Live in Nyx (Black Area)
"Indah, bukan?"
Alice kembali mendengar suara itu. "Shiroko? Kau kah itu?" Alice menengok ke kanan dan ke kiri namun tak ada sosok Shiroko di mana pun.
"Di kalungmu."
Alice melihat liontin itu memijar saat suara Shiroko terdengar. "Akan kujelaskan sedikit tentang Monochrome. Lihat dua benua berwarna beda itu?"
Alice mengangguk. "Hitam dan putih, seperti yang kau katakan. Monochrome, 'kan?"
"Apa yang kau lihat bukanlah apa yang berada di hati mereka~"
"A-Apa maksudmu Shiroko-san?"
Namun tak ada suara menjawabnya. "E-Eh?!" Alice pun tersadar kalau dia masih berada di tengah udara melayang jatuh ke tanah. "KYAAAAA!!!!!!"
Jaraknya dengan permukaan tinggal 200 meter. Pikir Alice sudah tidak karuan sementara tubuhnya bergetar di tengah angin yang menerpanya. Tiba-tiba sebuah sosok hitam tebang melintas di bawahnya.
"AWAS!!"
Belum sempat sosok itu menengok ke arahnya, mereka sudah saling bertubrukkan. Karena cukup keras, Alice pun kehilangan kesadarannya.
/////
"Nona Alice?"
Alice membuka matanya dan mendapati seorang gadis tengah menatapnya lekat. Gadis itu menggunakan pakaian pelayan serta memiliki sayap hitam yang indah. Alice menengok ke kanan dan ke kiri . "Ini-"
"Sekarang anda berada di Nyx, Nona Alice. Saya Fili Uriel, pelayan di kastil ini." Fili meletakkan nampan berisi peralatan minum teh di meja sebelum beralih ke lemari baju dan mengambil sebuah gaun berwarna hitam. "Tolong kenakan gaun ini dan segera ke taman untuk minum teh bersama Tuan." Setelah meletakkan gaun di atas tempat tidur Alice, Fili keluar membawa nampan itu. Meninggalkan Alice untuk bersiap.
Usai Alice mengenakan gaun itu, dia segera menuju tempat yang sudah dikatakan Fili. Walau dia sempat tersesat, akhirnya dia sampai di sebuah taman berhias mawar hitam.
Alice terpana melihat barisan bunga-bunga yang tidak meninggalkan kesan horror itu. Tepat di tengah taman terdapat sebuah pondok bernuansa gothic. Disana ada Fili yang tengah menuangkan teh di cangkir seorang pria.
Alice terus melangkah ke arah pondok itu. Ketika Alice tengah menatap sosok itu, dia pun berbalik ke arahnya. Sambil tersenyum manis, pria itu berdiri dan menyambut Alice. "Apa tidurmu nyenyak, nona Alice?" Sang pria mengulurkan tangannya pada Alice.
Setelah dilihat dalam jarak dekat, pria bersurai hitam itu juga memiliki sayap hitam seperti Fili. Alice yang pipinya mulai merona akhirnya meraih tangan pria itu sambil mengangguk. Mereka pun mengambil tempat saling berhadapan.
"Fili, tolong tuangkan teh juga untuk Alice."
"Yes, my lord." Fili menuangkan teh ke dalam gelas di hadapan Alice sementara pria itu masih menatap Alice lekat, sama seperti yang dilakukan Fili.
Karena merasa malu terus ditatap pria berwajah rupawan itu, Alice pun berdeham. "Ehem... itu..."
"Ya ampun, maafkan kelancanganku. Namaku Daft Alexander Oizys. Sebuah kehormatan bisa menolongmu, Alice."
'Darimana dia tahu namaku?' pikir Alice. Sebelumnya Fili juga memanggilnya dengan nama Alice.
"Tentu saja dari Shiroko-sama." Jawab Fili. Namun sorot matanya berubah gelap dan ekspresinya jadi menyeramkan. "Manusia tengik sepertimu berani sekali melukai Daft-sama... Tidak akan kumaafkan..."
"Fili!" sentak Daft. "Sudah kubilang itu bukan salah Alice. Shiroko-sama sudah memberikan banyak bantuan untuk tanah ini maka aku harus membantu orang yang dia percayakan untuk Monochrome."
Mata Alice terbelalak. "Daft itu yang waktu-" Alice berdiri dan melihat terdapat perban membungkus pangkal sayap Daft. Ternyata memang benar Daft-lah yang dia tubruk saat jatuh dari langit. "Ya ampun, maafkan aku!" Alice terus menerus membungkukkan badannya di hadapan pria bersurai hitam itu.
Daft terkikih melihat tingkah Alice yang mulai panik. "Itu juga salahku karena terbang terlalu rendah."
Alice kembali duduk namun tak dapat menarik napas lega. "Ngomong-ngomong, kalian ini makhluk apa? Bisakah kalian menjelaskan tentang Monochrome?"
Daft menarik napas dalam-dalam lalu mulai bercerita. "Kami adalah Malaikat Kegelapan yang mendiami wilayah hitam, Nyx. Dengan dewa kami, Shiroko-sama, kami diberitahukan akan kedatanganmu kemari sebagai pertanda baik."
"Tuan..." Fili seolah memperingatkan sesuatu pada Daft, namun pria itu hanya tersenyum. "Saya mohon undur diri." Fili membungkuk hormat sebelum akhirnya meninggalkan kami.
"Maafkan Fili, dia memang dingin orangnya." Pandangan Daft beralih ke kalung yang bertengger di leher Alice. "Kalung yang bagus. Dapat dari mana?"
"E-Eh? Ini? Aku mendapatkannya dari Shiroko sebelum dia menjatuhkanku dari langit." Jawab Alice blak-blakan. Hingga menyebabkan mata Daft melebar dan tawa terlepas ke udara. "Jangan tertawa! Aku tidak bohong!"
"Hahaha! Tidak kok, aku hanya ingat saat kau menabrakku. Jadi kau bukan dari Monochrome?"
Alice menggeleng. "Bukan, aku dari..." Entah mengapa Alice tak mengingat apa pun soal dirinya. "Aku bukan dari sini. Tapi aku tidak tahu dari mana. Hehehe..." Alice menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Itu bukan masalah, sungguh! Kau tahu, bisa bertemu dengan Shiroko itu sebuah keajaiban."
"Benarkah? Kupikir dia itu cuma lelaki nyentrik yang suka bermain-main." Celetuk Alice. Diam-diam dia merasakan sesuatu dari diri Daft. Pribadinya yang hangat dan ceria membuat Alice sedikit lega karena telah bertemu dengannya. "Aku tidak percaya kalau orang sepertinya disembah malaikat."
"Itu cerita yang panjang, Alice. Kapan-kapan akan kuceritakan tapi lihat sekarang sudah mulai gelap, sebaiknya kita masuk."
Alice menjuruskan tatapannya kearah matahari yang mulai tenggelam. Padahal baru beberapa jam setelah pagi. "Kok?"
Rupanya di Nyx, matahari bersinar hanya selama 4 jam dan 20 jam sisanya diisi malam yang gelap. Alice merasa kalau dia harus cepat beradaptasi di sini. Mereka juga mengganti makan siang menjadi makan malam. Walau Alice selalu ceroboh dan heboh dalam menanggapi hal baru, tapi Daft selalu tersenyum padanya.
"Selamat malam, nona Alice!" Daft menutup pintu kamar Alice dan meninggalkannya sendiri di sana. Walau tempat bernama Nyx itu jarang disinari matahari, namun Alice merasa hangat.
Alice membanting tubuhnya ke atas kasur empuk dan memandang langit-langit kamar. "Kuharap aku bisa tinggal di sini selamanya bersama Daft..." Gadis mungil itu melepas kalung pemberian Shiroko dan menatapnya sambil tersenyum. "Terima kasih, Shiroko..." Matanya perlahan makin berat karena kantuk. Alice pun tertidur pulas.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top