The Boy 8

Viktor duduk di ruang tunggu...

Satupun keluarga gadis itu tidak ada yang datang menjenguknya, atau Mary memang tidak memiliki keluarga. Setidaknya Viktor telah melapor ke petugas sekolah jika salah satu murid mereka mengalami kecelakaan, Viktor jengah ketika harus menunggu sampai seorang dari kerabat gadis itu datang dan menggantikan Viktor.

Meskipun ia sama sekali tidak terganggu dengan bau amis darah yang mengotori seragam sekolahnya. Bahkan, selama Viktor duduk di ruang tunggu selama kurang lebih satu jam lamanya. Ia selalu melihat korban kecelakaan lain dengan darah dan daging yang terkoyak, tapi hal itu sama sekali tidak mengganggu Viktor dan lelaki itu lebih memilih mengabaikan hal tersebut, dari pada seperti orang lain yang terlalu heboh ketika melihat darah.

Viktor hanya bisa melihat ke dalam ruangan dimana Mary dirawat, dinding yang terbuat dari kaca, sehingga Viktor dengan leluasa melihat gadis itu diperban oleh beberapa perawat. Tak lama, perawat keluar dan bertanya pada Viktor perihal keluarga gadis itu.

Namun Viktor hanya bisa menggeleng lemah karena dia hanya teman sekolah gadis itu.

Setelah semuanya selesai, Viktor melihat Mary. Gadis itu sendirian di dalam sana dengan kepala terbalut perban, Viktor menghembuskan nafas kasar. Ia tak habis pikir akan pulang selarut ini hanya mengantar korban kecelakaan yang bahkan pelakunya bukan dirinya.

"Menyusahkan sekali..." gumam Viktor.

Akhirnya ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Mary, gadis polos itu hanya diam melihatnya.

"Ayo pulang!" Ajak Viktor, wajahnya masam karena hari sudah hampir malam hanya demi menemani gadis ini.

Mary lalu berdiri perlahan, kedua kakinya masih sangat kuat untuk berjalan. Namun bahu dan kepalanya sedikit terasa lemah karena banyak mengeluarkan darah dan terbentur pembatas jalan.

Untung dia tidak hilang ingatan, batin Viktor mencemooh.

Mary berjalan mengikuti Viktor keluar dari rumah sakit, langkah kaki Viktor yang besar membuat Mary tak mampu mengejar lelaki yang sudah jauh di depannya. Dan lagi, Mary memikul tas sekolahnya yang berat.

Viktor berhenti tepat di pinggir jalan menunggu gadis yang berjalan tertatih dan sudah seperti orang yang sedang sakit keras, Viktor terus menggerutu karena hari ini ia benar-benar disusahkan dengan kejadian ini. Harusnya sekarang ini ia sudah berada di rumah, membantu pekerjaan rumah Megan yang tidak pernah lagi dikerjakan wanita itu ketika sakit.

"Sini, biar ku bantu." Ucap Viktor mengambil tas Mary yang beratnya sudah seperti anak bayi. Entah buku apa saja yang dibawa Mary ke sekolah hingga seberat ini.

"Terimakasih" kata Mary, suaranya lirih. Mungkin karena keadaannya masih lemas karena sehabis tertabrak mobil dengan keras. Tapi gadis itu kuat, hanya pingsan sebentar lalu sadar dengan kondisi yang tidak cukup parah. Kadang Viktor merasa kasihan kepada gadis culun yang selalu dicemooh jika di sekolah karena tampilannya yang kuno.

"Jangan terlalu senang, aku hanya tidak ingin membuat Ibuku menunggu di rumah." balas Viktor seraya melihat jam tangannya.

Mary menundukan kepala merasa bersalah ketika Viktor terbawa dalam situasi seperti ini, "maafkan aku..." ucap gadis itu, Viktor hanya melirik sekilas gadis yang kini berjalan beriringan di sampingnya itu. Tidak terlalu tinggi sepertinya, namun Mary memiliki wajah oriental yang cantik. Rambut hitam lurus dan pakaiannya selalu sopan, walau terbilang kuno.

"Hm..." Viktor hanya bergumam.

"Sebagai tanda permintaan maafku, aku akan mengantarkanmu pulang sampai kerumah.." tawar gadis itu, Viktor mendengus kesal.

"Kamu bercanda? Tidak ada seorang gadis yang mengantar pria pulang, kamu menurunkan harga diri seorang laki-laki...." ketus Viktor.

"....dan lagi, Albert pasti akan memarahiku jika aku pulang dengan keadaan seperti ini." Tambah Viktor, membayangkan bagaimana Megan yang akan histeris melihat dirinya, ditambah lagi Albert yang selalu menjelekan dirinya di depan Megan.

"Hm... Albert, ya pria itu. Aku sendiri heran mengapa Ibumu mau menikah dengan pria yang tempramental seperti itu." Kata Mary, seketika langkah Viktor terhenti.

"Apa tadi katamu?" Tanya Viktor.

"Maaf, aku tidak sengaja jika kau tersinggung." Mary masih menundukan kepala, dan Viktor kesal jika harus berbicara dengan seseorang yang tidak dapat ia lihat wajahnya.

Sehingga Viktor harus menarik dagu gadis itu agar mendongak melihat kearahnya saat Viktor bertanya, "kamu kenal Albert?" Tanya Viktor dengan rasa penasaran yang begitu kuat.

"Ya, aku kenal. Dia tetanggaku dulu, istrinya meninggal karena overdosis." Jawab Mary, kedua remaja itu masih berdiri di pinggir jalan.

"Overdosis? Bagaimana bisa?" Tanya Viktor menyipitkan kedua matanya.

"Istrinya itu depresi akut, dan desas-desus yang terdengar. Depresi yang diterimanya karena suaminya itu, Albert adalah sosok yang tempramental dan kejiwaannya sedikit terganggu..." jelas Mary, ini semakin membuat Viktor bingung.

Pasalnya, Albert sudah seperti malaikat penjaga jika bersama Megan. Memperlakukan Megan layaknya seorang Ratu, sungguh tidak masuk akal.

"Lalu, Putrinya yang bernama Kenny?" Tanya Viktor.

"Sekarang dia tinggal bersama Ibu Tirinya, mantan istri Albert yang bercerai karena tidak tahan dengan sifat Albert yang seperti itu. Bahkan Putri Kandungnya sendiri tidak ingin lagi tinggal dengan Albert." tambah Mary, semakin membuat Viktor berpikir dengan keras.

"Apa kamu mengarang semua cerita itu?" Tanya Viktor memastikan, Mary mengernyit mendengar pertanyaan Viktor yang seperti tidak percaya dengan ceritanya barusan.

"Untuk apa aku mengarang? Jika kamu tidak percaya, aku bisa membawamu bertemu dengan Kenny." Kata Mary, Viktor berpikir sejenak lalu mengangguk setuju. Karena semenjak Albert pindah kerumah Megan, ia sudah tidak berada di sekolah yang sama dengan Kenny. Ternyata, semua hal ini saling berhubungan. Albert menikah dengan Megan dan menitipkan Putrinya ke Ibu tirinya, namun yang jadi pertanyaan adalah.. Apa tujuan pria itu menikahi Megan?

"Baiklah, besok antar aku menemui Kenny. Anggap saja sebagai ucapan terimakasihmu karena hari ini kamu benar-benar merepotkanku..." kata Viktor, Mary mengangguk menyetujuinya.

Dan akhirnya, Viktor mengantarkan Mary hingga ke rumah gadis itu. Karena tentu saja, Viktor tidak ingin sesuatu terjadi lagi pada Mary setelah kejadian hari ini.

"Rumahmu di sini?" Tanya Viktor, melihat rumah Mary yang gelap tanpa ada siapapun.

"Ya, aku tinggal seorang diri." Balas Mary, membuat Viktor kembali dibuat bingung. Terasa aneh, ketika remaja seperti Mary tinggal seorang diri dan jelas saja, tidak ada yang mengunjungi gadis itu ketika berada di rumah sakit.

"Baiklah, aku pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik!" ujar Viktor, kemudian ia meninggalkan Mary. Dengan berbagai pertanyaan di kepalanya.

Menuju rumahnya yang letaknya tak jauh dari rumah Mary, namun saat Viktor memasuki rumah. Ibunya yang terlihat pucat menunggu di ruang tamu akhirnya syok berat, setelah melihat Viktor pulang larut malam dengan seragam sekolah yang berlumuran darah.

Megan pingsan dan dibopong oleh Albert ke dalam kamarnya.

***

To be continue

12 Maret 2020

***

Terkadang anak kecil sulit untuk memberitahu keinginannya kepada orang tua, apalagi anak² yg jarang bicara.

"Lalu Thor, gimana dengan konsep Oedipus Complex nya?"

Sabar ya... nanti bakal nyambung sendiri kok ☺

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top