Clawless Luna 12

Ada satu hal yang terlewatkan oleh Usher ketika memutuskan untuk benar-benar menyiarkan hubungan asmaranya dengan Mireya selama ini ke hadapan publik. Terabaikan olehnya bahwa ada seseorang yang mungkin saja tidak setuju dengan tindakannya. Bukan hanya karena tak sepatutnya seorang alpha bersikap demikian, melainkan karena para Kawanan masih diguncang syok untuk semua kejadian yang melanda belakangan ini.

Perselingkuhan Vione dan pelengserannya dari posisi luna. Penangkapan keluarga Munest dan hukuman mati yang dijatuhkan. Semua itu menimbulkan gejolak yang sepatutnya menjadi pertimbangan Usher agar menahan diri untuk sejenak. Jadilah wajar bila Jema tak habis pikir, bisa-bisanya Usher justru bertindak sebaliknya.

Mulanya Jemma memilih sikap pasif. Ia tahu batasan dan dirasanya kehidupan asmara Usher bukanlah ranahnya. Terlepas dari ketidaksukaannya akan hubungan gelap Usher dan Mireya selama ini, ia tak bisa berbuat apa-apa. Namun, ia tak bisa tetap diam ketika berita terkini sampai padanya.

Para Kawanan mengajukan petisi. Usher keberatan dengan hal tersebut dan memanggil Ayla. Jadilah Ayla yang terdesak dan mereka terlibat perdebatan yang tak menyenangkan.

Jemma memutuskan untuk menemui Usher. Dirasanya perlu untuk bicara pada Usher. Paling tidak untuk menghindari ketegangan yang tak diperlukan.

Kehadiran Jemma di Istana disambut dengan hangat oleh para manusia serigala. Jemma melangkah masuk dan bertanya.

"Di mana Usher?"

Seorang pelayan menjawab. "Sepertinya ada di aula istirahat bersama dengan Mireya."

"Terima kasih."

Sepertinya itu adalah waktu yang tepat. Jemma bisa bertemu dengan Mireya pula. Setidaknya ia perlu berkenalan secara langsung pada wanita serigala yang digadang-gadang telah berhasil merebut hati Usher sepenuhnya.

Jemma tiba di aula istirahat. Lalu percakapan itu terdengar oleh telinga tajamnya.

"Aku akan mendesak Ayla dan kalau dia tak mau mendengarkanku maka pilihannya hanya satu, yaitu kematian."

Wajah Jemma berubah. Ia tak bisa menahan diri dan jadilah ia membuka pintu dalam satu bantingan yang menggelegar.

"Apa kau bilang, Usher?!"

Usher dan Mireya terlonjak bersamaan. Keduanya sama-sama bangkit dari duduk dengan kaget yang tak main-main. Namun, ketika sedetik kemudian Mireya bisa menenangkan diri maka lain lagi dengan Usher.

"Mama."

Jemma abaikan Mireya. Ia melangkah masuk seraya menatap Usher dengan mimik tak percaya. "Katakan padaku kalau aku salah mendengar. Benar begitu bukan?"

Usher gelagapan. Pertanyaan Jemma membuatnya tersudut. Ia memutar otak untuk berkilah, tetapi di luar dugaan justru Mireya yang menjawab.

"Kau tidak salah mendengar, Jemma. Aku yakin kau mendengarnya dengan jelas. Usher akan mendesar Ayla untuk mengadakan Upacara Suci dan kalau dia tak ingin melakukannya maka tak ada yang bisa kami lakukan."

Jemma melongo. Dilihatnya Mireya dengan syok tak terkira. "Kalian benar-benar kelewatan."

"Jaga ucapanmu, Jemma. Cepat atau lambat, aku akan menjadi luna di kawanan Frostholm dan aku tak ingin siapa pun menghalangi cinta kami untuk bersatu."

"Memuakkan," geram Jemma. Agaknya ia tak lagi bisa menahan diri. "Seharusnya kau sadar diri. Usher memang adalah seorang alpha, tetapi bukan berarti dia bisa bertindak sesuka hati. Seorang alpha akan selalu mendahulukan kepentingan Kawanan di atas segalanya, sekalipun itu nyawanya sendiri."

Mireya tak bisa membalas perkataan Jemma. Ia bungkam dengan fakta tak terbantahkan, semestinya memang begitulah seorang alpha.

Untuk itu Jemma tak akan keberatan untuk mengingatkan Usher. Jadilah ia tatap Usher dengan sorot yang menyiratkan semua emosi. Ia terguncang dan tak percaya, tetapi semua dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"Aku yakin kau paham dengan kedudukanmu, Usher, tetapi aku akan mengingatkanmu sebagai antisipasi bila ada yang menghasutmu," ujar Jemma tanpa memedulikan wajah Mireya yang berubah merah. Tak akan menampik, memang tujuannya adalah untuk menyindir. "Kau adalah seorang alpha, tetapi kedudukan tinggimu masih tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kepentingan Kawanan. Hidup dan matimu, hanya untuk mengabdi pada Kawanan. Jadi, jangan pernah sedikit pun berpikir untuk mengkhianati mereka."

Usher membeku. Ia tak berkutik di hadapan Jemma. Dicobanya untuk tetap tenang, tetapi situasi membuatnya tersudut. Jadilah ia menarik napas dalam-dalam. Ia hampiri Jemma sembari berusaha mencairkan suasana.

Senyum kaku melengkung di wajah Usher. Kedua tangan mengembang dan ia berikan pelukan pada Jemma. Namun, Jemma bergeming dan tak membalas sikap manisnya sama sekali.

"Aku mengerti, Ma. Aku akan mengingatnya."

Mireya tercengang. "Usher."

"Mireya," lirih Usher seraya memberikan isyarat. Ia menggeleng berulang kali dan Mireya membuang muka. Dicamkannya di dalam benak, ia harus membujuk Mireya nantinya. Pastilah Mireya merajuk. Namun, sekarang ada hal lebih penting yang harus diurusnya. "Mama tak perlu khawatir. Aku akan selalu mengingatnya."

Ucapan manis Usher tak berarti apa-apa. Jemma mendengkus. "Aku akan melihat bukti dari perkataanmu, Usher. Seorang alpha tak sepatutnya berbohong dan kuharap kau memegang kata-katamu."

Tak cukup sampai di sana. Jemma yakin ia perlu memastikan bahwa Usher dan Mireya paham maksud kedatangannya. Ia bukan hanya sekadar ingin mengklarifikasi keadaan yang terjadi, melainkan memberi sinyal peringatan untuk hal buruk yang sepatutnya masih bisa dihindari.

Jadilah Jemma menatap Usher secara bergantian. Dipastikannya ucapannya cukup jelas untuk bisa terekam dengan baik di ingatan mereka berdua.

"Baguslah kalau begitu. Sekarang aku bisa tenang dan kuharap kalian berdua mengerti situasi sekarang. Bila ada sesuatu yang terjadi pada Ayla maka aku tahu siapa dalang di baliknya."

Mireya menganga. Ia tak akan salah menebak bahwa ucapan Jemma bernada ancaman. Jadilah matanya membesar dan tubuhnya refleks bergerak. Kaki melangkah dan tangan terangkat. Untungnya, Usher berhasil menahannya di waktu yang tepat.

Jemma tersenyum miring melihat Mireya. "Aku yakin kalau kau benar-benar terobsesi untuk menjadi seorang luna, Mireya."

Mireya mengatupkan mulut rapat-rapat. Wajahnya berubah kaku total karena penghinaan tersebut. Ingin rasanya membalas, tetapi apa daya. Usher justru menyuruhnya untuk bersabar.

Usher menahan tangan Mireya, digenggamnya dengan erat sehingga Mireya jadi semakin kesal. Jadilah tak aneh bila Mireya segera menghempaskan tangan Usher ketika pada akhirnya Jemma pergi.

"Mireya."

Mireya beranjak dan menciptakan jarak. Diperingatkannya Usher. "Kau benar-benar pengecut, Usher. Bagaimana bisa kamu melakukan itu di depan Jemma?"

"Mireya, bagaimanapun juga dia adalah ibuku dan luna terdahulu. Aku tak mungkin mengabaikannya begitu saja."

Mireya mengangkat wajah dengan sikap menantang, kedua tangan bersedekap di dada. "Lalu apa posisi aku di hidupmu? Hanya sebatas wanita simpanan yang mengandung putramu?"

"Mireya."

"Cukup, Usher," potong Mireya dengan keteguhan tak main-main. "Ini terakhir kalinya kita membahas soal ini. Jadikan aku luna dan pasanganmu apa pun caranya atau kau akan kehilangan aku dan anak kita."

Usher menggeleng. "Kau jangan bercanda, Mireya."

"Aku tidak bercanda, Usher. Jadi selama kau belum bisa membuktikan cintamu padaku maka jangan harap aku akan menemuimu."

*

Garth tahu ada yang tidak beres pada Usher. Ia sudah menyadarinya selama beberapa hari belakangan ini. Usher kerap termenung dan tampak tak bersemangat seperti biasa. Selain itu, sebagai pemberat dugaannya, Usher kembali mengajaknya pergi ke perkebunan anggur.

Usher menghabiskan waktu dengan menyusuri jalan di antara barisan pohon anggur. Dinikmatinya suasana teduh dan ia rasakan ketenangan yang akhir-akhir ini tak bisa ia dapatkan.

Mengapa semuanya jadi runyam seperti ini? Sebenarnya, sejak kapan semuanya jadi berantakan begini?

Ada banyak hal yang memenuhi benak Usher. Tak bisa dijabarkan satu persatu, tetapi ia merasa pikirannya begitu penuh. Terpenting, ada satu perasaan mengganjal yang membuatnya kerap tak tenang.

Jadilah tak aneh bila Usher putuskan untuk menyingkir sejenak dari pekerjaan dan urusan Kawanan. Disuruhnya Garth untuk membatalkan semua janji temu, rapat, atau jadwal kunjungan lainnya. Juga ia perintahkan untuk Ayla mencari satu nama demi mengisi posisi gamma yang selama ini kosong mengingat dulunya ada Vione yang bisa mengurus Istana dan keperluan kawanan.

Usher benar-benar ingin lepas sejenak dari semua urusan. Ia ingin menenangkan diri walau nyatanya tidak semudah yang dipikirkannya. Tercatat, ini adalah kunjungannya yang keempat kali ke perkebunan anggur dalam minggu yang sama.

Kegelisahan itu bukan hanya membingungkan Usher, melainkan Garth pula. Jadilah ia memberanikan diri untuk sekadar bertanya 'ada apa' pada Usher.

Usher menarik napas dalam-dalam. Pandangannya terlempar entah ke mana dengan sorot kosong. "Entah mengapa, tetapi aku merasa seperti ada yang tidak benar di sini. Kupikir semua baik-baik saja, terlebih lagi karena memang semua permasalahan telah selesai, tetapi aku justru merasa sebaliknya."

Sepatutnya Usher justru merasa lega karena gejolak di kawanan telah surut. Permasalahan Vione dan keluarga Munest telah selesai. Isu mengenai kudeta pun tak terdengar lagi. Pun persoalan petisi juga mulai mereda, agaknya para kawanan mulai tenang kembali karena dilihat oleh mereka tak ada pergerakan yang dilakukan Usher untuk mensahkan hubungannya dengan Mireya.

Insting Usher menyala. Alarm peringatan di dalam dirinya aktif dalam memberikan peringatan. Namun, mata dan logikanya tak menemukan sesuatu yang harus diwaspadainya.

"Kupikir kau hanya terlalu letih dan tegang, Alpha. Walau semua permasalahan telah berlalu, tetapi semua itu memang hal yang cukup berat dan menguras emosi. Aku yakin kau hanya butuh waktu untuk kembali tenang."

Usher mengerjap. Diliriknya Garth. "Menurutmu begitu?"

"Tentu," ujar Garth seraya mengangguk. Diyakinkannya sang alpha untuk tak hanyut dalam kegelisahan. "Selain itu, kau tak perlu mengkhawatirkan apa pun. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan selalu berada di pihakmu. Aku akan selalu menjadi cakar kelimamu, Alpha."

Sedikit kegelisahan itu menjadi tenang. Akhirnya Usher bisa bernapas dengan lebih lega, lalu ia lanjut melangkah dengan diiringi Garth.

Sore telah menyapa. Sudah waktunya untuk mereka kembali ke pusat kota. Ketika helikopter telah siap lepas landas, sesuatu melintas di benak Usher.

"Kupikir aku harus memastikan satu hal, Garth. Apakah permasalahan belakangan ini sudah benar-benar tuntas atau hanya sekadar mereda sesaat saja?"

Garth mengerutkan dahi. "Apa maksudmu, Alpha?"

"Vione. Seperti yang kita ketahui, dia memiliki hubungan dengan seorang alpha misterius yang tak kita ketahui identitasnya hingga kini. Jadi, aku ingin melihat Vione di penjara. Apakah ada sesuatu yang mencurigakan di sana?"

Garth tak yakin, tetapi ia tetap bertanya. "Apa kau berpikir bahwa pria itu akan menyelamatkan Vione?"

"Memang mustahil," tukas Usher seraya mendengkus. Sekilas, ia pun terkekeh geli. "Tak ada seorang pun di dunia ini yang bisa mengelabui para guard kawanan Frostholm. Apalagi penjara bawah tanah memiliki rancangan khusus yang akan membingungkan penyusup."

Usher benar-benar yakin dengan penjagaan dan keamaan penjara bawah tanah, demikian pula dengan Garth. Terlebih sepanjang sejarah, tak pernah ada seorang penyusup pun yang bisa memasuki penjara bawah tanah tanpa diketahui para guard. Juga, tak ada seorang tahanan yang bisa kabur dari sana. Penjara bawah tanah seperti benar-benar tersimpan di dalam inti bumi dan tentunya hanya orang-orang penting di kawanan Frostholm yang mengetahui celahnya.

Namun, sesuatu membuat Usher jadi berpikir dua kali untuk memuji penjara bawah tanah dan para guard yang bertugas. Penyebabnya adalah benda-benda tak biasa yang dilihatnya di penjara Vione.

Usher menyipitkan mata. Wajahnya mengeras dan rahangnya berubah kaku. Ditunjuknya benda-benda itu sembari melayangkan tanya dengan nada sengit. "Siapa yang mengunjungimu, Vione? Aku tidak memberikan izin pada siapa pun untuk mengunjungimu."

Vione adalah tahanan dengan tuduhan berat. Jadilah ia mendapatkan penjara terbawah dan aturan melarangnya untuk menerima pengunjung. Anehnya, di lantai penjara yang berbatu itu ada beberapa helai pakaian hangat dan juga bekas makanan dari luar.

Namun, tak ada jawaban yang Usher dapatkan, melainkan Vione bangkit dan menghampirinya dengan ekspresi yang menyiratkan dendam. Kedua tangan Vione naik, lalu ia meremas jeruji besi. Ditatapnya Usher seraya berucap penuh benci.

"Aku akan membunuhmu, Usher. Demi apa pun, aku bersumpah, suatu hari nanti aku pasti akan membunuhmu dengan kedua tanganku sendiri."

*

bersambung ....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top