Clawless Luna 1
◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌
Sebagai informasi, cerita ini murni fiksi. Semua karakter, nama tempat, dan yang lainnya adalah murni berasal dari imajinasi. Jadi semoga kalian menikmati :*
Note: Bacalah selagi on going, karena cerita bisa di-unpublish kapan pun setelah tamat nanti.
◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌
"Aku mencintai Alpha Usher Thorne."
Vione Celestia Munest berdiri mematung. Ia bergeming dan tak mengatakan apa pun untuk pengakuan yang baru saja didengarnya. Lagi pula ia harus bereaksi seperti apa? Haruskah ia kembali menghabiskan tenaga seperti yang sudah-sudah sementara ia tahu bahwa itu adalah tindakan percuma?
Vione menyadarinya, Mireya Lark tak akan goyah. Mireya tak akan pernah pergi, tetapi begitu juga dengan dirinya.
"Mengapa kau diam saja, Vione? Apa kau tak mendengar apa yang baru saja kukatakan?"
Vione mengerjap. Pundak bergerak samar ketika ia menarik udara. "Memangnya apa yang kau harapkan akan aku katakan? Kau tidak berharap aku memberimu selamat bukan?"
Kali ini Mireya yang diam. Ditatapnya Vione dengan mata menyipit dan kedua tangan bersedekap di depan dada, lalu ia melangkah. Ia kelilingi Vione dengan kesan mencemooh.
"Aku tak memerlukan ucapan selamat darimu. Tak penting, tetapi aku pikir sepertinya ada yang mulai sadar diri."
Vione memejamkan mata. Dihirupnya napas sedalam mungkin dan berharap di dalam hati, semoga saja percakapan memuakkan itu akan segera berakhir.
"Selamat? Ehm. Bukankah itu membuktikan kalau kau akhirnya bisa menerima kenyataan? Ternyata selama ini bukan kau yang bertakhta di hati Usher. Bukan kau, tetapi aku."
Udara terperangkap di dada Vione. Gemuruh menggema di sana dan menerbitkan panas yang tak bisa dibendung.
"Cukup, Mireya."
Mireya menyunggingkan senyum remeh. "Cukup?"
"Tak seharusnya kau bicara seperti itu padaku. Bagaimanapun juga kau harus ingat, Meriya," lanjut Vione seraya membuka mata. Napas berembus perlahan dan tatapannya tertuju lurus ke depan. "Aku adalah lunamu."
Senyum remeh Mireya menghilang. Langkah-langkah kecil yang sedari tadi mengitari Vione pun berhenti seketika. Ia tertegun, lalu memutuskan untuk menunggu tindakan Vione selanjutnya.
Namun, Vione tak melakukan apa-apa. Pun tak mengatakan apa-apa lagi. Ia justru beranjak meninggalkan Mireya.
Mireya mendengkus. Sesaat ia hanya memutar bola mata dengan ekspresi tak percaya. Vione pergi begitu saja?
Rasa tak terima membuat Mireya menyusul Vione. Ditahannya tangan Vione, lalu berkata.
"Kau bukan luna siapa-siapa, Vione. Sama seperti kau yang menyadari kalau hanya ada aku di hati Usher, seharusnya kau juga sadar kalau kau tak pernah menjadi luna yang sesungguhnya."
Vione menguatkan diri. Ucapan Mireya membuat tubuhnya bergetar dalam usaha untuk menyangkal, tetapi semua itu sia-sia. Mireya lanjut menyudutkannya dengan semua cara.
"Kau tahu bukan? Satu-satunya alasan mengapa kau menjadi luna adalah karena ramalan sialan itu. Tanpa ramalan Ayla, mustahil sekali Usher ingin menjadikanmu luna. Kau adalah manusia serigala yang menyedihkan, Vione. Kau tak pantas menjadi pendamping Usher."
Sepertinya Vione tak perlu diingatkan akan asal muasal ikatan yang terjalin antara dirinya dan Usher. Semua berkat ramalan sang tetua suci Kawanan, Ayla Crandall.
Tak sering terjadi dalam sejarah keberlangsungan Kawanan Frostholm selama ini di mana luna ditentukan berdasarkan sebuah ramalan. Menurut sejarah yang diwariskan dalam perpustakaan Kawanan, hal tersebut terjadi untuk terakhir kali sekitar 148 tahun lalu. Setelahnya alpha selalu menemukan luna dengan takdirnya sendiri.
Kejadian itu menggemparkan Kawanan. Beberapa kawanan menunjukkan keberatan, tetapi tak bisa berbuat apa-apa. Perkataan Ayla adalah hal mutlak yang harus dipatuhi, tak terkecuali oleh alpha.
Ayla sebagai pewaris posisi tetua suci meneruskan tugas penting dari tetua suci sebelumnya. Ia memimpin setiap upacara dan memberikan berkat pada semua keturunan manusia serigala yang lahir. Juga mengabarkan setiap ramalan yang ditunjukkan oleh alam padanya, termasuk dengan takdir pasangan Usher.
Tak sedikit yang menentang. Beberapa dari mereka meragukan ramalan Ayla. Namun, keluarga Thorne menunjukkan wibawanya. Mereka menerima ramalan tersebut dan memutuskan bahwa Vione adalah manusia serigala yang tepat untuk bersanding dengan Usher.
Sayangnya tidak demikian orang-orang memandang. Di mata mereka, Vione sangat tidak pantas menjadi luna. Ia tidak pantas menjadi pasangan Usher.
Vione menundukkan wajah. Dilihatnya genggaman Mireya dan dilepasnya dengan perlahan.
"Pantas atau tidak, nyatanya sekarang yang menjadi luna adalah aku. Bukan kau, Mireya."
"Kau—"
"Terlepas siapa wanita yang bertakhta di hati Usher, nyatanya sekarang yang menjadi pasangannya adalah aku. Bukan kau, Mireya."
Mireya memelototkan mata, terlebih karena sesaat kemudian Vione menyingkirkan genggamannya begitu saja.
"Aku tak peduli bagaimana orang-orang melihatku, tetapi aku adalah luna dan pasangan Usher. Sementara kau?"
Vione menatap Mireya tanpa sedikit emosi pun. Lagi pula untuk apa ia melelahkan hati untuk hal yang telah ia sadari? Anggap saja semua tak ada dan tanpa arti.
"Orang-orang hanya melihatmu sebagai simpanan Usher. Tak lebih dari itu."
Mata Vione memejam seketika tepat ketika ia tuntas bicara. Tangan Mireya melayang dan mendarat di pipinya. Suara tamparan terdengar seiring dengan terhentaknya kepala Vione ke satu sisi.
Napas Mireya menggebu. Dada naik turun dan ditatapnya Vione dengan penuh murka.
"Apa yang kau katakan?"
Vione merasakan setitik asin timbul di sudut bibir, tetapi ia tak meringis. Ditahannya rasa sakit dan tersenyum.
"Kau ingin aku mengulanginya?" tanya Vione dengan nada mencemooh. "Apa kau yakin?"
Mireya tak menjawab, melainkan kembali mengangkat tangannya. Tamparan kedua siap mendarat di pipi Vione, tetapi gagal. Vione menangkap pergelangan tangannya di waktu tepat.
"Sepertinya kau tidak paham dengan kata-kataku tadi, Mireya. Aku adalah pasangan Usher. Suka atau tidak, aku adalah luna. Jadi jaga sikapmu."
Mireya mendengkus seraya berusaha menarik tangannya. "Jaga sikapku? Jangan bermimpi, Vione. Kau tak pernah menjadi luna siapa-siapa. Seharusnya kau becermin, kau tak pantas menjadi luna. Kau harus sadar diri. Kau hanyalah seorang manusia serigala yang terbuang tanpa keluarga, seorang manusia serigala yang hidup tanpa cakar."
Ditakdirkan menjadi luna bukanlah hal buruk. Namun, terlahir tanpa asal-usul yang jelas dan tak memiliki cakar adalah malapetaka untuk Vione. Sampai detik ini, ia menyadari bahwa dua hal itulah yang membuat hidupnya tak ubah berada di neraka.
Vione mencoba untuk menabahkan hati. Diangkatnya dagu tinggi-tinggi demi membangun kamuflase yang selama ini berhasil menegakkan kedua kakinya.
"Jadi bayangkan ini, Mireya. Bahkan dengan adanya keluarga dan cakar, kau tetap tak bisa menyaingiku."
Wajah Mireya semakin mengeras. Balasan Vione semakin membakar amarahnya. Ia tak lagi bisa menahan diri, tetapi sesuatu tertangkap oleh sudut matanya ketika ia akan membalas Vione.
"Lepaskan aku, Vione! Kau menyakitiku!"
Vione mengerutkan dahi. "Apa maksudmu?"
Perubahan sikap Mireya membuat Vione kebingungan. Dilihatnya Mireya dengan sorot tak mengerti dan mendadak saja satu bentakan menggelegar.
"Vione! Apa yang kau lakukan pada Mireya?!"
Vione tersentak bukan hanya karena bentakan tersebut, melainkan juga akibat sentakan yang membuat ia terhempas beberapa langkah ke belakang. Beruntung, ia cukup sigap sehingga tak terjungkang.
"Usher."
Nanar mata Vione menyaksikan pemandangan itu. Dengan mata kepalanya sendiri, dilihatnya Usher menghampiri Mireya dan memeriksa pergelangan tangannya.
Vione melongo tak percaya. Bisa-bisanya Mireya melakukan sandiwara murahan seperti itu?
"Kau tak apa-apa, Mireya? Apa ada yang terluka?"
Mireya menggeleng selagi Usher memeriksa keadaannya. "Tidak, Usher. Aku tidak apa-apa. Terima kasih."
"Syukurlah kalau begitu," ujar Usher seraya berpaling tanpa melepaskan Mireya. Ia pastikan Mireya untuk tetap berdiri tepat di sebelahnya, lalu menatap tajam pada Vione. "Apa-apaan ini, Vione? Kau pikir apa yang kau lakukan pada Mireya?"
Vione bisa melihat sorot mengejek diberikan oleh Mireya. Pun Mireya tersenyum seolah memberikan isyarat padanya bahwa tak ada yang bisa ia lakukan. Semua sudah jelas. Bagi Usher, ia sama sekali tak berarti apa-apa.
"Apa yang aku lakukan pada Mireya?" ulang Vione dengan lirih. Wajah tampak tanpa ekspresi, ia menggigit bibir bawah. "Seharusnya kau tanyakan itu pada gundikmu, Usher. Apa yang sudah dilakukannya padaku?"
Mata Usher membesar. Mireya pun terkesiap ketika Vione mengatainya dengan kata rendahan. Agaknya mereka sama-sama tak mengira kalau Vione akan membalas.
"Dia, Usher. Dia yang telah menamparku. Dia juga mengatakan kalau aku tak pantas menjadi lunamu."
Usher bisa melihat jejak merah yang tercetak di pipi putih Vione dan itu disadari pula oleh Mireya. Ia menunggu sembari bertanya di dalam hati, apa yang akan dilakukan Usher selanjutnya?
"Melihat dari sikapmu, mungkin yang dikatakan oleh Mireya memang benar."
Vione tertegun sementara kelegaan menyeruak di dada Mireya.
"Sikapmu benar-benar tidak mencerminkan luna yang sesungguhnya."
"Tidak mencerminkan luna yang sesungguhnya? Oh, astaga, Usher." Vione terkekeh ironis seraya menggeleng berulang kali. "Bisa kau jelaskan bagaimana luna yang sesungguhnya itu? Apakah dia adalah wanita yang sukarela melihat gundik suaminya menginjakkan kaki di rumah mereka?"
Usher menggertakkan rahang. "Jaga ucapanmu, Vione."
"Kau pun harus menjaga perilakumu, Usher."
"Vione!"
Vione tak sempat berkedip ketika Usher melangkah dan tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya. Ia terkejut, tetapi tak berlangsung lama. Usher segera menyambar lehernya dan membuat ia tak bisa bernapas.
"U-Usher."
Kedua tangan Vione naik. Ia berusaha melepaskan tangan Usher dari lehernya. Namun, tenaga alpha tak akan pernah menjadi tandingannya.
"U-Usher, lepaskan aku. Aku tak bisa bernapas."
Wajah keras Usher mengisyaratkan bahwa ia tak goyah dengan permohonan Vione. Ia bergeming dan jari-jari besarnya meremas.
Vione semakin kesulitan. Paru-parunya berontak dan rasa sakit mulai menjalari sekujur tubuh.
"U-Usher."
"Seharusnya kau menjaga sikapmu, Vione. Jangan pikir dirimu istimewa hanya karena kita berpasangan. Kau jelas tahu, semua ini terjadi hanya karena ramalan sialan itu."
Vione tak bisa membalas perkataan Usher lagi. Ia megap-megap dan matanya mulai kehilangan fokus.
Air mata mulai merembes. Mulut semakin menganga lebar dan pandangannya mulai kabur.
Apakah ini akan menjadi akhir hidupku? Apakah kesabaranku akan selesai sampai di sini?
Vione memejamkan mata. Dalam hati, dirutukinya diri sendiri. Seharusnya ia pergi dari dulu. Seharusnya ia tak patuh dengan ramalan Ayla. Seharusnya ia abaikan saja kepentingan Kawanan. Lagi pula benar kata mereka.
Seharusnya aku sadar diri. Aku memang tak pantas.
Di detik-detik terakhir ketika Vione pikir napasnya akan putus, Usher melepaskannya. Ia terjatuh di lantai dan buru-buru menarik udara, ia masih hidup.
"Ini peringatan terakhir untukmu, Vione. Sentuh lagi Mireya, sedikit saja, maka kau akan menanggung akibatnya."
*
bersambung ....
Buat yang mau pesan, silakan langsung chat aja ya. Aku tunggu 🤗
◌⑅⃝●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅⃝◌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top