1

Lelaki Jangkung itu hanya menatap jalanan dengan pandangan kosong, pikirannya berkelana entah kemana

Hiruk pikuk kota Tokyo yang tak pernah padam dengan gemerlap cahaya lampu indah di setiap sudut kota, membuatnya selalu cerah diantara gelapnya malam. Sungguh indah, Tapi semua itu terlihat begitu membosankan bagi lelaki bermanik indah itu

Di musim dingin yang entah keberapa, lelaki jangkung dengan surai indah layaknya salju itu hanya bisa tersenyum masam. Walau ia atau orang lain di sekitarnya pergi, kehidupan masihlah terus berlanjut, tanpa henti

"Rasanya sangat membosankan jika tidak ada kau disini bodoh”

Dengan malas ia melangkah kan kakinya secara perlahan, sedikit menaikkan syal untuk menutupi bagian bawah wajahnya yang mulai terasa dingin. Lelaki itu bergumam tak jelas dibalik syal ketika bahunya beberapa kali bersenggolan dengan orang orang yang telah ia lewati

Manik indah itu menatap sekelilingnya yang terselimuti oleh salju, sungguh semuanya penuh dengan kenangan, Hingga manik cerahnya membola kaget. Sekelebat bayangan familiar menjadi fokus utamanya

Berlari diantara kerumunan sedikit menghambatnya, tapi itu tidak mengendurkan niat lelaki bersurai salju itu. Sosok itu berhenti melagkah, dan memilih berdiam diri di tengah kerumunan manusia yang terus berjalan

Seolah masa lalu kembali terulang, kenangan yang lelaki itu simpan rapat kembali berputar di otaknya seperti kaset rusak. Sosok  itu membalikkan badannya dan menatap dengan tenang. Surai gelapnya yang mirip dengan langit malam, manik matanya yang keruh itu takkan bisa ia lupakan

Seseorang yang begitu ia rindukan muncul tanpa sengaja di hadapannya, apakah ini nyata?

Ataukah Ilusi di ambang kematiannya?

Lelaki bersurai putih itu menggigit bibiri dalamnya, tangannya mengepal erat. Menahan semua perasaan yang mengalir di dalam dirinya. Keduanya hanya berdiam diri, saling menatap

“Lama tak jumpa, Satoru” sosok itu akhirnya mengeluarkan suaranya sambil tersenyum kecil

Dan dinding kokoh yang menyelimuti lelaki itu pun runtuh begitu saja mendengar sosok tersebut berbicara, nadanya masih sama, suaranya masihlah lembut seperti sebelumnya. Tangan yang tadinya mengepal dengan erat akhirnya mulai mengendur dan berusaha menggapai sosok  di depannya

“Suguru-“

Geto pun terkekeh melihat reaksi yang sudah ia duga dari lelaki penyandang julukan penyihir terkuat itu, berjalan mendekat dan merengkuh kepala Gojo lalu mendekapnya dengan erat dan mengelus surai saljunya dengan halus  “maafkan aku”

Dalam rengkuhan hangat itu Gojo menangis dalam diam, membalas dengan melingkarkan tangannya, bergumam di balik ceruk leher Geto "Suguru, aku merindukanmu"

Vote dan comment di persilahkan!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top