[CERPEN] Safar Handayani - Kisah Kasih di Pasar Terapung

Kisah Kasih di Pasar Terapung 

(Bukan Judul Sinetron FIX!)

Dipublikasikan 21-12-2018 oleh Safar Handayani

OK, hai para pembaca blog yang kucintai dan kubanggakan. Kali ini gue bakal berbagi kisah dan kasih gue selama liburan semester berlangsung, so langsung aja cekidot.

NGARET, satu kata, enam huruf, berjuta harapan. Sebuah kata yang di mana jumlah presentasi pemilik sifat ini akan meningkat 4 kali lipat pada hari minggu. Sesuai hukum Newton 1 yang berbunyi, "Jika resultan gaya yang bekerja pada benda yang sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan tetap diam. Benda yang mula-mula bergerak lurus beraturan akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap". Dan gue yakin, pasti si kampret ingusan itu resultan gayanya masih sama dengan nol, masih uring-uringan di ranjang yang pada hari minggu memiliki percepatan gravitasi bumi sama dengan 980 m/s².

Oh iya kenapa gue jadi lebih terlihat sebagai anak fisika daripada anak yang sering touring ke ruang BK? Itu karena tantangan dari si dia, cewek yang kusukai. Dia menantang kalau gue nanti, waktu ulangan semester ada salah satu mata pelajaran eksakta gue yang berhasil mendapatkan nilai 100. Maka dia bakal menerima gue sebagai pacarnya.

Mungkin terlihat mudah di mata kutu buku yang sering mondar-mandir di perpus, namun bagiku itu merupakan ujian yang bahkan lebih berat daripada tawuran dengan sekolah lain. Oh iya, bei de wei hari ini aku, dia, temennya dia dan si kampret ingusan yang kusebut tadi diatasi berencana liburan bareng ke pasar pasar terapung, kenapa ke pasar terapung? Karena nge-date di mall atau pantai udah terlalu mainstream bagi gue.

Sudah lebih setengah jam aku menunggu dan terus mencoba, untuk menguatkan hati, dari kamu yang juga belum kembali. Penantian ini kan terbayar pasti palelu, asal kalian tahu aja aku nunggu mereka sampe dua jam lamanya di depan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Yang mana waktu dua jam seperti itu bisa digunakan untuk melakukan hal-hal berfaedah kayak begal orang atau paling nggak nonton We Bare Bear di N*T TV.

Yang pertama kali datang ke tempat kumpul adalah si temen doi namanya Rini, yang merupakan anak orang kaya pemilik tambang batu bara diberbagai daerah di Kalimantan. Walau begitu nggak sombong-sombong amat kok. Yang datang kedua adalah si kampret alias Tugagah, siswa paling sabar di dunia ini. Mungkin tidak ada lagi siswa yang mampu terus bersabar dan bersamaku setelah dikerjai sebanyak 3145 kali dalam tempo waktu 3 semester. Yang terakhir sudah pasti dia, perempuan yang wajah seindah identitas euler dan kucinta tak terhingga seperti Tan 90°, Fatimah si cewek muaniz yang clalu ngangenin.

Yah, karena hari sudah menunjukkan pukul 09.30, jadi kami memutuskan nggak jadi ke pasar terapung yang sudah dipastikan sudah menutup pintu hatinya untuk kami semua, (intinya tutup dah, fyi pasar terapung di Banjarmasin tepatnya di sungai Barito buka pada pukul 06.00 sampai sekitar pukul 08.00, malah bisa sudah buka sebelum pukul yang diketik di atas, so abaikan saja info ini yah netizen.)

"Safar, kita ke sana naik apa?" tanya Fatimah si cewek muaniz yang clalu ngangenin, (selanjutnya kutulis Fatimah aja yah sahabat blogger, capek.)

"Yang sekarang dipikirkan bukan pergi ke sana paket apanya, tapi apa jam segini masih buka? Coba kamu pikir perjalanan ke Banjarmasin aja sudah memakan waktu selama satu jam ditambah dengan 45 menit naik kapal kelotok. Udah dapat dipastikan tutup." jawab si kampret nyerobot kesempatan gue ngejawab pertanyaan dari cintaku. Si Rini pun membalas, "Kan masih bisa pasar terapung Lok Baintan...."

"Jam 09.30 menurut Wikipedia udah waktunya tutup loh untuk pasar terapung Lok Baintan." Jawab gue sambil mantengin Wikipedia yang kuyakin dapat menjawab pertanyaan cintaku tadi.

"Lalu maunya kemana? rugi Sang Rini udah dandan cantik gini kalau nggak desak-desakan ditempat tradisional." ucap si Rini sekalian obral sombong di hari libur.

"Tunggu bentar, kucari jawabannya di brainly," ujarku.

Cintaku yang manis yang selalu ngangenin pun menjawab, "gimana kalau kita ke pasar Intan Martapura aja? Lumayan tuh bisa desak-desakan."

"Yah, aku cuman bawa uang lima juta buat kita jajan tadinya, gimana nih?"

Dan setelah perundingan yang panjang dan alot disertai dengan jawaban pakar brainly, kami pun memutuskan untuk pergi ke Pasar Intan Martapura, yah walau duit yang aku bawa nggak seberapa, namun aku yakin mereka bertiga tidak akan membuatku mati kelaparan. Itulah gunanya teman :).

Sesampainya di sana kami langsung disambut hari panas mengantang (translate : cuaca sangat panas) kota Martapura yang dijuluki sebagai kota santrinya Kalimantan. Bukan tanpa alasan, hal itu karena banyaknya santriwati-santriwati yang sukses mendinginkan diri ini. Yang juga membuatku ditinggalkan oleh teman-temanku karena keasikan memandangi pemandangan yang bikin mata adem.

Ada lebih dari satu jam setengah aku berkeliling mencari teman-temanku yang pergi meninggalkanku tanpa alasan yang pasti. Yah mungkin si Fatimah cemburu karena melihat pangeran tercintanya malah lirik sana-sini melihat santriwati yang lewat. Tenang saja wahai Fatimahku, pangeran Safar Timberlake akan berpindah ke lain hati.

Disaat aku mulai lelah dengan pencarian tidak berujung ini, dengan uang 500 rupiah yang rencana kupakai buat beli-beli Intan di pasar, segera kumasukkan ke kotak amal pembangunan mesjid dan berdoa agar diberikan ma'unah untuk menyegarkan raga dan batin ini. Dan pada saat itu juga aku pun bertemu dengan dirimu, Fatimah. Senyum manis yang kau lemparkan kepadaku membuat diriku terpesona, ditambah dengan Aq*a ditangannya itu yang sungguh menggoda. Butiran Intan di dunia ini tidak akan dapat mengalahkan indahnya senyum dan Aq*a mu wahai Fatimah.

Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang, kumandang azan sholat zhuhur segera menyadarkannya dari nikmatnya dunia (baca : Aq*a). Saatnya bagiku tuk bersyukur atas musibah yang kudapat tadi, karena ternyata kelelahan dan keputusasaan dapat meningkatkan rasa cinta didalam hati untuk orang yang kau cinta. Kalau dirumuskan jadi begini,

E = m.c²
E= lovE
m= fatiMah
c= Cobaa

(*I am sorry Mr. Einstein :')


Yang mungkin karena itu juga aku diberi cobaan harus dapat 100 dalam ulangan semester nanti. Supaya aku dipandang alim oleh dia, aku pun langsung mengambil kesempatan menawarkan untuk sholat berjamaah di Masjid Agung Al-Karomah (sekalian melihat santriwati yang lewat).

Ia pun berkata, "maaf, aku 'spesial'."

"Spesial itu apa kak Rose?" jawabku sok polos dimirip-miripin kayak dua tuyul yang sering nongol di TV.

Tidak dihiraukannya perkataannya tadi, maklum selera humor dia rendah banget. Lebih tepatnya dia suka menertawakan kesusahan orang lain, yah walaupun begitu aku harus tetap menerima dia apa adanya, bukan ada apanya (walau sejujurnya gue suka karena dia cantik). Karena aku yakin semua perempuan di dunia ini punya yang namanya kelemahan, bahkan secantik-cantiknya wanita pasti pernah buang air besar. Oh iya btw aku kan lagi kesusahan.

"Maksudnya aku spesial berjamaah sama calonku nanti." Jawabnya pelan dengan senyuman semanis roti H. En*ng.

Saat itu juga aku langsung sujud syukur. Akhirnya setelah 5 bulan 5 hari (16 Juli 2018 - 21 Desember 2018) aku bisa meluluhkan keteguhan tembok dengan cat anti gombal miliknya. Walaupun tadi tujuannya bukan gombal, tapi aku bersyukur. Mungkin ini yang dimaksud dengan E=mc².

Dan saat aku selesai melakukan sujud syukur, kudapatiaku sudah jadi bahan rekaman orang dan di sampingku sudah tidak ada lagiFatimah si cewek muaniz yang clalu ngangenin.

Fin


Harap berkomentar dengan bahasa yangbaik dan sopan di blog ini sekian terima kasih.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top