwa Usher mulai kebal terhadap teh dari Willow. Lagi pula dia adalah seorang alpha, jadi masuk akal sekali bila tubuh dan jiwanya mulai melawan sihir tersebut."

Mireya diam sejenak. Ucapan Torin terdengar masuk akal. "Bukan hanya itu, Torin. Kemunculan pria itu di Pengadilan Tinggi hari ini juga membuatku semakin waswas. Memang, kemunculannya juga berdampak baik untuk kita. Paling tidak kita mengetahui bahwa Usher bukanlah pria itu seperti yang sempat kucurigai selama ini. Mereka adalah orang yang berbeda, tetapi agaknya pria itu akan menjadi batu sandungan kita. Dia telah menyelamatkan Vione dan Ayla. Jadi, menurutku kita memang harus segera bergegas. Kalau Cora dan yang lainnya sampai bekerja sama dengan pria itu maka kurasa posisi kita akan terancam. Firasatku benar-benar tak enak bila mengingat soal pria itu. Dia ..." Sesaat, dia menarik napas. "... memiliki kekuatan tak main-main, Torin."

Hening untuk beberapa saat. Torin merenungkan pendapat Mireya dengan saksama dan penuh ketelitian. Pada akhirnya, dia pun mengangguk. "Baiklah. Kalau memang begitu menurutmu maka kupikir itulah yang akan kita lakukan."

Mireya mengerjap. "Apa maksudmu, Torin?"

"Kita akan menyerang Istana Kawanan Frostholm dalam waktu dekat."

Bola mata Mireya membesar, tampak berbinar-binar dan penuh semangat. "Benarkah? Kau serius bukan?"

"Tentu saja aku serius," jawab Torin sembari tersenyum. Ditatapnya Mireya dengan lekat dan penuh arti. "Para warrior Kawanan Nimbria sudah sangat siap untuk pertempuran besar-besaran dan aku yakin, kita pasti akan memenangkan pertempuran ini dengan gampang."

Tanpa ada beta, gamma, pemimpin warrior, dan juga pemimpin guard. Hanya ada seorang alpha yang dalam keadaan menyedihkan. Kawanan Frostholm tak ubah predator mengerikan yang lumpuh.

Mireya dan Torin telah mencapai satu kesepakatan. Mereka tak ingin kehilangan momentum di mana Kawanan Frostholm tengah dalam keadaan tak berdaya. Sementara untuk Mireya sendiri ada alasan yang lebih pribadi sehingga dia memang berharap Kawanan Nimbria bisa menyerang dalam waktu dekat. Sebabnya adalah dia sudah lelah berada di sisi Usher. Persis seperti wanita pada umumnya, keinginannya hanyalah bisa menikmati kebahagiaan bersama dengan pria dan putra tercinta.

Waktu bergulir dan Mireya pergi meninggalkan rumah pribadinya sekitar sepuluh menit sebelum pukul dua belas malam. Dikendarainya mobil dengan kecepatan stabil dan tujuannya bukanlah Istana Kawanan Frostholm, melainkan hutan yang terletak tak jauh dari rumah pribadinya. Ada hal yang harus dilakukan olehnya sebelum pulang ke Istana Kawanan Frostholm, yaitu menemui Willow.

"Halo, Willow. Kuharap aku tak mengganggu istirahat malammu."

Sejenak, Willow hanya diam melihat keberadaan Mireya di depan pintu rumahnya. Jelas saja itu adalah kunjungan yang tak diantisipasi olehnya.

Willow menarik napas dalam-dalam. "Tidak sama sekali, Mireya. Silakan masuk."

"Terima kasih." Mireya masuk tanpa segan. Dia duduk di sofa dan ketika Willow turut duduk maka dia pun langsung bicara tanpa tedeng aling-aling. "Aku membutuhkan ramuan yang lebih kuat dari tehmu, Willow."

Wajah keriput Willow tampak berubah. "Apa maksudmu, Mireya?"

Mireya pun menceritakan apa yang terjadi pada Usher seharian itu. Jadilah Willow memelototkan mata ketika mengetahui Usher lepas kendali dan nyaris melukai Mireya. Dia sampai menggeleng berulang kali.

"Tak mungkin Usher bisa lepas kendali sedemikian rupa."

Mireya memutar bola matanya dengan malas. "Tak ada gunanya aku berbohong, Willow. Jadi, apakah aku bisa mendapatkan ramuan itu sekarang juga?"

Wajah Willow semakin berubah. Bahkan kali ini tubuhnya tampak kaku. Berat, dia pun menjawab. "Kurasa, kita harus menghentikan ini, Mireya."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku adalah Usher sudah terlalu lama mengonsumsi teh ramuanku. Aku khawatir bila kita memberikannya ramuan lain maka nyawanya akan terancam," ujar Willow dengan suara bergetar. Dia tampak bimbang. "Tubuh dan jiwa Usher mungkin tak akan bisa bertahan, Mireya. Dia bisa saja mati."

"Mati?" Mireya mengulang satu kata itu dengan mata berkilat senang. Seringai terbit di wajah cantiknya. "Bukankah itu adalah hal bagus?"

Willow membeku. Tak ada lagi kata-kata yang bisa diucapkannya. Respons dan ekspresi Mireya telah menjawab semua kebimbangannya, Mireya memang menginginkan hal terburuk untuk terjadi pada Usher.

"Sepertinya memang inilah waktunya untuk Usher pergi selama-lamanya dari dunia."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top