Clawless Luna 16
Tidur Vione terusik oleh derap halus langkah yang mendekati penjaranya. Ia mengerjap dan berpaling. Dalam kegelapan, dilihatnya ada dua gadis serigala datang.
"Selamat pagi, Vione."
Vione membuang napas panjang dan bangkit. Ia mengusap wajah sejenak sebelum beranjak. Dihampirinya mereka. "Selamat pagi juga dan terima kasih. Tanpa kalian, mustahil aku bisa membedakan pagi dan malam."
Kedua gadis serigala itu saling pandang dengan wajah yang menyiratkan rasa bersalah. Lalu salah seorang memberikan nampan makanan pada Vione melalui celah kecil di bawah jeruji besi.
"Ini sarapanmu."
Vione menyambutnya dengan senyum hampa. "Terima kasih."
Vione berbalik. Ia berniat untuk duduk di sudut penjara, tetapi seorang gadis serigala lainnya berkata padanya.
"Apa kau tahu? Kawanan mengajukan petisi pada Alpha. Kami menuntut agar dilakukan pengadilan ulang untukmu."
Langkah Vione terhenti. Ia bergeming untuk sejenak, kemudian bertanya demi memastikan. "Pengadilan ulang?"
"Ya."
"Apa maksudmu?" tanya Vione sembari memutar tubuh. Matanya menyipit demi bisa melihat lebih jelas dalam kegelapan. "Pengadilan ulang untuk apa?"
Gadis serigala itu mendeham. "Kami tahu, kami telah melakukan kesalahan padamu, Vione. Kami tidak seharusnya meragukan kesetiaan seorang luna. Kau pasti tidak melakukan kesalahan seperti yang dituduhkan dulu."
"Maafkan kami, Vione, tetapi kami berjanji. Kami pasti akan melakukan semua cara untuk membebaskanmu. Kami akan membersihkan namamu dan menempatkanmu pada posisi yang seharusnya."
Vione terdiam. Dihirupnya udara dalam-dalam dan dirasakan olehnya lembab yang menusuk paru-paru. "Itu mustahil."
Kali ini justru kedua gadis serigala itu yang terdiam. Ucapan pesimis Vione tak ubah tamparan yang berhasil membuat mereka jadi bungkam.
"Usher tak mungkin mengizinkan dilakukannya pengadilan ulang untukku. Ia tak akan mau menghabiskan waktu untuk apa pun yang berhubungan denganku. Lagi pula untuk apa kalian mengajukan petisi agar dilakukan pengadilan ulang untukku?"
Gadis serigala pertama menarik napas sebelum menjawab. "Kami menyesal karena telah meragukan kesetiaanmu sebagai seorang Luna, Vione. Kami sadar bahwa seharusnya kami mempercayaimu. Seharusnya kami membelamu saat pengadilan. Maafkan kami karena kami tidak bisa melindungimu."
"Itu sudah lama berlalu. Tidak ada yang perlu dimaafkan lagi," ujar Vione dengan penuh lapang dada. "Kita tak perlu mengungkitnya lagi. Sekarang keadaan telah tenang dan aku harap kalian tidak melakukan sesuatu yang bisa menimbulkan kericuhan."
"Tidak bisa begitu, Vione. Bagaimanapun juga Alpha harus mengadakan pengadilan ulang untukmu sebelum semuanya terlambat."
Vione mengernyit. "Sebelum semua terlambat? Apa maksudmu?"
Gadis serigala pertama menggigit bibir. Agaknya ia telah terlanjur mengatakan sesuatu yang tak seharusnya ia katakan. Jadilah Vione kembali menghampiri.
"Apa maksudmu?"
"Ayla mendapatkan penglihatan, Vione."
Vione berpaling pada gadis serigala kedua yang baru saja menjawab pertanyaannya. "Apa yang dilihatnya?"
"Dia melihat malapetaka akan menimpa Kawanan Frostholm. Menurutnya, bayi Usher dan Mireya akan memberikan malapetaka untuk kita semua."
Wajah Vione berubah. Ia membeku dengan gejolak emosi yang bercampur-aduk. "Malapetaka?"
"Ya, Vione, malapetaka dan itu pastilah hukuman dari Dewi Bulan karena kami telah meragukan kesetiaanmu sebagai Luna," ujar gadis serigala kedua. Diulurkannya tangan melewati jeruji besi dan ia raih tangan Vione yang bebas, lalu menggenggamnya. "Maafkan kami, Vione. Maafkan kami."
"Ka-kalian—"
"Kami menyadari ini bukan hanya karena ramalan itu, Vione." Gadis serigala pertama kembali bicara. "Kami juga punya mata untuk melihat kenyataan selama ini. Kalau memang kau berselingkuh dan orang tuamu merencanakan kudeta seperti yang dituduhkan, pastilah akan terjadi satu atau dua hal setelah Pengadilan Tinggi dilakukan, tetapi nyatanya tidak."
Gadis serigala kedua mengangguk, sepenuhnya sependapat dengan perkataan gadis serigala pertama. "Jadi, kami percaya kalau kau tak pernah berselingkuh dan pria yang dituduh sebagai selingkuhanmu itu adalah omong kosong belaka. Kau tak berselingkuh dengan siapa pun, apalagi berselingkuh dengan alpha dari kawanan lain hingga menyusun rencana jahat untuk menghancurkan Kawanan Frostholm, itu tak mungkin."
Vione menarik napas dalam-dalam. Telah berbulan-bulan berlalu dari hari terkutuk itu dan ternyata luka di hatinya masih membekaskan sakit yang sama. Pada dasarnya, ia telah mencoba untuk melupakan semua, tetapi tak bisa. Terlebih ketika kedua gadis serigala itu menyinggung soal kudeta, jadilah benaknya kembali teringat akan ketidakadilan yang terjadi pada Addy dan Hilary.
Dada bergemuruh. Darah berdesir. Vione mencoba untuk menenangkan diri dalam hantaman sedih yang berujung pada emosi. "Sebaiknya kita tak usah membahas itu lagi."
"Vione."
Vione mendeham. Dipaksanya diri untuk tersenyum walau perih. "Namun, aku ucapkan terima kasih. Aku senang, akhirnya ada yang mempercayaiku."
Mereka bergeming. Ucapan dan ekspresi Vione membuat kedua gadis serigala itu dihantam beragam rasa sesal. Mereka merasa bersalah.
"Jadi, kuharap kalian tidak melakukan apa pun. Aku tak ingin Usher marah dan ujung-ujungnya kalian semua mendapat masalah."
"Vione."
Vione berbalik dan kali ini benar-benar tak goyah. Ia terus melangkah menuju sudut penjara. Sikapnya memberikan isyarat dengan jelas bahwa ia tak ingin melanjutkan pembicaraan itu, lebih jauhnya adalah ia tak ingin ikut campur terhadap petisi dan hal lainnya.
Kedua gadis serigala itu hanya bisa membuang napas panjang. Mereka saling pandang dan memutuskan untuk menuruti kehendak Vione.
"Kami pergi, Vione."
Mereka pergi dan sebagai ganti, keheningan datang kembali. Ia temani Vione dalam kesendirian yang berujung.
Waktu berlalu dan sarapan tadi belum tersentuh sama sekali. Vione termenung dengan kepala yang kosong. Ia tak memikirkan apa-apa, tetapi pikirannya seperti penuh. Jadilah ia memejamkan mata dan berusaha untuk menenangkan diri.
Tidak berhasil. Gelisah membuat Vione mengusap wajah dan menyugar rambutnya yang berantakan, lalu berkata pada diri sendiri. Tak perlu memikirkan apa pun. Semua yang akan terjadi bukan lagi urusanmu.
Vione kembali mendengar derap halus langkah menuju ke penjaranya. Ia berpaling dan dahinya mengernyit ketika melihat siapa yang datang.
"Garth?"
Garth tersenyum sambil mengangkat tangannya yang membawa nampan. "Waktunya untuk makan siang, Vione."
"O-oh."
Vione bangkit dan menghampiri Garth. "Apa kabarmu, Garth?" tanyanya sambil berjongkok dan mengambil nampan makanan itu, lalu bangkit kembali. Dilihatnya Garth membuang napas panjang. "Ada apa?"
Garth menatap Vione. "Kau tak memakan sarapanmu?"
"Oh, itu." Vione tergagap dan tak bisa menjawab pertanyaan Garth. "Ada sesuatu yang mengusik pikiranku sejak tadi sehingga aku lupa untuk makan."
"Kuharap kau tidak melewatkan makanmu lagi, Vione. Kau harus makan agar tetap sehat. Kau mengerti?"
Vione tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, Garth. Terima kasih dan akan kupastikan aku menghabiskan sarapan dan makan siang ini."
"Baguslah kalau begitu," ujar Garth lega dengan rasa penasaran yang tak mampu ditahan, lalu ia bertanya. "Jadi, sebenarnya apa yang mengusik pikiranmu sehingga kau lupa untuk makan?"
Ragu membuat Vione tak langsung menjawab. Jadilah ia menghindari tatapan Garth sembari mendeham, dicobanya untuk mengulur waktu walau hanya sejenak demi mendapatkan jawaban pengalih yang tepat.
Namun, Garth tidak bodoh. Mata tajamnya menangkap perubahan sikap Vione.
"Bukan hal yang penting. Aku hanya—"
"Soal petisi itu bukan?"
Ucapan Vione menggantung di udara. Ia membeku untuk sejenak, lalu mengerjap. Garth kembali bicara.
"Sepertinya tebakanku benar."
Vione tak bisa mengelak. Jadilah matanya terpejam dramatis dan ia membuang napas panjang, lalu mengangguk. "Memang, itu soal petisi." Ia membuka mata kembali dan mengangkat bahu sekilas. "Menurut berita yang kudengar, kabarnya kawanan mengajukan petisi agar Istana mengadakan pengadilan ulang untukku."
"Sekaligus mengadakan Sidang Kejujuran untuk Mireya."
Bola mata Vione membesar. "Aku tak tahu soal itu."
Garth tak keberatan sama sekali untuk melengkapi informasi yang telah diketahui oleh Vione. Dijelaskan olehnya bahwa petisi yang diajukan oleh Kawanan merupakan petisi ganda. Kawanan menginginkan pengadilan ulang untuk Vione dan Sidang Kejujuran untuk Mireya.
"Kau tentu mengetahui penyebabnya bukan?" tanya Garth dan Vione mengangguk samar. Walau begitu ia tetap mengatakannya seolah ingin memastikan kebenaran informasi yang diterima Vione. "Ramalan Ayla."
Vione bergeming. Ia tak berkomentar apa pun.
Dahi Garth mengerut. Mata tajamnya menatap dengan sorot menyelidik. "Vione? Kau tidak sedang meragukan ramalan Ayla bukan?"
"Entahlah, Garth." Suara Vione terdengar lemah. Wajahnya pun tiba-tiba berubah sayu. "Aku tak tahu harus mempercayai ramalan Ayla atau sebaliknya. Kau tahu bukan? Aku adalah salah satu hasil ramalannya."
"Vione."
Vione tersenyum perih. "Dulu, aku begitu percaya dengan ramalan Ayla, Garth. Semuanya aku percaya dengan penuh keteguhan. Namun, sekarang bukan hanya ramalan Ayla yang kuragukan, melainkan segalanya."
"Aku memaklumi itu, Vione. Kau terluka dan sepatutnya kau menjadi ragu. Namun, kuharap kau tak meragukan keteguhan hati para kawanan."
"Aku menghargainya, Garth. Aku sangat bersyukur karena ternyata para kawanan masih memedulikanku, tetapi aku sungguh tak ingin terlibat masalah lagi," ujar Vione dengan suara bergetar. Jadilah ia menarik napas dalam-dalam untuk sesaat sebelum lanjut bicara. "Aku tak ingin para kawanan menjadi sasaran kemarahan Usher hanya karena pengadilan ulang itu. Aku tak apa, Garth. Aku baik-baik saja di sini. Walau aku merasa tak adil, tetapi kupikir mungkin inilah yang terbaik."
Garth tak bisa berkata-kata. Ucapan Vione menimbulkan rasa bersalah di benaknya. Jadilah ia menyalahkan diri. Seharusnya ia bisa melindungi Vione. Seharusnya ia bisa mendamaikan hubungan Vione dan Usher.
Garth merasa tak berguna. Bahkan sekarang ditambah pula ia tak bisa meyakinkan Usher untuk memperhatikan keinginan kawanan.
"Garth."
Garth mengerjap. Kepalanya yang entah sejak kapan tertunduk, kembali terangkat. "Ya?"
"Jangan salahkan dirimu untuk apa yang terjadi. Kau telah melakukan banyak hal untuk kami semua. Para kawanan bersyukur memiliki beta sepertimu."
Rasa sesak membuat dada Garth jadi tersiksa. Ia nyaris tak bisa bernapas. "Maafkan aku, Vione."
"Tak ada yang perlu disesalkan. Semua telah terjadi," ujar Vione mencoba untuk tabah sehingga senyum yang terukir di wajahnya tampak menenangkan. Ditatapnya Garth dengan sorot teduh. "Sekarang lebih baik kau tenangkan kawanan. Kalian tak perlu memikirkanku. Terpenting untukmu adalah selalu mendampingi Usher, Garth. Bantu dan ingatkan dia. Kau jangan pernah meninggalkannya."
Garth bergeming. Sikap Vione menunjukkan kebijaksanaan yang membuatnya jadi semakin menderita. "Maafkan aku, Vione. Sampai kapan pun, bagi kami, hanya ada satu Luna untuk Alpha Usher. Kaulah luna kami."
"Terima kasih." Vione teringat sesuatu dan buru-buru lanjut bicara. "Sebelum aku lupa, Garth. Aku ingin mengatakannya."
"Apa?"
Vione membuang napas sejenak. "Kuharap kau tak tersinggung, tetapi aku tak ingin kau datang menjengukku lagi."
Wajah Garth berubah. Mulutnya membuka, tetapi Vione tak memberinya kesempatan untuk bicara.
"Aku menghargai perhatianmu. Aku sangat bersyukur karena kau masih memperlakukanku dengan baik, tetapi aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Kau jelas mengetahui situasi sekarang, Garth. Aku yakin, Usher akan sangat marah kalau tahu kau sering mengunjungiku."
Garth tak bisa membantah. Dibenarkannya perkataan Vione dengan satu anggukan.
"Jadi, kuharap ini adalah kali terakhir kau mendatangiku seperti ini. Kau tak perlu khawatir. Aku pasti akan baik-baik saja."
Garth meragukan itu. Tak ada yang bisa bertahan lama di penjara bawah tanah. Walau makan dan minum terjamin, tetapi hidup dalam kegelapan adalah malapetaka. Terlebih lagi untuk manusia serigala yang pasti akan merindukan cahaya bulan.
Jiwa serigala Vione pasti tersiksa. Batinnya pun akan menderita. Pada akhirnya ia bisa saja berakhir gila atau meninggal dalam putus asa.
"Percayalah padaku. Aku pasti akan baik-baik saja."
Garth tak punya pilihan lain. "Baiklah kalau itu kehendakmu. Aku tak bisa membantah."
"Terima kasih, Garth," ujar Vione lega. Namun, sesuatu melintas di benaknya. "Oh, satu hal lagi. Kau tak perlu menyuruh orang untuk diam-diam memberiku pakaian hangat dan makanan dari luar." Ia melirik ke lantai, tepatnya di atas tumpukan jerami yang menjadi alas tidurnya. Di sana, ada setumpuk pakaian hangat yang ia maksud. "Itu sudah cukup."
"Aku tidak melakukan itu."
Vione menatap Garth dengan bingung. "Bukankah kau yang memberiku pakaian hangat dan makanan dari luar selama ini?"
"Tidak, Vione," jawab Garth menggeleng. Dilihatnya tumpukan pakaian hangat itu dan jadilah ia teringat akan kemarahan Usher tempo hari ketika datang mengunjungi Vione. "Bukan aku yang memberimu pakaian hangat dan makanan dari luar selama ini."
Wajah Vione berubah. Ia syok dan rasa bingungnya semakin menjadi-jadi. "Kalau bukan kau, lantas siapa? Selama ini aku selalu mengira kalau itu adalah perbuatanmu, Garth."
"Sungguh, Vione. Itu bukan perbuatanku. Sejujurnya, aku malah penasaran dan ingin menanyakan hal serupa padamu."
Jadilah Vione membeku. Ia bergeming dengan perasaan tak enak. Rasa dingin hadir dan membuat ia jadi menggigil.
"O-oh, Tuhan."
Garth memegang jeruji penjara. "Apakah ada orang lain yang mengunjungimu selama ini?"
"Tidak ada," jawab Vione menggeleng. Dihirupnya udara dan ia berusaha untuk menenangkan diri. "Hanya kau yang diam-diam mengunjungiku selama ini, selain itu tak ada. Lagi pula siapa yang ingin mengambil risiko karena mengunjungiku?"
Garth tahu itu. Risiko yang dipertaruhkan sangat besar, yaitu membuat Usher marah, dan sejujurnya itulah yang telah dilakukan olehnya. Walau ternyata bukan hanya ia satu-satunya orang yang berani mengambil risiko itu.
Garth berpikir, lalu bertanya. "Kapan kau mendapatkan pakaian dan makanan itu?"
"Tak tentu," jawab Vione sedikit ragu. Lalu ia mengingat sejenak hingga ia benar-benar merasa yakin. "Ya, tak tentu. Tiba-tiba saja pakaian dan makanan itu ada di sini. Bahkan kalau aku sedang merasa tak enak badan maka keesokan paginya aku mendapatkan obat juga."
"Aneh." Garth bergumam rendah. Refleks saja, ia jadi melihat sekeliling. "Selama ini tak ada seorang pun yang bisa menyusup ke penjara, terlebih lagi penjara bawah tanah."
Vione meraba tengkuk. Mendadak saja ia merasa takut. "Garth, apakah itu artinya ada orang yang diam-diam datang ke sini?"
Garth tak menjawab.
"Lalu, menurutmu apa tujuannya datang ke sini? Apa tujuannya memberiku semua ini?"
Kembali, Garth tak menjawab. Namun, dicobanya untuk menenangkan Vione. "Kau tak perlu khawatir. Aku akan mencoba untuk mencari tahu." Ia berpikir dengan cepat dan menemukan satu celah. "Apa kau ingat, kapan terakhir kali kau mendapatkan kiriman itu?"
Vione mencoba mengingat. "Mungkin sekitar beberapa hari yang lalu. Tiga atau empat hari yang lalu. Aku tak terlalu yakin, tetapi sepertinya masih dalam seminggu ini."
"Baiklah. Aku akan mencoba melihat rekaman kamera pengawas," angguk Garth bertekad. "Aku akan menyelidikinya dan selama itu, kuharap kau menjaga dirimu dengan baik, Vione."
"Terima kasih, Garth."
Garth mengangguk untuk terakhir kali, lalu ia pergi. Tinggallah Vione seorang diri dengan beragam rasa yang membuatnya jadi berkecamuk.
Sungguh hari yang penuh kejutan. Tak cukup dengan kabar petisi dan ramalan Ayla, sekarang Vione malah tertampar oleh sebuah kenyataan yang membuatnya jadi meremang.
Vione melihat pada tumpukan pakaian hangat, obat-obatan, dan juga bekas makanan. Ia tertegun dan lantas mengulurkan tangan. Diambilnya sebuah botol obat demi memastikan merek dagangnya.
Jadilah Vione tertegun. Merek dagang itu berhasil memberinya tamparan selanjutnya. Nyatanya, sebagai gadis serigala yang lemah, ia memiliki fisik yang rentan. Ia tak bisa mengonsumsi sembarang merek obat dan ....
Vione mengerjap. Matanya memanas.
Tidak mungkin Usher.
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top