[Komentator]: Melati

1. Shin Jae Mi
Nilai: 7, 8

Kesan: Aku menyukai karakternya, pun bahasanya yang ringan. Hanya saja penjabarannya kurang. Latar, emosi, alur terlalu acak dan kurang sampai-sampai aku nyaris nggak bisa menyelami cerpen ini.

Emosi Shin Jae Mi nyaris nggak bisa 'kena' ke aku. Di akhir cerita, kalimatnya agak membuatku terbanting karena agak aneh jawaban si Jae Mi, tapi dialognya dan wonwoo 'menyelamatkan.'

Kritik saran: Terlalu banyak italic. Menurutku nggak apa-apa dipakai, tapi jangan kebanyakan karena kesannya jadi aneh dan menganggu. Lalu ada kalimat yang kurang tepat seperti : Sebelum kemudian melebarkan mata dan mendengkus keras-keras.

Aku rasa sebelum dan kemudian itu beda arti, tapi rasanya agak aneh kalau digabung jadi satu. Coba hilangkan sebelum-nya. Adegannya tetap berjalan, tapi kalimatnya lebih enakan.

Lalu ada kata memantabkan. Aku ragu kalau itu typo karena b sama p itu jauh letaknya.

Selebihnya semuanya bagus. Saranku lebih perhatiin dan soal karakternya, lebih dibuat nge-feel lagi. Kalau menurutku, daripada POV tiga lebih baik POV satu. Lebih kerasa karena ada konflik batin si Jae Mi dan ibunya. Plus, adegan dia sakit hati dan merasa nggak mau dibandingkan lebih kerasa ketimbang pakai POV tiga. Namun, kalau si penulis lebih nyaman dan bisa otak-atik POV tiga itu bisa jadi lebih nge-feel soal karakter-karakternya dan alurnya nggak diganti nggak papa juga.

2. Dewi Raisya Aufa
Nilai: 7, 6

Kesan: Terlalu kecepetan. Feel-nya bahkan nyaris nggak kerasa sama sekali. Coba lain kali buatnya pelan-pelan. Walau pun deadline mengejar, tapi kamu yang bikin harus tetap memperhatikan proposinya. Apakah ini kecepetan, kapan si ini harus muncul, kapan si ini harus bertindak, apa reaksi dia waktu si ini bilang begitu. Kamu harus tau itu, biar kedepannya nggak ancur dan kecepetan begini.

Kritik saran: Perhatikan keyboard dengan baik. Ada beberapa typo dan agak fatal. Seperti bulu tangkis menjadi buku tangkis. Padahal jelas-jelas nggak ada permainan buku tangkis.

Lalu, aku juga merasa kalau di akhir cerita penutupannya kurang memuaskan. Agak kurang nge-feel dan kesannya ditempel doang. Diketik secara gamblang.

Selain itu semuanya bagus. Kamu tinggal perbaiki biar ceritamu kedepannya makin lebih baik lagi. Jangan berhenti belajar juga. Semangat!

3. Frieska Tatyana
Nilai : 7, 6

Kesan : Bahasanya ringan dan nggak bertele-tele. Namun, deskripsi di cerita ini kurang. Aku nggak terlalu kebayang sama latar dan emosi para tokohnya.

Pun, aku merasa ganjal di adegan Frieska ketemu sama si Arka. Di situ ada dialog kalau dia mau menyerang kalong garong doang, tapi di adegan sebelumnya polisi malah melumpuhkan maung bodas juga. Terus, anehnya si Arka juga nyuruh si Frieska bantuin dia cari Serif. Padahal bareng sama anggota maung bodas juga bisa sekalian dibantuin.

Oh iya, itu yang pas tembak-menembak di mana si Frieska terhuyung itu aku agak bingung. Itu si Frieska ditembak duluan terus sebelum terhuyung dia nembak si Serif atau apa? Soalnya pas si Arka mau nembak si Serif udah jatuh duluan.

Kritik dan saran : Kritiknya, coba lebih detail lagi. Seperti di bagian latar, emosi tokoh, apa yang mereka lakukan dan lain sebagainya karena ini action, iya kan? Penyampaiannya enak karena bahasanya ringan, cuman untuk yang kujelaskan tadi agak kurang sampai ke pembaca (re: aku).

4. Saroh
Nilai : 8, 4

Kesan : Aku tercengang sama bahasanya haha. Seperti membaca novel terjemahan, aku merasa cerpen ini menyatu pada jiwaku, sungguh.

Bahasanya mengalir deras, tapi bisa kutangkap maksud terselubung di baliknya. Membaca ini mengingatkanku pada Stephanie Garber, penulis luar negeri favoritku. Aku bahkan sampai lupa kalau Saroh itu ... ehm, cacat. Hubungan dia sama Mr. Talkins agaknya aneh, aku masih belum bisa mengerti apa yang terjadi di penghujung cerpen.

Kritik dan saran : Penutupnya agak kurang memuaskan. Maksudku, di awal-awal pembaca (re: aku) udah dibuat penasaran dan tenggelam di ceritamu. Lalu, tiba-tiba di akhir cerpen ada adegan yang bilang kalau sepuluh tahun dibayar empat belas hari. Aku bingung, serius.

Mungkin ada sedikit penjelasan di akhir-akhir, misal kenapa tiba-tiba begini atau ya ... penjelasan yang sekiranya agak membantu kenapa tiba-tiba sepuluh tahun dibayar empat belas hari, atau siapa yang berbicara di akhir cerita.

5. Safar Handayani
Nilai : 7, 4

Kesan : Maaf ya, karaktermu baru saja dinistakan olehku. Aku berpikir kalau Safar itu nama cewek bukan cowok. Sepertinya aku kurang Aqua waktu baca biodatanya.

Menggunakan sudut pandang satu, aku bisa menyelami pemikiran Safar lebih leluasa. Ternyata pikirannya anak badung yang dimabuk cinta seperti ini, menggunakan bahasa tidak baku adalah pilihan yang tepat. Namun, aku merasa kalau ini terlalu berlebihan.

Penulisan bei de wei, aku merasa Safar aneh kalau ngomongnya bei de wei ketimbang by the way. Karena dia sifatnya preman, kurasa ada kalimat yang lebih tepat daripada bei de wei. Yang lebih jantan untuk ukuran laki-laki dengan sifat preman. Lebih baik langsung ke inti dan dijelasin secara gamblang dan emosi karena dia nunggu kelamaan. Kalimatnya bisa kamu racik sendiri.

Kritik dan saran : Ah, kupikir 'clalu' itu typo, tapi sepertinya enggak karena di paragraf berikutnya masih begitu. Apakah ini disengaja? Clalu itu menggelikan untuk karakter seperti Safar. Atau dia sedang menggoda si Fatimah? Terus, muaniz itu bahasa apa? Gaul, 'kah? Soalnya aku nggak nemu di KBBI. Aku pernah dengar dari anak montaks (kalau nggak salah), untuk kata yang nggak ada di KBBI lebih baik di-italic.

Aku juga masih menemukan kesalahan di dialog tag. Seperti koma dan titik yang setelahnya adalah jawab, ucap, dst kamu malah pakai titik bukan koma. Untuk penjelasan lebih lanjut (dan mudah dimengerti), bisa lihat di internet atau bertanya dengan anak montaks, karena kalau aku nulis di sini bisa-bisa lebih banyak.

Terakhir, di awal-awal Safar pakai 'gue' untuk menyuarakan isi pikirannya. Terus di tengah-tengah, tiba-tiba berubah jadi aku. Jadi, yang bener itu gue atau aku? Pilih salah satu, karena aku merasa aneh buat bacanya. Agak terganggu aja, sih.

6. Lucas Drake
Nilai : 8, 7

Kesan : Sempat berpikir kalau Lucas itu hantu, tapi ternyata nggak. Lelucon yang dibilang membosankan oleh teman sekelasnya, ternyata berdampak padaku.

Aku menyukai karakternya. Di awali Lucas yang gagal mencari teman, dan memilih untuk mengesampingkan persoalan itu dengan alasan sudah punya Nenek Charlotte, bonekanya dan diary, aku seperti melihat diriku di hari awal-awal masuk sekolah.

Kritik dan Saran : Ehm, apa ya. Aku tidak tau harus menulis kritik dan saran di sini. Sebab, cerpen kamu berhasil membuatku nggak bosan. Bahasamu juga ringan. Beberapa saat kupikir ini adalah POV satu lantaran emosi Lucas sangat sampai ke 'aku'.

7. Kini Dhananjaya
Nilai : 8,0

Kesan : Aku kasihan sama Kin:((

Jujur sih, pas baca deskripsi betapa acak-acaknya kamar dia terus ada sempai aku jijik gitu. Nggak percaya aja kalau tipe-tipe kayak Kin sampai begitu.

Kritik dan saran : Ehm, nggak ada. Cerpennya bagus sampai-sampai aku bingung harus tulis apa, tapi ... tetaplah belajar, karena di luar sana masih banyak penulis hebat daripada kamu. Semangat!

8. Danial Yudistira
Nilai : 8,5

Kesan : Ini parah! Rasanya lucu membayangkan dua laki-laki yang saling mencintai. Apalagi dialog dia sama Yan, awalnya ngira si Al bercanda taunya enggak.

Kritik dan Saran : Aku nggak tau lagi harus bilang apa di sini, karena cerpennya benar-benar sampai. Jantungku bahkan berdebar-debar antara geli, ngakak, dan sedih.

Al benar-benar seperti orang gila, dan Bayu seperti cewek yang terjebak di tubuh cowok. Awalnya kukira bakal menemukan romantis antara Al sama Digta, taunya lebih dari sekadar itu. And, semangat nulisnya. Tetap belajar dan maaf nggak bisa kasih saran di sini. Akhir kata, aku suka sama karakter Al (nggak termasuk gay-nya) :>

9. Liona
Nilai : 7, 8

Kesan : Butuh dua kali baca sampai benar-benar mengerti alurnya. Aku mungkin sedang bad mood, malas membaca, atau ingin cepat-cepat selesai dari tugas ini sampai-sampai cerpen tentang Liona terlihat jelek di mataku.

Pertama awal membaca, aku benar-benar merasa terganggu dengan pengandaian yang menurutku tidak masuk akal, deskripsi tokoh yang menurutku nempel doang dan malah jadi seperti dipaksakan. Pun, alur yang dipotong dengan (****) di bagian yang kurang tepat, seperti ketika tokoh sedang berbicara antar tokoh.

Namun, setelah membaca untuk kedua kalinya. Kalau dilihat-lihat semuanya tidak seperti yang ku sebutkan tadi.

Kritik dan Saran : Ehm, aku agak terganggu sama paragraf di bagian ini.

Berkeliling dari satu gerbang ke gerbang lain. Mortia memang menakjubkan. Langitnya abu-abu karena asap pabrik, berbau pahit.

Yang 'berkeliling' bisa disatukan sama Liona dan Arya yang jalan-jalan, tepatnya di paragraf pertama. Kalau di satukan juga bisa. Misal, berkeliling dari satu gerbang ke gerbang lain, Mortia memang menakjubkan. Langitnya abu-abu karena asap pabrik, berbau pahit.

Atau, Mortia memang menakjubkan. Langitnya abu-abu karena asap pabrik, berbau pahit.

Jadi, yang berkeliling tadi dipisah sama Mortia memang menakjubkan, karena Mortia-nya ada di paragraf lain (dibikin yang baru).

Terus, di akhir cerpen, agaknya kurang nyambung(?) Liona jawab pertanyaan Arya kalau dia punya tujuan hidup, terus tiba-tiba ada narasi 'Di tengah lautan manusia yang semakin mengganas. Ia akan mencari cara untuk menguasai mereka, suatu hari nanti.'

Kalau bisa, cari kalimat lain. Atau penyampaiannya agak dirubah sedikit, soalnya kalau tiba-tiba begini ... kurang cocok. Kebanyakan ending dipaksakan (menurutku, again).

10. Miki Tri Aryawan
Nilai : 7,8

Kesan : Aku membaca cerita ini dengan mata ... yang sesekali melirik abu-abu kotak di kanan cerpen. Kalian tau? Kalau nggak, coba saja baca cerita wattpad terus lihat ke kanannya, pasti ada kotak abu-abu yang bergerak sesuai seberapa banyak kita membaca.

Dan ..., cerpen tentang Miki ini yang paaaalliiiinggggg ... pendek. Asli.

Aku sedang menahan lapar ketika membacanya. Pasalnya, aku udah bilang sama Kak Thiya bakal kumpulin sisa komentar dua cerpen: Liona dan Miki, sebelum jam dua dan nggak enak kalau telat.

Informasi tidak penting, tapi udahlah baca aja etdah.

Kritik dan Saran : Aku seperti membaca diary. Pendek dan penuh emosi tokohnya (Miki). Sebenarnya, kukira akan menemukan hantu cowok di sini tapi ternyata tidak. Cukup mengecewakan, mungkin aku akan mampir ke ceritanya langsung daripada baca cerpennya doang.

Kritik dan Sarannya ..., nggak tau:(( cerpennya udah bagus gitu aja. Tinggal dipanjangin biar pembaca bisa lebih menyerap.

Sekian, dan terima kasih. Maaf kalau kata-kataku agak kurang sopan atau menjengkelkan. Aku memang begitu//menyeringai.

Terakhir, semangat semuanya!! Semoga habis event ..., ini event, 'kan? Aku lupa. Ya, itulah pokoknya.

Semoga habis ini karakter kalian makin kuat, dan nggak keluar dari apa yang ada di biodata. Salam (sensor).

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top