Oedipus

Megan duduk di kursi makan menyantap makan malam, bersama seorang pria yang dulu adalah anak lelaki pendiam dan penurut. Beberapa lilin menerangi ruang makan dengan lampu temaram, sedikit tertiup angin dari jendela yang terbuka. Membuat suasana makin ngeri dan mencekam. Pria itu makan dengan lahap seraya menggenggam erat garpu dan sebilah pisau, Megan menelan salivanya sendiri jika Viktor benar-benar tega akan menghabisi nyawanya sama seperti yang lain.

Hidangan yang disediakan oleh Viktor terasa lezat, entah dari mana pria itu belajar memasak. Megan sadari Viktor memang mandiri semenjak kecil, namun ternyata kesendiriannya itulah yang menyebabkan malapetaka dan penyimpangan.

Andai masih disembuhkan, Megan berandai-andai. Bisakah Viktor disembuhkan? Jika bisa, Megan akan melakukan apapun. Bagaimana juga, Viktor adalah anak yang telah ia besarkan meski bukan darah dagingnya bersama Robert. Megan masih menyayangi pria itu sebagai anak, walau Viktor melakukan hal sebaliknya.

Viktor menangkap gerak-gerik kedua mata Megan yang melirik ke arah jendela terbuka, ia pun menghentikan kegiatan makannya dan bertanya kepada wanita yang sudah tidak ia anggap sebagai Ibu lagi dengan wajah sarkas.

"Berpikir untuk melarikan diri?" Sindir Viktor menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.

Mendengar suara Viktor yang semakin hari semakin besar Megan terkejut, ia mengalihkan pandangannya ke makanan dan melanjutkan makanannya.

Megan sama sekali tak pernah berpikir untuk pergi meski dalam keadaan takut ia akan berusaha menggapai pintu keluar untuk menyelamatkan diri, tapi untuk meninggalkan Viktor tentu tidak. Megan hanya berpikir keras dan bertanya-tanya, adakah upaya untuk menyembuhkan Viktor dari rasa ketertarikan kepadanya? Megan tak tahu, bahwa pemikiran Viktor itu bersifat tetap dan tidak mudah berubah.

"Mom hanya rindu kepada rumah." Jawabnya.

"Ucapkan kata 'Mom' lagi, maka aku akan menjahit mulutmu!" Potong Viktor, seketika Megan terdiam.

Suasana kembali hening, Megan merasa detak jantungnya terasa nyaring dan kencang di sela kesunyian ini. Hanya karena kalimat Viktor yang berupa ancaman.

"Rumahmu sekarang di sini, aku akan menjual rumah itu." Balasnya tenang.

Megan menatap Viktor tak percaya, "kenapa?" Tanya Viktor seraya menaikan sebelah alisnya.

Namun Megan hanya terdiam, ingin protes tapi Megan berusaha menyesuaikan kalimat yang benar agar tidak menyinggung perasaan pria itu.

"Itu rumah yang telah dibeli dengan susah payah." Kata Megan, berusaha menghindari kata Ibu.

Viktor menghembuskan nafas kasar lalu melanjutkan acara makannya tanpa menjawab perkataan Megan, ia tidak ingin beragumen soal itu. Karena Viktor berpikir, bahwa Megan harus tinggal di sini, di rumahnya. Tanpa rumah lama Megan, wanita itu tak punya tujuan. Jadi, Viktor menjualnya.

Didiamkan oleh Viktor membuat Megan frustasi dan bertanya-tanya, bagaimana nasibnya kelak jika harta satu-satunya yang ia miliki dijual dengan mudah oleh Viktor. Megan sama sekali tak menerima sepeser pun dari Robert, karena ia tak memiliki ikatan apapun dengan pria itu. Begitu pun dengan Viktor, Megan tak ingin bergantung pada pria itu dan membuat Viktor merasa berkuasa atas hidupnya.

Mengapa sesulit ini?

Tanpa Megan sadari pada akhirnya ia hanya bisa diam tanpa berani membantah Viktor, seperti biasa Viktor selalu berhasil menjalankan rencananya dengan baik. Kini ia hanya tinggal menikmati kehidupannya yang dirasa sudah sangat cukup, mewarisi semua harta kekayaan Ayahnya dan memiliki Megan. Semua itu terjadi hanya dalam kurun waktu belasan tahun.

Dan tanpa Megan sadari makanan yang telah Viktor buat terdapat obat tidur dengan dosis yang cukup tinggi, Viktor hanya menatap datar ke arah Megan yang mulai memegang kepalanya sendiri. Pusing disertai pandangan yang kabur berhasil membuat Megan hampir tak sadarkan diri.

Menyadari perbuatan Viktor terhadap makanannya, Megan buru-buru berdiri guna menuju kamarnya sendiri. Namun Viktor tak mencegah hal itu, ia sedang asik menghabiskan makanan dan membiarkan Megan berjalan sempoyongan menuju kamar berharap ia sempat menutup pintu lalu menguncinya, karena Megan tak dapat menjamin sesuatu yang baik jika kesadarannya hilang sepenuhnya ketika pria itu ada bersamanya.

Viktor tak merasa khawatir, karena beberapa lama kemudian ia sudah bisa memprediksi. Wanita itu terjatuh sebelum ia berhasil menggapai daun pintu, tubuhnya tergeletak di atas lantai dengan tak lagi sadar akan apapun. Sementara Viktor yang menyadari hal tersebut tanpa menoleh untuk memastikan Megan telah tertidur, ia hanya membereskan sisa makan malam lalu mencuci piring.

Seraya bersiul Viktor membersihkan meja makan dan menutup kembali jendela yang terbuka, tak ingin seorang pun mengetahui aksinya meski rumah ini dikelilingi oleh pagar yang kokoh. Selesai membasuh dan mengeringkan kedua tangan, Viktor menuju Megan yang telah terbujur lemah di atas lantai dan membopong tubuhnya.

Viktor menapaki tangga menuju kamarnya sendiri, kali ini ia tidak akan mengunci wanita itu di dalam kamarnya. Viktor percaya wanita itu tidak akan berani pergi, jika memang wanita itu berniat kabur dan meninggalkan rumah ini, hingga ujung dunia pun akan Viktor kejar. Walaupun begitu, Viktor tetap mengunci seluruh pintu dan jendela yang ada di rumah ini.

Karena bukan hanya Megan yang ia khawatirkan, tapi juga orang lain yang mungkin tiba-tiba berkunjung ke rumah ini. Viktor selalu memikirkan rencana cadangan akan sesuatu yang mungkin terjadi, pemikirannya selalu tertuju pada masa depan dan mempersiapkannya dengan matang.

Dan semua itu terbukti berjalan dengan lancar hingga detik ini, ia dapat memeluk tubuh Megan dalam dekapannya, sama seperti yang dilakukan Albert dulu dan berhasil membuat Viktor cemburu. Namun sekarang Viktor telah berhasil menyingkirkan semua pengganggu, hanya ada dirinya dan Megan saat ini, tidak ada pengganggu. Apa yang ia impikan telah terwujud.

Dengan hati-hati Viktor meletakan tubuh Megan di atas ranjang, perlahan karena khawatir tubuh mulus tersebut lecet. Ia kemudian membuka pakaiannya sendiri, sebuah sweater yang gemar ia kenakan dan membuangnya ke atas lantai. Viktor membuka lemari pakaian dan mencari sebuah setelan yang formal, seolah ia ingin menghadiri sebuah acara yang formal.

Dalaman kemeja berwarna putih dan tuxedo berwarna biru, membungkus rapi tubuh Viktor yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kurus untuk usianya yang baru saja menginjak dewasa.

Setelah itu Viktor mengambil sebuah kotak dan membukanya, sepulang bekerja ia membeli sebuah dress yang dari sebuah butik.

Dress selutut berwarna biru senada dengan tuxedonya, beserta sepatu heels berwarna hitam nan elegan yang ia kenakan di tubuh Megan. Membuka pakaian Megan secara perlahan dan hanya menyisakan dalaman yang menutupi aset berharga wanita itu, Viktor sempat menghembuskan nafasnya melihat hal yang selalu ia pikirkan semenjak kecil. Namun kali ini Viktor berusaha menolaknya, ia ingin tampil sempurna bersama Megan layaknya pasangan kekasih yang sangat serasi.

Tersenyum lebar setelah berhasil mempercantik tampilan Megan yang tertidur pulas tanpa mengetahui apa yang telah dilakukan oleh Viktor.







***

To be continue

27 November 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top