The Boy 5
Viktor menunjukan raut wajah tak suka saat ia membuka pintu rumah, bediri seorang pria tampan yang rasanya ingin cepat Viktor singkirkan dari muka bumi ini.
Ketika Viktor mendengar suara ketukan pintu saat dirinya tengah asik belajar di dalam kamarnya, Viktor sudah memiliki firasat bahwa pria yang dihubungi oleh Megan semalam akan datang kemari.
"Mom sedang istirahat..." kata Viktor langsung tanpa bertanya terlebih dahulu tentang keperluan pria itu datang kemari. Dengan suara khas anak kecilnya, pernyataannya barusan seolah memberitahu Albert agar pergi dari sini dan tidak mengganggu Ibunya. Meskipun tidak secara langsung Viktor mengatakannya, namun Albert mengerti, Viktor tidak ingin Albert mendatangi rumah ini, terutama mendatangi Megan.
"Boleh aku bertemu dengannya?" Pinta Albert, menggunakan bahasa yang sopan dan wajah ramah. Karena Albert sudah tahu, Viktor adalah bocah yang cerdas serta manipulatif. Maka dari itu, Albert berusaha mengimbangi Viktor dengan memanipulasi bocah itu juga.
"Aku bilang, Mom sedang istirahat." Kata Viktor lagi, nada suaranya masih datar. Namun tatapan tajam Viktor seakan memberi peringatan kepada Albert.
"Megan yang menyuruhku untuk datang kemari, dan aku tidak mau membuatnya menunggu." Balas Albert, suara Albert sedikit meninggi. Dan pada akhirnya, Viktor membiarkan Albert memasuki rumah. Meski sekilas Albert melihat bocah itu menyembunyikan kedua tangannya di balik tubuhnya sendiri, seperti memegang sesuatu di belakang sana saat Albert melewati Viktor.
Setelah itu, Viktor menutup pintu. Tanpa harus berbasa-basi dengan Viktor, Albert menuju ke kamar Megan. Meninggalkan Viktor yang mungkin sangat membencinya saat ini.
Saat ia tiba di kamar Megan, setidaknya Albert dapat bernafas lega. Wanita itu dalam keadaan baik-baik saja, namun yang membuat Albert heran adalah wajah wanita itu.
Megan tidur terlelap dengan wajah pucat layaknya orang sakit, Albert duduk di tepi ranjang dan menggenggam jemari wanita itu. Terasa dingin dan layu, seolah Megan tengah mengalami sakit keras yang bertahun-tahun dan tak kunjung sembuh.
Itu aneh...
Selama beberapa tahun terakhir, Albert melihat Megan setiap hari bekerja. Dan tiba-tiba saja, sekarang ini ia melihat kondisi Megan yang seperti ini. Semenjak kedatangan Viktor, semuanya menjadi aneh. Albert bahkan belum pernah melihat Megan dalam keadaan sakit seperti ini.
Tak lama, Megan terbangun. Kedua matanya mulai terbuka dan menyadari ada sosok pria yang ia cintai akhirnya datang juga.
Megan masih belum menyadari ini adalah mimpi atau kenyataan, namun saat merasakan sentuhan lembut di jari-jarinya. Megan yakin ini adalah kenyataan, ia segera mendudukan diri dan memeluk Albert dengan kuat. Berbisik pada pria itu bahwa dia sedang dalam ketakutan dan ingin Albert melindunginya atau setidaknya membawanya jauh dari sini.
Albert berusaha meredakan tangis Megan yang teredam, meskipun tidak nyaring. Namun Albert khawatir Viktor dapat mendengarnya dan menuju kemari.
"Shh, diamlah sayang. Aku di sini, aku akan melindungimu..." tukas Albert, mengelus pundak wanita itu dengan lembut hingga akhirnya tangis Megan berhenti dan hanya menyisakan air mata.
Albert menghapus bulir bening yang makin memperburuk tampilan Megan, "tenanglah... aku di sini, pelan-pelan saja. Lalu ceritakan kepadaku apa yang terjadi?" Kata Albert, Megan menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Berulang-ulang ia lakukan sampai tangisnya benar-benar mereda.
"Aku tidak membatalkan pertemuan pagi ini" kata Megan, suaranya masih terdengar seperti orang yang sehabis menangis. Meskipun ia tak lagi mengeluarkan air mata.
Albert mengangguk mengerti, tanpa ia bertanya dan memperjelas maksud Megan, Albert sangat mengerti. Dan itu semua pasti berhubungan dengan Viktor, bocah itu yang tidak ingin Megan pergi ke Psikiater apalagi bersama Albert. Dan Albert sudah dapat menebak hal itu.
Tapi, satu hal yang membuat Albert tidak terpikirkan olehnya. Bagaimana Megan bisa histeris sampai separah ini? Wanita itu sudah seperti orang yang memiliki gangguan jiwa akut.
"Apa kau baik-baik saja Megan? Apa kau meminum obat tidur atau semacam obat depresi?" Tanya Albert, Megan menggeleng. Ia memang takut dan hampir depresi, namun Megan sama sekali tidak menelan obat apapun hanya karena gangguan ringan seperti ini.
Tapi kondisinya mulai memburuk semenjak semalam, saat ia merasa horor saat melihat Viktor. Hingga akhirnya ia tertidur pulas dan terbangun dengan sakit di kepala yang sangat luar biasa.
"Kau yakin hanya itu?" Tanya Albert memastikan, Megan mengangguk.
Albert lalu memeluk Megan lagi, mengecup rambutnya ketika wangi shampo masih menguar dari sana.
"Dan bagaimana bisa kau tertidur pagi ini hanya mengenakan handuk, Megan?" Tanya Albert.
"Pagi ini, aku mandi. Ingin menemuimu dan pergi ke Psikiater sesuai janjiku semalam. Tapi...."
"...lagi-lagi ia membuatku takut dan menyuruhku kembali tidur." Kata Megan, Albert mengernyit heran.
Ia benar-benar heran kepada Viktor. Bocah itu sakit, sakit jiwa. Hanya saja, Albert belum dapat membuktikan hal itu dan ia juga tidak ingin menghancurkan semangat Megan yang telah berupaya besar untuk menjadi seorang Ibu.
"Hari ini kita akan pergi ke Psikiater, lebih cepat lebih baik." Tukas Albert, kembali memeluk Megan dengan erat.
Jujur, Albert sangat prihatin dengan kehidupan Megan, terutama sekarang ini. Lebih baik Albert melihat Megan yang hidup sendiri tanpa seorang anak, bebas bekerja semaunya tanpa ada tekanan dan gangguan mengerikan seperti ini. Dari pada memiliki seorang anak namun kondisi psikologisnya terganggu.
Ini bukan gangguan anak-anak seperti umumnya, namun ini gangguan yang cenderung menakuti dan bisa saja terjadi kekerasan jika hal seperti ini dibiarkan berlarut-larut. Karena sekali lagi, Viktor bukanlah anak kecil seperti yang lainnya. Menurut Albert, Viktor bisa saja terindikasi sebagai Psikopat. Hanya saja, ia masih sangat kecil dan cukup sulit mengetahui hal tersebut.
Dan cukup sulit untuk membedakan antara kenakalan anak kecil yang normal dengan kenakalan yang terbilang tidak normal. Dan sepertinya cukup sulit bagi Megan dan Albert untuk membawa Viktor langsung ke Psikiater. Karena anak itu cerdas dan manipulatif, entah apa lagi yang akan dilakukannya demi mencegah Megan dan dia untuk dibawa ke Psikiater.
"Aku punya sesuatu untukmu Megan, mungkin ini dapat membuat perasaanmu membaik." Ucap Albert, Megan lalu menatap pria itu dengan intens. Lalu, Albert mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Kotak hitam dan seketika Megan terkejut bukan main saat Albert membuka kotak tersebut.
"Aku tahu ini terlalu cepat bagi kita berdua Megan, tapi karena aku perduli sekaligus khawatir kepadamu... jadi, maukah?" Tanya Albert, Megan hampir menangis karena bahagia. Sungguh ia sangat bahagia sampai tidak dapat berkata apapun lagi. Karena Megan sama sekali tidak pernah berhubungan dengan pria manapun semenjak berpisah dengan Ayah Viktor.
Megan mengangguk pertanda menyetujui hal itu, Albert yang juga ikut bahagia akhirnya memeluk Megan sebelum akhirnya memakaikan cincin itu di jari manis Megan.
Tanpa menyadari, di balik pintu kamar. Viktor menyaksikan hal tersebut.
***
To be continue
7 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top