[CERPEN] Frieska Tatyana

"Frieska, bertahanlah." Seorang pria berseragam polisi memangku tubuh Frieska yang sudah bersimbah darah karena sebuah tembakan tepat mengenai tubuhnya.

~~~

Beberapa jam yang lalu, Frieska dan pasukannya menyerbu sebuah tempat prostitusi yang dikelola oleh Kalong Garang. Mereka telah merebut salah satu pekerja terbaik milik Maung Bodas.

Prostitusi, dan narkoba menjadi usaha yang paling banyak memberikan keuntungan bagi kedua mafia besar di Kota Kembang ini. Siapa yang tidak kenal Saritem, dulu sebelum pemerintah kota menutupnya, Lokalisasi ini menjadi komoditi paling berharga bagi mereka.

Penyerbuan ini adalah tugas pertama Frieska sebagai ketua Maung Bodas. Hal ini membuat Frieska sedikit gugup menghadapinya.

"Non Frieska, sudah siap?" ucap Dean salah satu anggota tim yang menjadi pasukan penyerbuan.

"Aku selalu siap, Dean," jawab Frieska dengan tegas.

Setelah semua persiapan dimasukan ke dalam mobil. Puluhan orang berangkat menggunakan lima mobil dan sepuluh motor secara bersamaan.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk pasukan Maung Bodas mencapai tempat tujuan mereka.

Sesuai dengan intruksi yang diberikan saat briefing tadi pagi sebelum penyerbuan. Sepuluh anggota pertama memasuki sebuah gudang yang sebenarnya tempat prostitusi terselubung milik Kalong Garang.

"Cari Putri, dan aku meminta kalian jangan sampai melukai siapapun. Kecuali dia anggota Kalong Garang," perintah Frieska sebelum pasukan satu memasuki gudang.

Di dalam puluhan wanita terheran-heran melihat kedatangan puluhan orang ke tempat mereka berkerja.

"Wih rejeki, nih," celetuk salah seorang wanita.

Namun keadaan mendadak rusuh saat salah seorang anggota Maung Bodas mengeluarkan pistol dari saku celananya.

"Di mana Putri?" Tidak ada yang menjawab pertanyaan dari anggota Maung Bodas.

Mereka langsung menggeledah gudang dengan banyak bilik-bilik kecil itu setelah tidak ada seorang pun yang merespon pertanyaan dari mereka.

Setelah lima menit tidak ada perkembangan, Frieska dengan pasukan gelombang ke dua mulai memasuki gudang tersebut. Namun sebelum gadis itu melewati pintu gudang. Salah seorang anggotanya jatuh tergeletak tepat dibelakangnya dan membuat ia terdorong ke depan.

"Semua siaga!" perintah Dean sambil melindungi Frieska.

Mendengar perintah Dean, mereka langsung bersiaga sambil menoleh ke segala arah, mencari siapa yang sudah menembak rekannya itu.

Sementara Frieska mencoba menetralkan perasaannya yang mendadak takut. Dengan tangan bergetar, ia bersimpuh melihat anggota pasukannya yang masih tertelungkup dengan darah yang merembes dari baju yang ia digunakan. Perlahan Frieska mengusap wajah anggotanya itu.

"Akan aku balaskan." Frieska langsung bangkit, mengeluarkan dua bilah pisau kecil dari balik kaus kakinya.

Frieska menyibak pasukan yang sedang melindunginya. Setelah melewati barikade itu, Frieska memejamkan mata, menganalisa dari mana asal tembakan itu. Hanya beberapa detik kemudian, Frieska membuka mata, lalu melirik ke arah sebelah kanan dirinya dan langsung melemparkan pisau yang ada di genggaman Frieska.

Bugh!

Seorang lelaki dengan pisau yang menancap di dahinya terjatuh dari sebuah pohon. Frieska yang melihat itu tersenyum sinis.

Namun tidak lama setelah itu terdengar suara baku tembak dari dalam gudang.

"Semua bantu pasukan yang ada di dalam!" Lagi-lagi Dean memberi perintah.

Di dalam gudang beberapa orang sudah tergeletak. Dean yang melihat itu langsung menyerbu ke depan sendirian. Kemampuan menembaknya di atas rata-rata sehingga tidak ada satupun sasaran yang meleset.

Frieska mengikuti dari belakang, dengan pisau yang ia lempar.

"Sarif, keluar kamu!" teriak Frieska memanggil salah satu petinggi Kalong Garang yang sudah menculik Putri.

Sarif keluar dari persembunyiannya dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

"Eh, Non Frieska. Ada apa repot-repot datang ke tempat saya," ucap Sarif dengan nada bicara yang bergetar.

"Di mana Putri?" Dean mendekati Sarif sambil menodongkan moncong pistol tepat ke kepalanya.

"Si... siapa Putri." Sarif mulai ketakutan sewaktu-waktu pistol yang ada di kepalanya diledakan.

"Jangan berlagak lupa!" umpat Dean kesal.

"O... oke aku kasih tau."

DOR!

Suara ledakan pistol menggema saat sekelompok orang dari kepolisian datang ke lokasi. Frieska menoleh mendapati beberapa anak buahnya dan anggota Kalong Garang sudah dilumpuhkan oleh polisi.

Saat Frieska dan Dean lengah, Sarif melarikan diri. Ia menuju ke tempat di mana Putri disekap.

Frieska dengan cepat mengejar Sarif, diikuti oleh seorang polisi muda. Saat berada di persimpangan, ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Gadis itu kehilangan jejak ke mana Sarif pergi.

"Frieska, tunggu!" Frieska menoleh, melihat seorang pria dengan seragam polisi mendekat ke arahnya.

Posisi Frieska siaga, memegang sebilah pisau yang ia siapkan untuk dilempar.

"Tahan, aku enggak akan menyakitimu. Turunkan pisau yang kamu pegang sekarang," pinta polisi itu sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Aku ke sini karena perintah. Bukan untuk menyerang Maung Bodas. Tapi kami di sini menggerebeg prostitusi ilegal milik Kalong Garang."

Frieska menyimpan kembali pisau yang ia genggam ke tempatnya.

"Namaku Arka," ucap polisi muda itu memperkenalkan diri.

"Gue Frieska," jawab Frieska.

"Aku sudah tau." Arka terkekeh. "Sekarang kita cari si tua bandot itu. Kamu ke sebelah sana, aku ke sebelah sini."

Frieska mengangguk setuju lalu pergi ke arah sebelah kirinya, sementara Arka pergi ke arah sebaliknya.

Namun baru beberapa langkah berjalan, suara ledakan pistol membuat Frieska terdiam di tempatnya.

"Frieska, hati-hati di belakangmu." Sarif tiba-tiba muncul dari sebuah bilik sambil menyeret seorang gadis. Pria tua itu menggenggam sebuah pistol, wajahnya tersenyum mengejek saat melihat Frieska terdesak.

DOR!

Satu tembakan tepat menembus dada Frieska, membuat gadis itu terhuyung jatuh. Arka yang melihat hal itu langsung menodongkan pistol ke arah Sarif. Namun saat baru saja menembak, Sarif sudah jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya.

Arka langsung berlari mendekati Frieska yang sudah mengeluarkan banyak darah.

"Frieska, bertahanlah." Arka memangku tubuh Frieska sambil menunggu bala bantuan.

Putri berhasil dibawa oleh pihak polisi untuk dimintai keterangan oleh pihak polisi.

~~~

Seminggu kemudian, Frieska sudah kembali pulih. Di hadapannya saat ini ada Damar, Arka, Dean, Tuan Sadikin dan seorang pria tua yang tidak ia kenali.

"Icha, perkenalkan. Ini Abah Mus. Dia adalah penguasa Bandung, sebelum Tuan Sadikin," ucap Damar memperkenalkan pria tua yang ada di sebelahnya.

"Kalian bisa beri aku waktu sedikit untuk berbicara empat mata dengan Frieska," pinta Abah Mus kepada Damar dan yang lainnya.

Mereka mengangguk lalu meninggalkan Frieska dengan Abah Mus berduaan di ruang rawat.

"Nona Muda Frieska Tatyana. Calon penguasa bisnis gelap Kota Bandung."

"Iya Abah."

"Abah minta satu hal sama kamu. Hilangkan bisnis prostitusi dan narkotika. Kamu ingat 'kan, dulu kakakmu meninggal karena narkoba?" Frieska mengangguk pelan. "Dan kamu adalah seorang wanita. Apakah kamu tega melihat para wanita diperjual belikan?"

"Salah satu yang ingin aku rubah adalah hal yang Abah bicarakan. Kenapa kemarin aku memaksa Dean untuk mengambil kembali Putri. Bukan karena dia adalah aset berharga bagi kami, tapi kami tau kalau dia sudah berada di Kalong Garang, gadis itu tidak akan bisa lepas dengan dunia gelap itu. Sementara jika ia kembali kepada kami, aku sudah pastikan. Para wanita yang menjadi kupu-kupu malam, akan kami perkerjakan dengan layak di tempat yang benar."

Abah Mus tersenyum mendengar ucapan Frieska yang jelas. Abah Mus tidak melihat sedikit pun keraguan dari mata Frieska saat mengucapkan itu.

"Satu hal lagi dari Abah.Frieska yang kuat menghadapi semua yang akan ada di depan mata. Ini bisnis yangbagus, tapi ini bukan bisnis yang baik."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top