Clawless Luna 22

Pertempuran tak bisa dihindari. Storm dan para warrior pun berubah bentuk menjadi manusia serigala dan lantas menyerang.

Vione mundur setelah mendapatkan sekilas tatapan dari serigala emas itu. Entah bagaimana bisa, tetapi ia merasa bahwa serigala emas itu menyuruhnya untuk menyingkir. Jadilah itu yang dilakukannya. Ia mundur dan lalu serigala emas itu menerjang ke depan.

Di lain pihak, Mireya tak memindahkan fokus pada serigala emas. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Bahkan tanpa sadar, ia pun mulai menggigit bibir bawah. Perlahan, tetapi pasti, kegelisahannya berubah menjadi kekhawatiran. Mata itu, caranya menatap dan bentuk serigala emasnya, tak salah lagi. Namun, bagaimana mungkin?

Storm dalam bentuk serigalanya yang gagah memberi lolongan perintah. Empat warrior melompat maju dengan kaki depan yang terangkat. Cakar-cakar tajam itu berkilauan di bawah cahaya purnama, siap untuk mencabi-cabik si serigala emas.

Serigala emas mengelak dengan lincah. Dihindarinya setiap serangan para warrior tanpa mengalami kesulitan sama sekali. Jadilah itu membuat Storm mulai menggeram.

Semua warrior terlihat bodoh ketika sama sekali tak bisa menyentuh serigala emas sedikit pun. Semua serangan mereka dengan mudah dipatahkan atau dielak oleh serigala emas.

Storm menggeram. Ia tak bisa tinggal diam. Jadilah ia melolong dan kemudian melompat ke depan.

Serigala emas mengelak di waktu yang tepat. Storm mendarat kembali ke tanah dengan serangan yang tak mengenai sasaran. Ia menggeram dan menatap tajam pada serigala emas.

Serigala emas balas menatap Storm. Mereka mulai melangkah dengan antisipasi yang sama tinggi dan geraman Storm memelan dengan perlahan.

Storm membeku. Tatapan serigala emas membuat tubuhnya bergidik. Jantungnya berpacu dengan detak yang tak nyaman. Dicobanya untuk fokus, tetapi itu bukanlah ketakutan. Ia tak pernah merasa takut pada apa pun. Ia adalah pejuang paling disegani di Kawanan Frostholm. Namun, mengapa ia merasa gentar?

Jiwa serigala Storm gelisah. Ada bisikan tak logis yang menyuruhnya untuk tak menyerang serigala emas. Sebabnya adalah firasatnya mengatakan satu hal yang benar-benar tak masuk akal. Dia adalah Alpha Usher, tetapi tak mungkin dia adalah Alpha Usher.

Storm menggeram. Dikuatkannya tekad dan diteguhkannya hati. Ia kembali melompat dan cakarnya siap menancap di tubuh serigala emas.

Namun, serigala emas berkelit dengan cepat. Sebelum Storm mencapai dirinya, serigala emas telah lebih dahulu bergerak untuk menabrak Storm. Jadilah Storm terpental.

Storm segera bangkit secara alamiah. Ia bersiap untuk serangan yang seharusnya akan dilancarkan oleh serigala emas. Namun, nyatanya serigala emas tidak balik menyerangnya. Ia justru kembali menghampiri Vione.

Serigala emas mengitari Vione dengan mata tajam yang memandang para warrior satu persatu. Untuk alasan yang tak masuk di akal, mereka semua bergeming. Mereka tak ada yang bergerak sama sekali sehingga membuat Mireya menjadi berang.

"Dasar serigala-serigala tak berguna!"

Bersamaa dengan itu, Mireya melompat dan ketika ia mendarat kembali ke tanah maka ia telah berubah bentuk menjadi serigala. Diputuskannya untuk mencoba peruntungan. Ia ingin melihat sehebat serigala emas itu, sekaligus untuk memastikan bahwa tak ada seorang pun yang bisa membantu Vione untuk melarikan diri.

Mireya melolong dan kemudian berlari. Tujuannya adalah serigala emas. Kaki depan naik dan ia bersiap untuk mencakar serigala emas.

Namun, serangan Mireya luput. Lalu serigala emas pun dengan cepat membalas serangan itu. Jadilah ia terguling di tanah berulang kali.

Mireya bangkit dan menggeram hingga cakar-cakarnya meninggalkan bekas di tanah. Ia kembali melompat dan begitu juga dengan serigala emas.

Serigala emas menyerang dengan lincah. Cakarnya menancap di pundak Mireya. Kemudian disusul dengan terjangan yang membuat Mireya terhempas dan mendarat di tanah dengan keadaan menyedihkan.

Mireya bangkit dengan susah payah. Kemarahannya berkobar dan dijanjikannya di dalam hati bahwa ia harus membunuh serigala emas itu apa pun yang terjadi.

Sayangnya serigala emas memiliki pemikiran lain. Jadi ketika Mireya terpental di udara, ia dengan segera menghampiri Vione. Ditatapnya Viona dan diberikannya isyarat.

Vione mengerti. Ia menaiki punggung serigala emas itu dan setelahnya mereka pergi dari sana.

*

Suara tamparan membahana di aula Istana. Tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Pelakunya adalah Mireya yang meluapkan kemarahannya pada Storm.

Storm bergeming. Tubuhnya yang besar dan tinggi tak terusik sedikit pun. Bahkan ketika tamparan Mireya kembali mendarat di pipinya berulang kali, ia tak bergerak sama sekali. Ekspresinya juga tak berubah, seolah ia tak merasakan sakit sama sekali walaupun pipinya telah bewarna merah.

Tamparan terakhir mendarat di pipi Storm bertepatan dengan kedatangan Garth. Ia yang mendengar kabar soal kaburnya Vione segera menuju ke Istana. Sempat didengarnya desas-desus bahwa Storm gagal melawan serigala emas yang tak diketahui asal-usulnya.

Langkah Garth terhenti. Ia tertegun melihat Storm.

"Kau benar-benar tak berguna, Storm! Kau memalukan! Bisa-bisanya kau tak berkutik ketika melawan serigala emas sialan itu!"

Storm diam. Ia tak mengatakan apa-apa. Hanya ditatapnya Mireya dengan mata tak berkedip sama sekali.

Mireya menggeram. Didekatinya Storm dengan sorot tajam. "Mengapa? Apa ada yang ingin kau katakan?"

Storm tetap diam. Ia tetap tak mengatakan apa-apa. Hanya tangannya saja yang mengepal dengan kuat.

"Kupastikan akan melaporkan hasil kerjamu yang luar biasa ini pada Usher ketika dia bangun nanti. Dia pasti akan sangat kecewa memiliki pemimpin warrior yang tak berguna sepertimu, Storm!"

Storm masih diam. Jadilah Mireya bertambah kesal, terlebih ketika dilihatnya kedatangan Garth.

"Kalian semua memang tidak ada yang berguna!"

Setelah mengatakan itu, Mireya pun pergi dengan kaki yang menghentak kasar. Ia menuju lift dan sesaat kemudian, tinggallah Storm dan Garth.

Garth menghampiri Storm. "Kau baik-baik saja?"

"Ya," angguk Storm dengan suara datar. "Kau tak perlu khawatir."

Setidaknya ada hal bagus yang didengar Garth. Ia membuang napas lega dan mengajak Storm ke kamar khusus yang disediakan untuk Beta di Istana.

Storm duduk di sofa dan Garth dengan segera mengambil kotak obat. Ditaruhnya kotak obat di meja dan ia duduk di hadapan Storm.

Storm membuka kotak obat dan mengambil botol alkohol beserta kapas. Dibersihkannya beberapa lecet yang ada di buku jari tangannya. "Vione kabur."

Garth mengangguk. "Aku tahu itu. Lalu?"

"Mireya memerintahkanku untuk menangkap Vione. Jadi, aku dan tim ketiga pergi menyusuri hutan. Kami menemukannya, tetapi kami gagal menangkap Vione kembali."

Sampai di sana, Storm berhenti bicara, juga berhenti membersihkan luka. Ia termenung untuk sesaat dan malah menatap kapas di tangan dengan sorot kosong.

"Apa yang terjadi?"

"Pria itu datang."

Tubuh Garth menegang seketika. "Apa kau bilang? Pria itu? Apakah maksudmu, pria yang dituduh sebagai selingkuhan Vione?"

"Ya," ujar Storm tanpa memindahkan tatapan dari kapas di tangan. "Namun, dia menolak tuduhan itu. Bahkan dia mengatakan dengan lantang bahwa Vione adalah luna yang setia. Vione tak pernah menyelingkuhi Alpha."

Garth terdiam. Ia menunggu Storm menarik udara sebelum lanjut bicara.

"Aku ingin percaya, tetapi ketika kuminta bukti padanya, dia tak bisa memberikannya."

Mata Garth terpejam dramatis. Untuk sesaat, harapan itu telah timbul di hatinya. Bila Vione memang tak berkhianat dan pria itu memiliki buktinya maka ia pikir akan lebih mudah mendesar Usher untuk mengadakan pengadilan ulang bagi Vione.

"Aku dan para warrior tak bisa berbuat apa-apa. Walaupun rasanya sangat menjijikkan harus menuruti perintah Mireya, tetapi itulah tugasku, tugas kami."

Garth tak berkomentar apa pun. Bisa dimengerti olehnya perasaan Storm. Diperintah oleh orang yang tak semestinya adalah hal yang sangat memuakkan.

"Namun, apa kau tahu? Pria itu berubah menjadi serigala emas."

Garth membeku. "Alpha."

"Dia memang adalah Alpha. Aku yakin, dia adalah Alpha." Storm mengangkat wajah dan di matanya terlihat kecamuk emosi yang tak terbantahkan. "Aku tak bisa menyerang alphaku sendiri, Garth. Aku tak bisa. Jiwa serigalaku menolak. Itu memang terdengar tak masuk akal, tetapi tak ada yang bisa membohongi jiwa serigala."

Garth paham. Ia mengangguk. "Aku mengerti, Storm."

Mata Storm memejam. Ingatan kejadian tadi berputar-putar di dalam benaknya. "Dia menatapku dan aku berani bersumpah, hanya alpha yang bisa membuatku tak berkutik bahkan tanpa bicara."

Sebabnya adalah seorang alpha memiliki keagungan yang tak akan pernah dimiliki oleh manusia serigala lain. Kekuatan dan kebijaksanaan menempa dirinya menjadi pribadi yang disegani oleh semua.

Storm bisa merasakan itu dengan jelas. Terlebih, bukan hanya sekali atau dua kali ia mendampingi Usher ketika bertarung. Bersama-sama dengan Garth, mereka adalah manusia serigala yang berdiri tepat di belakang Usher.

"Selain itu, apa kau tahu alasan mengapa aku bisa sangat yakin kalau dia adalah Alpha?"

Garth menggeleng.

"Dia tak menyerang kami. Dia hanya mengelak dan menghindari serangan kami. Hanya ketika terpaksalah dia menerjang kami. Aku sudah memeriksa timku dan mereka sama sekali tak ada yang mengalami luka," jelas Storm seraya menahan udara di dada. Emosinya bergejolak. "Dia hanya menyerang Mireya. Setelahnya, dia membawa Vione pergi."

Garth tak bisa berkata-kata. Semua ucapan Storm membuat kebingungannya semakin menjadi-jadi.

"Aku sangat yakin kalau dia adalah Alpha, tetapi bagaimana mungkin? Alpha sedang sakit dan tak sadarkan diri nyaris seminggu."

Itulah yang menjadi sumber kebingungan Garth. Penyakit Usher semakin hari semakin parah, tetapi sayangnya Scott belum juga berhasil menemukan penyebabnya. Menurut Scott, uji darah dan tes menyeluruh yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi Usher baik-baik saja. Anehnya, Usher tetap tak sadarkan diri.

Scott masih terus berusaha. Ia akan melakukan apa pun demi menemukan penyakit Usher dan menyembuhkannya dalam waktu cepat.

Garth mengangkat satu tangan. Jari-jarinya terkepal dan ia berusaha berpikir, tetapi otaknya terasa buntu. "Sebenarnya, apa yang sedang terjadi saat ini?"

*

Bukan hanya Garth dan Storm yang bingung, melainkan Mireya pula. Jadilah ia buru-buru menuju ke kamar Usher setelah melampiaskan kemarahannya pada Storm.

Mireya melangkah cepat. Di depan kamar Usher, tampak ada Gerisy berjaga. Ia bertanya. "Apa ada yang masuk ke kamar Usher selama aku pergi?"

Greisy menggeleng. "Tidak ada, Nyonya."

"Bagus."

Mireya masuk dan pintu kembali tertutup. Ia segera menuju tempat tidur Usher dan langkahnya terhenti seketika tatkala didapatinya Usher yang terbaring nyaman di sana.

Mireya semakin mendekat. Dipastikannya bahwa yang tengah tidur itu memang adalah Usher dan itu memang adalah Usher.

"Usher."

Mireya mengulurkan tangan. Disenggolnya tubuh Usher, tetapi tak ada respon yang didapat. Usher tak bergerak sama sekali, ia benar-benar tidur.

Dahi mengerut. Fakta bahwa Usher masih tertidur panjang sama sekali tak menenangkan perasaan Mireya. Jadilah ia meremas kedua tangannya dan bertanya pada diri sendiri. Kalau bukan Usher, lalu siapakah alpha yang menolong Vione tadi?

Perasaan Mireya menjadi tak enak. Ia diam sejenak, berpikir. Setelahnya ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.

Panggilan tersambung. Mireya menunggu dengan gelisah dan diabaikannya nyeri di punggung berkat luka cakaran serigala emas tadi. Ia tak memiliki waktu untuk mengobati luka itu sekarang.

"Halo."

Kelegaan berpendar di wajah Mireya ketika teleponnya diangkat. "Halo, Torin."

"Ada apa, Mireya? Tak biasanya kau menghubungiku. Mengapa? Apa ada masalah yang terjadi?"

Mireya meremas jemari. "Ada sesuatu yang terjadi, Torin, dan aku khawatir ini akan menjadi hambatan untuk rencana kita."

"Apa maksudmu?"

"Aku tak bisa menjelaskannya di telepon," ujar Mireya sembari membuang napas panjang. Dirasanya masalah itu terlalu kompleks untuk dibicarakan melalui telepon. "Apa kau bisa datang ke Istana Frostholm?"

Hening sesaat. "Apa kau yakin?"

"Ya, mengapa tidak? Lagi pula aku telah mendapatkan wewenang penuh dari Usher. Kau tak perlu khawatir. Kau hanya perlu mengatakan pada penjaga bahwa aku yang menyuruhmu untuk datang ke sini. Selain itu, aku juga akan berpesan pada penjaga agar memberikan akses untukmu."

"Kalau begitu, baiklah. Aku akan dengan senang hati datang ke Istana Frostholm. Lagi pula aku juga penasaran, semegah apakah Istana Frostholm?"

Mireya tersenyum. "Sangat megah, Torin. Kau pasti akan menyukainya. Jadi, pastikan untuk datang segera besok pagi."

"Tentu saja. Aku akan datang secepatnya. Kau tahu bukan? Aku merindukanmu, Mireya."

Senyum Mireya melebar. Emosi yang terus mengacaukan dirinya sedari tadi mulai berangsur menghilang. "Aku juga merindukanmu, Torin. Kita sudah lama tidak bertemu."

"Bersabarlah. Aku berjanji, aku pasti datang besok dan menuntaskan kerinduan kita. Selain itu, aku pun ingin melihat Philip."

"Kau benar, Torin. Kau harus bertemu Philip. Ah! Apa kau tahu?" tanya Mireya tanpa menunggu jawaban Torin. Ia lanjut bicara. "Dia mewarisi ketampananmu. Dia benar-benar mirip denganmu."

*

bersambung ....

Btw. Siapa yang udah ketebak kalau Philip bukan anak Usher? Oh ya, aku cuma mau ngomong kalau semua kekusutan ini bakal terbongkar di bulan Maret. Jadi, kalian bakal tau apa yang sebenarnya terjadi di bulan Maret besok. Sabar-sabarin aja menghadapi bab-bab selanjutnya yang akan penuh dengan emosi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top