The Boy 4

Pagi ini terasa begitu dingin...

Megan terbangun dengan sakit di kepala yang luar biasa, ia mencoba bangun dari tidurnya. Memijit kepalanya sendiri, ia melihat keluar jendela. Sinar matahari mulai terang dan Megan sadar satu hari lagi yang harus ia hadapi. Mau tak mau Megan harus menerima kenyataan bahwa hidupnya benar-benar berubah semenjak kedatangan Viktor.

Megan melihat ke arah cermin rias, seorang wanita dengan tampilan kacau tengah duduk di atas ranjang. Rambut pirang bergelombangnya kusut masai dan terlihat layu, wajahnyapun sangat lesu dan kantung matanya mulai terlihat. Megan menghembuskan nafas kasar, ia sendiri bahkan tak percaya bahwa yang ada di pantulan cermin itu adalah dirinya.

Megan mencari ponselnya, mengambilnya di atas nakas dan mengusap layar. Sempat terbesit di pikiran Megan, dia masih ingat kalau semalam Megan menggenggam ponsel itu dengan kedua tangannya di atas perut. Tapi kenapa ponsel itu sekarang berada di atas nakas? Megan menatap aneh meja nakas tersebut.

Tapi seketika ia segera mengenyahkan semua pemikiran aneh yang dapat merusak mentalnya...

Viktor hanya anak kecil berumur delapan tahun, tapi bocah itu benar-benar dapat membuat Megan seperti orang gila. Mempermainkan rasa takut Megan dan menunjukan hal-hal aneh kepadanya, dan dengan tanpa rasa bersalah bocah itu bertingkah laku seolah tidak ada yang aneh di dalam rumah ini.

Mempermainkan kejiwaaan seseorang bahkan lebih horor dari pada membunuh....

Megan melihat kelayar ponsel, jam sudah menunjukan pukul sepuluh pagi.

"Sial! Aku terlambat..." rutuk Megan, ia kemudian meninggalkan sebuah pesan kepada Albert untuk meminta maaf atas keterlambatannya. Pria itu pasti sudah menunggunya untuk pergi ke Psikiater pagi ini.

Perlahan Megan beranjak dari tempat tidurnya, meskipun rasa sakit masih terasa di kepala, Megan tetap akan pergi sekarang ini juga sebelum kondisi kejiwaannya kian memburuk. Megan mengambil handuk dari dalam lemari, menuju kamar mandi dengan tertatih-tatih. Entah apa yang terjadi pada kepalanya sehingga Megan merasakan hal semacam ini.

Mungkin mandi dengan air hangat dapat meredakan sakit kepalanya, pikir Megan begitu.

Hingga akhirnya, air hangat mengguyur kepala dan seluruh tubuh Megan. Ia menutup kedua matanya merasakan seluruh anggota tubuhnya begitu rileks terkena air hangat, meskipun tidak hilang sepenuhnya, setidaknya dapat meredakan rasa sakit yang diderita Megan.

Cukup lama Megan berada di bawah pancuran shower, tanpa sadar lagi-lagi ada seseorang yang mengawasi kegiatan mandinya...


....

Megan kembali melihat ponsel saat tubuhnya masih dalam keadaan terbungkus handuk, dahinya mengernyit. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Albert dan juga sebuah pesan.

"Kukira semalam kau membatalkan hal ini."

Deg-

Megan menjatuhkan ponselnya keatas lantai, pandangannya kosong keluar jendela, jemarinya masih sama seperti menggenggam ponsel namun benda itu sudah terjatuh karena hilangnya sebagian kesadaran Megan karena pesan singkat yang dikirim Albert. Karena seingat Megan, dirinya sama sekali tidak pernah membatalkan apapun termasuk janjinya untuk mengunjungi Psikiater.

Apa Viktor?

Belum kering rambut Megan seusai acara mandinya, kini kepalanya dibuat sakit kembali dikarenakan hal ini.

Perasaan Megan kembali aneh, dan ia sudah dapat menebak jika anak itu yang mengirim teks kepada Albert dan membatalkan rencana temunya dengan Psikiater. Jadi, intinya adalah, Viktor telah mengetahui bahwa Megan berniat ke Psikiater.

Bocah itu akan membunuhnya...

"Mom!"

Megan terkejut, sebuah suara yang begitu familiar namun menakutkan memanggilnya. Megan berbalik perlahan meski detak jantungnya terasa tak karuan saat ini, ia juga merasa semilir angin dari luar pagi ini terasa dingin dan membekukan sekujur tubuhnya.

Ia dapat melihat bocah itu berdiri di ambang pintu kamarnya, dengan setelan rumah Viktor telah rapi.

Bibir Megan bergemetar, ia takut namun berusaha menyembunyikan ketakutannya dari Viktor. Meskipun Viktor dapat melihat dengan jelas wajah sayu dan kedua kantung mata Megan yang menghitam.

Perlahan, Megan mengambil ponselnya yang terjatuh di lantai. Buru-buru mengirim sebuah pesan teks kepada Albert sembari mengajak Viktor berbicara guna mengalihkan perhatian bocah itu.

Meskipun Viktor menyadari hal tersebut dari cara bicara Megan yang terdengar tak biasa.

Viktor menarik sudut bibirnya, menyunggingkan senyum namun tak begitu terlihat oleh Megan. Bocah itu akhirnya melangkah maju, memasuki kamar Megan dan ini kali pertama Megan melihat Viktor telah melewati batasan.

Megan merasa Viktor semakin menunjukan kengeriannya.

Megan memundurkan dirinya hingga membentur meja rias namun masih menggenggam ponselnya dengan erat, untuk berjaga-jaga.

"Mom, kau terlihat sakit. Biar aku yang merawatmu..." ujar Viktor menyentuh lengan Megan dan menuntun wanita itu untuk merebahkan diri di atas ranjang.

Megan yang takut hanya menuruti perkataan Viktor yang terdengar sudah seperti pria dewasa, dengan tubuhnya yang hanya terbalut handuk Megan berbaring di atas ranjang dan di selimuti oleh Viktor.

Rambut Megan masih basah menempel di bantal, wanita itu bergetar ketika Viktor perlahan menyelimuti seluruh tubuhnya. Bocah itu tersenyum ke arah Megan, dan itu cukup mengerikan baginya.

"Sudah kubilang aku akan merawatmu Mom..." kata Viktor, Megan hanya diam.

Setelah itu, bocah itu keluar dari kamar Megan. Entah apa yang akan dilakukannya, mengambil sekotak obat atau minuman hangat untuk Megan. Megan tak perduli, yang Megan perdulikan sekarang hanya dirinya. Viktor berlagak layaknya pria dewasa dan itu sangat aneh bagi Megan.

Dan yang lebih menganehkan lagi, Megan sama sekali tidak berani mempertanyakan hal tersebut kepada Viktor dan melarangnya melakukan hal itu.

Tubuhnya tiba-tiba saja membeku dan menuruti Viktor, takut dan terkesima. Dua hal berbeda namun di waktu yang bersamaan.

Megan sempat melirik ke arah ponselnya yang ia sembunyikan di balik selimut, berharap Albert membacanya dan lekas kemari membawanya pergi dari rumahnya sendiri.

Kian lama hidup bersama Viktor makin merusak kondisi mentalnya, Megan berharap Albert dapat mengakhiri penderitaannya dengan cara apapun. Mengembalikan Viktor kepada Ayahnya atau Albert tinggal di rumah ini menemaninya.

Meskipun Megan lebih tertarik pada opsi pertama...

...

Ting...

Satu pesan masuk ke ponsel Albert, sama seperti Megan, wajah Albert terlihat kebingungan. Dan yang lebih membingungkan adalah, tiba-tiba Megan menyuruhnya untuk datang kerumah Megan. Dan berkata bahwa ini kondisi darurat.

Albert yang semula berjalan santai di sekitar kota, kini berbalik arah menuju rumah Megan. Ia harus buru-buru, keadaan mulai tidak baik semenjak kedatangan Viktor dan terlebih ketika dirinya dan Megan mulai berhubungan.

Albert merasa ada sesuatu yang salah pada Viktor, sebuah rasa ketertarikan kepada Ibunya sendiri sehingga menimbulkan rasa cemburu kepada setiap orang yang mendekati Megan.

Namun, sebelum itu.
Albert harus mempunyai sebuah rencana, Viktor adalah anak yang cerdas dan Albert harus bertindak cerdas pula jika mau menghadapi bocah itu.

Dan akhirnya Albert menemukan sebuah ide ketika melihat sebuah benda mungil yang cantik berada di dalam sebuah kotak kecil.

Albert berhenti tepat di depan sebuah toko.


***

To be continue

5 Maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top