Clawless Luna 11
Pagi yang cerah, secerah wajah Mireya ketika tiba di Istana. Mobil yang membawanya berhenti di pelataran dan seorang guard membuka pintu mobil.
Mireya turun dengan keanggunan alamiah. Ditatapnya sejenak keadaan sekeliling dengan senyum di wajah dan setelahnya barulah ia beranjak.
Kedatangan Mireya disambut dengan hormat seperti biasa. Orang-orang menundukkan wajah dan menyapanya dengan sopan. Jadilah senyumnya semakin lebar dan diangkatnyalah dagu setinggi mungkin.
Mireya merasa di atas angin. Sekarang, setelah semua yang telah terjadi, agaknya ia benar-benar bisa melangkahkan kaki di Istana dengan sesuka hati.
Memang bukan berarti Mireya memedulikan Vione. Lagi pula seisi Istana sudah mengetahui betapa Usher lebih memilih dirinya ketimbang Vione. Sayangnya tetap ada sesuatu yang membuatnya harus sedikit menahan diri, setidaknya di depan khalayak umum, yaitu posisi Vione sebagai luna.
Mireya mungkin bisa merundung atau merendahkan Vione ketika mereka tengah berdua atau paling tidak ketika di hadapan Usher dan Garth, tetapi selain itu tentu saja tidak bisa. Ia harus tetap menjaga sikap di depan orang-orang. Setidaknya ia harus tetap memperlihatkan kecantikan dan keanggunan yang telah dibangunnya selama ini. Terlebih ia tak ingin mencoreng nama sendiri dan mendapat kecaman dari para kawanan bila sampai merundung sang luna.
Untungnya sekarang Mireya tak perlu lagi melakukan hal tersebut. Ia tak perlu lagi berpura-pura di hadapan banyak orang.
Vione bukan lagi seorang luna dan ia tak lagi menjadi pasangan Usher. Selain itu, yang terpenting bagi Mireya adalah Vione sekarang berada di penjara bawah tanah. Sampai dunia berakhir, Vione akan terus berada di sana dan tak ada yang bisa dilakukannya.
Penantian Mireya telah berakhir. Masa yang dinanti-nantikannya telah tiba. Posisi sebagai pasangan dan luna untuk Usher telah kosong. Artinya sekarang ia hanya menunggu waktu. Usher pasti akan melamarnya, menikahinya, dan menjadikannya sebagai wanita paling berkuasa di kawanan.
"Di mana Usher? Apa dia masih di kamar?"
Mireya bertanya acuh tak acuh pada seorang pelayan yang kebetulan berpapasan dengannya. Dihentikannya sejenak langkah, lalu didapatkannya jawaban.
"Ya, Nona."
Mireya mengangguk. Disadarinya hari itu memang masih terlalu pagi untuk kebiasaan Usher. Walau begitu ada hal lain yang menarik perhatiannya. Jadilah ia tersenyum kecil.
Tak lama lagi. Aku tidak akan dipanggil Nona lagi.
Mireya mendeham. Sekilas bayangan menyenangkan sempat mengisi benaknya. Orang-orang akan memanggilnya luna dan menghormatinya. Terlebih lagi ia akan memiliki Usher seutuhnya.
"Siapkan sarapan dan antar ke kamar. Usher pasti sangat lelah karena banyak hal yang terjadi di kawanan akhir-akhir ini."
Pelayan mengangguk. "Baik, Nona."
Setelahnya Mireya pun beranjak. Ditujunya satu lift yang membawanya ke lantai tertinggi di Istana dan tak lama kemudian, tibalah ia di kamar Usher.
Mireya membuka pintu. Ia masuk dan bertepatan dengan itu didapatinya Usher yang baru saja bangun dari tidur.
"Selamat pagi, Usher."
Mireya menghampiri Usher di tempat tidur. Ia duduk di tepian tempat tidur dan langsung melabuhkan ciuman selamat pagi di bibir Usher.
"Selamat pagi, Mireya," balas Usher seraya mengernyit, agaknya masih berusaha mengumpulkan kesadaran. "Kau datang pagi sekali."
Mireya tersenyum. Diraihnya kedua tangan Usher dan ia elus dengan lembut. "Tentu saja aku datang sepagi ini. Kau tahu? Aku benar-benar merindukanmu, Usher. Kita tidak bertemu beberapa hari setelah Pengadilan Tinggi tempo hari."
"Kau benar."
Usher ingat. Pengadilan Tinggi bukanlah satu-satunya hal penting yang harus dilaluinya minggu ini. Tercatat ada banyak hal terjadi sehingga ia sangat sibuk. Jadilah ia dan Mireya tak bisa bercengkerama seperti biasa.
"Selain itu, kau tentu tahu maksud kedatanganku sepagi ini bukan?"
Usher terdiam. Tak dijawabnya pertanyaan itu, melainkan ditatapnya mata Mireya. Binar-binar di sana lebih dari cukup untuk menjelaskan kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh Mireya.
"Aku ingin kita lanjut membahas soal waktu itu, Usher. Sekarang sudah tak ada lagi Vione di antara kita. Dia bukan lagi luna dan pasanganmu. Kau sekarang bebas dan hanya ada aku di hidupmu. Aku adalah satu-satunya wanita di hatimu," ujar Mireya dengan semringah yang berpendar nyata. Ia beringsut dan semakin mendekati Usher. "Kau paham maksudku bukan?"
Usher masih tak bersuara. Tentulah ia memahami maksud Mireya dan disadarinya bukanlah hal aneh bila Mireya datang sepagi itu ke Istana.
Semua berkaitan dengan kelanjutan hubungan mereka. Ketiadaan Vione telah memberikan harapan untuk keduanya. Sekarang mereka bisa bersama tanpa ada penghalang sama sekali.
Sayangnya semua tidak sesederhana itu. Semua tidak semudah yang sempat diduga oleh Usher. Penyebabnya adalah petisi yang baru diterimanya sore kemarin dan Mireya belum mengetahui hal tersebut.
"Usher?"
Usher mengerjap dengan salah tingkah. Ia mendeham dan balik memegang jemari Mireya. "Sebenarnya ada hal yang perlu kuberi tahu padamu, Mireya."
"Apa itu?"
Usher menarik napas terlebih dahulu. Diyakininya bahwa Mireya pasti tak akan menyukainya dan itulah yang terjadi. Mireya syok dan nyaris terlonjak dari tempat tidur.
"A-apa kau bilang? Petisi?"
"Ya," jawab Usher dengan wajah tak berdaya. Diusapnya wajah sekilas seolah ingin menekankan pada Mireya bahwa ia pun tak mengira hal tersebut akan terjadi. "Para Kawanan mengumpulkan petisi dan tak ada yang bisa kulakukan."
Bola mata Mireya membesar. Semringah di wajahnya hilang sudah. Binar-binar kebahagiaan di matanya tergantikan rasa tak terima. "Tak ada yang bisa kau lakukan? Apa maksudmu, Usher?"
"Mireya, kau jangan berpikir buruk. Aku—"
"Bagaimana mungkin aku tidak berpikir buruk, Usher?" tanya Mireya cepat. Dipotongnya ucapan Usher seraya menepis genggaman di jari-jari tangannya. "Kau mencintaiku, Usher. Kau berjanji akan menjadikanku pasanganmu dan sekarang Vione bukan lagi lunamu. Jadi sudah sewajarnya bukan kalau aku yang menjadi pasangan dan lunamu sekarang?"
Usher mengangguk sembari meraih kembali tangan Mireya. Didekapnya tangan Mireya dengan erat di depan dada, lalu ia labuhkan ciuman-ciuman penenang di jari-jarinya. "Ya, Mireya. Aku paham dan perlu kau tahu, tidak ada hal yang lebih ingin kulakukan selain menjadikanmu pasangan dan lunaku. Aku mencintaimu, Mireya, tetapi kumohon, dengarkan aku dulu."
Kali ini Mireya yang tak bersuara. Dihirupnya udara dalam-dalam dan mulutnya terkatup rapat.
Usher menunggu, tetapi Mireya tak kunjung bicara. Walau demikian sikap Mireya meyakinkannya untuk lanjut menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
Diawali dari keinginan yang telah menggebu-gebu, Usher membahas soal kemungkinan Mireya yang akan menjadi pengganti Vione di hidupnya. Ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Mireya sebagai pasangan dan luna secara blak-blakan di hadapan beberapa manusia serigala. Jadilah kabar tersebut dengan cepat tersebar di antara para kawanan.
Tujuan Usher jelas. Ia memang sengaja menekankan hubungannya dengan Mireya terlepas dari gosip yang sudah beredar selama ini di antara para kawanan, semua telah mengetahui hubungan gelap mereka. Perlu dipastikannya bahwa semua manusia serigala bisa menangkap situasi, yaitu dalam waktu dekat ia akan menjadikan Mireya sebagai wanita serigala dengan posisi tertinggi di Kawanan Frostholm.
Sayangnya bukan itu yang terjadi. Kehendak Usher bertolakbelakang dengan respons para kawanan. Jadilah bukan ucapan selamat yang diterimanya, alih-alih adalah petisi.
Usher tak bisa berbuat apa-apa. Diakuinya bahwa ia teledor untuk hal sepenting ini. Ia tak sempat mengecek Kitab Peraturan dan lagi pula ia sama sekali tidak terpikirkan bahwa hubungannya dengan Mireya akan mendapatkan ganjalan.
Selain itu, rasanya wajar bila Usher tak mengira bahwa ada aturan yang membahas perihal luna pengganti. Agaknya selama Kawanan Frostholm berdiri, baru kali inilah ada kejadian di mana sang alpha ingin mengganti lunanya. Jadilah aturan itu ada, tetapi seolah tak ada lantaran tak ada yang menggunakannya selama ini.
Usher gegabah. Ia tak teliti dan hasilnya adalah ia sendiri yang pusing.
"Aku sudah memanggil Ayla, tetapi ia pun tak bisa berbuat apa-apa."
Mireya melongo. "Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanyanya dengan sebuah pemikiran yang langsung melintas di benak. Jadilah ia menggeleng dengan wajah ngeri. "Jangan katakan kalau kau akan pasrah saja, Usher. Kau tidak mungkin berdiam diri bukan? Kau telah berjanji akan menjadikanku sebagai luna dan pasanganmu."
Usher buru-buru menenangkan Mireya. Ditariknya tubuh Mireya dan ia dekap dengan kuat ketika dirasakannya Mireya ingin melepaskan diri.
"Lepaskan aku, Usher. Jangan coba-coba untuk merayuku."
Usher tak melepaskan Mireya. "Aku tidak merayumu, Mireya. Aku hanya ingin meyakinkanmu kalau semua ini akan kubereskan secepat mungkin."
"Bagaimana caranya?"
Usher tak menjawab.
"Katakan padaku, bagaimana caranya kau membereskan semua ini?"
Kembali, tak ada jawaban yang didapatkan oleh Mireya. Usher masih diam dengan otak yang terus berputar dan Mireya pun mengambil sikap. Ia tak ingin menghabiskan waktu dengan keheningan yang tak berarti apa-apa.
Mireya mendorong Usher, lalu ia bangkit. "Aku sudah meminta pelayan untuk menyiapkan sarapan untukmu."
"Mireya."
"Aku tak akan ke mana-mana. Aku perlu waktu sejenak dan sepertinya aula istirahat adalah tempat yang tepat untukku berpikir."
Usher memejamkan mata dengan dramatis. Mireya keluar dari kamarnya dan ia hanya bisa merutuk.
*
Mireya pikir, bukanlah tanpa alasan mengapa Vione kerap menghabiskan waktu kesendiriannya dengan berdiam diri di aula istirahat. Ternyata tempat itu memang memiliki pemandangan dan keadaan yang sempurna untuk mengistirahatkan tubuh maupun pikiran.
Sepiring camilan dan secangkir teh hangat mengisi meja. Musik instrumental mengalun dan menghadirkan suasana yang tenteram. Mireya menikmati waktu yang berlalu dengan pandangan yang terlempar ke luar. Dilihatnya bunga-bunga yang menghiasi taman dengan satu pemikiran yang terus berputar-putar di dalam kepala.
Aku tidak akan menyerah begitu saja. Setelah semua kulakukan dengan susah payah, aku tak akan membiarkan petisi sialan itu merusak rencanaku.
Sayangnya Mireya tak mendapatkan bayangan hal yang bisa dilakukannya untuk melawan petisi tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Usher padanya tadi, Usher telah memanggil Ayla dan hasilnya tidak memuaskan.
Mireya memejamkan mata. Disadarinya bahwa Ayla adalah salah satu orang yang tidak menyukai keberadaannya. Ayla memang tidak terang-terangan mengatakan atau menunjukkan sikap tak sukanya, tetapi ia bisa merasakannya. Ayla melihatnya seperti ia adalah serangga yang harus disingkirkan.
Tunggu dulu.
Derap langkah seseorang membuyarkan pemikiran Mireya. Ia mengerjap dan tanpa berpaling bisa menebak siapa yang mendatanginya.
Tebakan Mireya benar. Satu kecupan yang mendarat di puncak kepalanya adalah jawaban valid. Jadilah ia membuang napas dan memasang wajah pura-pura seakan letih dengan keadaan.
"Apakah kau sudah merasa lebih tenang sekarang?"
Penampilan Usher tampak segar dan rapi, pastilah ia telah mandi. Ia menarik kursi dan duduk di hadapan Mireya. Diliriknya camilan dan teh yang belum disentuh oleh Mireya sama sekali. Ia tahu, topik tadi pastilah sangat membebani pikiran Mireya.
"Apakah menurutmu aku bisa tenang?"
Pertanyaan balik itu membuat Usher membuang napas panjang. "Seperti yang kukatakan, Mireya. Kau tak perlu khawatir. Cepat atau lambat, aku akan mencari jalan keluar. Semua akan baik-baik saja. Pada akhirnya, kau tetap akan menjadi luna dan pasanganku. Kau hanya perlu menunggu dan bersabar. Percayalah padaku."
"Aku percaya padamu, Usher. Lagi pula kesabaran apa lagi yang kau harapkan dariku? Selama ini aku sudah bersabar. Jadi, kapan, Usher? Kau tahu bukan? Aku sudah lelah," ujar Mireya sambil memejamkan mata dengan ekspresi tak berdaya. "Semua telah kulakukan untukmu. Kuberikan cinta dan seluruh yang kupunya hanya untukmu. Tak hanya itu, aku pun tengah mengandung anakmu, Usher."
Usher menenangkan Mireya. "Aku tahu itu, Mireya. Jadi, kumohon agar kamu bisa mengendalikan pikiran. Aku tidak ingin kau stres. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kandunganmu."
"Kau jelas tahu apa yang membuatku jadi banyak pikiran, Usher. Maksudku, ternyata bukan hanya Vione yang menjadi penghalang kita selama ini. Bahkan ternyata para kawanan pun seperti bersekongkol untuk menolak kehadiranku."
"Ssst! Tidak Mireya."
"Kau lihat sekarang buktinya, Usher. Petisi itu adalah buktinya dan kau tak bisa melakukan apa pun bukan? Kau tak bisa menentangnya bukan?"
Usher tak bisa bicara. "Mireya."
"Pada akhirnya, mungkin aku memang harus menerima nasibku. Mungkin aku hanya ditakdirkan menjadi wanita simpananmu saja. Tidak lebih dari itu."
"Jangan bicara seperti itu, Mireya. Kau tahu, aku sangat mencintaimu. Wanita simpanan? Bahkan ketika Vione masih ada, kaulah satu-satunya yang ada di hatiku. Apalagi sekarang?"
Mireya menggeleng. "Aku sudah puas mendengar kata-katamu, Usher. Sekarang aku ingin bukti kalau kau memang mencintaiku dan anak kita."
"Bukti?" tanya Usher sambil melihat Mireya mengusap perutnya. Lalu ia menatap Mireya. "Bukti apa maksudmu?"
"Abaikan petisi itu. Jadikan aku luna dan pasanganmu apa pun yang terjadi."
Usher tertegun dengan lidah kelu. Tatapannya yang semula bercahaya tampak mulai meredup. "Mi-Mireya."
"Mengapa? Kau tak bisa melakukan itu?" tanya Mireya mendesak. Ditantangnya Usher dengan sorot menggebu. "Mengapa kau tak bisa melakukannya? Kau adalah alpha. Kau bebas melakukan apa pun."
"Aku tahu aku adalah alpha. Aku bebas melakukan apa pun. Aku tak butuh alasan atau izin untuk melakukan apa pun, tetapi semua adalah untuk kepentingan Kawanan, Mireya. Aku—"
"Jadi kau ingin menuruti petisi itu?"
Mata Usher membesar. "Bukan begitu maksudku, tetapi tak ada yang bisa kulakukan. Ayla pun tak bisa membujuk Kawanan, Mireya. Dia—"
"Ayla. Ayla. Ayla. Semua gara-gara Ayla." Mireya tak mampu menahan umpatannya kali ini. Jadilah ia ucapkan nama Ayla berulang kali dengan nada sarat emosi. "Dari dulu, dia selalu mengacaukan semuanya. Dia membuatmu berpasangan dengan Vione dan sekarang dia juga yang membuat kita tak bisa bersama."
"Mireya."
"Kumohon, Usher. Untuk kali ini saja, apa kau tak bisa membuktikan cintamu padaku? Aku sedang mengandung anakmu."
Usher tak kuasa mendengar permohonan Mireya. Wajah cantiknya berubah sedih dan itu membuat hatinya jadi sakit. "Jangan memohon padaku, Mireya. Kau tahu, aku akan melakukan semuanya untukmu. Kau lihat bukan? Kau ingin aku mencampakkan Vione dan itulah yang kulakukan."
Mireya mengangguk. Itu memang adalah bukti tak terbantahkan, tetapi ia menginginkan bukti lainnya. Jadilah ia menangkup wajah Usher. Ditatapnya Usher tanpa kedip, lalu ia bicara dengan penekanan di tiap katanya.
"Aku ingin kau menjadikanku luna dan pasanganmu, Usher. Apa pun yang terjadi, aku tak peduli, yang kuinginkan adalah menjadi lunamu. Kau mengerti bukan?"
Mata Usher tak berkedip. Dibalasnya tatapan Mireya dan ia mengangguk.
"Kau harus melakukan semuanya agar aku bisa menjadi lunamu," lanjut Mireya dengan penuh keseriusan. Tatapannya semakin lekat dan menghunjam. "Termasuk bila itu artinya kau harus menyingkirkan Ayla."
"Menyingkirkan Ayla?"
Mireya mengangguk. "Ya, singkirkan saja dia. Kalau dia tak patuh padamu, apa lagi yang harus kau lakukan selain menyingkirkannya? Jangan biarkan siapa pun bisa memisahkan kita, Usher."
"Sepertinya kau benar, Mireya. Ayla bukanlah siapa-siapa dibandingkan aku yang seorang alpha dan Kitab Peraturan itu hanyalah kertas-kertas kuno yang tak berarti apa-apa."
Senyum kembali mengembang di wajah Mireya. "Benar, Usher. Memang begitu. Jadi, sekarang apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan mendesak Ayla dan kalau dia tak mau mendengarkanku maka pilihannya hanya satu, yaitu kematian."
Bertepatan dengan itu terdengar suara pintu yang terbuka dalam satu hempasan. Bunyinya menggelegar, tetapi tidak sebanding dengan seruan tak percaya yang pecah setelahnya.
"Apa kau bilang, Usher?!"
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top