Oedipus 4

Aaarrrggghhh!!!

Megan berteriak histeris di sudut ruangan, menutup kedua telinganya sendiri seraya menangis. Setelah apa yang baru saja ia lihat, ia masih tak menyangka bahwa Viktor benar-benar melakukan hal keji itu. Hantaman sebuah guci masih terdengar bahkan hingga kamar dimana Megan bersembunyi, makin membuat mental Megan semakin kacau karena ulah Viktor.

Setelah Megan berteriak meminta pertolongan kepada seseorang yang datang ke rumah ini, Megan mendengar suara nyaring seperti sebuah pukulan dari benda keras. Ia langsung berlari berharap seseorang tersebut mendengarnya dan berhasil menumbangkan Viktor, namun ternyata dugaan Megan salah. Viktor lebih gila dari yang ia duga, seorang pria terkapar dengan kepala penuh darah.

Entah masih hidup atau mati, Viktor menggeret tubuhnya masuk ke dalam rumah dan meletakannya persis di bawah tangga. Ternyata pria yang Megan duga berprofesi sebagai kurir tersebut masih hidup walau nafasnya terlihat sesak akibat hantaman dari Viktor, menyadari pria itu masih hidup Viktor mengambil sebuah guci yang lumayan berat dan menjatuhkannya tepat di wajah pria itu.

Dan hal itu berhasil membuat Megan histeris dan berlari kembali ke kamar Viktor, mengacak rambutnya sendiri frustasi. Viktor sudah pernah berkata jika ada seorang pun yang mengetahui keberadaan Megan di rumah ini, maka orang tersebut akan mati. Harusnya Megan mendengarkan perkataan Viktor.

Agar tidak berakhir seperti ini, lagi-lagi pria itu membunuh seseorang untuk ke sekian kalinya. Dan sialnya Megan yang selalu menyaksikan hal mengerikan itu dengan kedua mata kepalanya sendiri, Megan dapat membayangkan bagaimana postur wajah pria kurir yang telah mati di tangan Viktor. Membayangkan hal itu sungguh bisa membuat Megan tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Nafas Viktor memburu, ia terlalu banyak menggunakan tenaganya untuk hal ini. Sungguh hal yang sia-sia, dan ini semua karena ulah wanita itu. Ia mengelap wajahnya yang terciprat oleh darah menggunakan buku jarinya, menutup kembali pintu rumah dengan rapat setelah membersihkan darah yang ada di sepanjang lantai.

Viktor memasukan mayat pria tersebut ke dalam kantung mayat, mengangkatnya ke halaman belakang rumah lalu membakarnya. Seketika halaman belakang yang selalu gelap tersebut menjadi terang karena kobaran api, seolah beberapa orang tengah menyalakan api unggun untuk berkemah di tengah hutan.

Dari dalam kamar Megan dapat melihat warna orange menyelimuti bagian belakang halaman, lewat kaca jendela ia melihat pria itu tengah membakar sebuah jasad yang ada di dalam kantung mayat. Megan semakin histeris dibuatnya, ia memeluk kedua lututnya sendiri sambil menangis sesegukan. Mengapa ia harus tinggal bersama manusia buas yang tidak memiliki perasaan?

Tak lama kemudian Megan mendengar derap langkah memasuki kamar, ketika ia mengadah Megan mendapati pria itu dengan kemeja serta tangan yang berlumuran oleh darah. Megan menatap Viktor dengan pandangan nanar, seolah berkata bahwa yang dilakukan pria itu barusan adalah hal yang paling keji. Walaupun Viktor tidak perduli dengan semua itu, terbukti dari aura wajahnya yang menandakan ketidakpeduliannya.

Viktor melewati Megan begitu saja tanpa berbicara sepatah katapun, memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarnya lalu membersihkan diri. Darah yang menempel di kulit tubuh Viktor seketika luntur oleh air hangat yang berjatuhan dari shower, air dan darah menjadi satu di lantai dan berakhir di pembuangan.

Setelah melakukan pembunuhan Viktor merasa kepercayaan dirinya bertambah, seharusnya Megan tidak bertindak bodoh dan membuat kepribadian Viktor semakin gila. Adalah sebuah kesalahan yang besar jika Megan memperlakukan pria yang tumbuh jauh dari kata normal dengan cara seperti itu.

Viktor lalu keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan sebuah handuk yang terlilit di pinggulnya dan rambutnya masih dalam keadaan basah, Megan hanya menatap ketus ke arah Viktor yang sedang mengambil pakaian di dalam lemari, tepat di sebelah Megan berada. Tanpa malu dengan ketelanjangannya, Viktor mengenakan celana dalam dan boxer di depan Megan. Wanita itu membuang muka, di saat seperti ini bisa-bisanya Viktor melakukan hal itu, di hadapan seorang Ibu yang pernah membesarkannya.

"Kau mau melakukannya lagi? Dengan senang hati akan ku lakukan." Sindir Viktor atas kejadian barusan, tidak seperti Megan yang merasa kecewa pada dirinya sendiri, Viktor malah menunjukan sikap sebaliknya. Ia malah menyukai hal itu seolah membunuh adalah hobi baru untuknya.

"Apa kau sama sekali tidak memiliki perasaan?" Tanya Megan diiringi isak tangis.

"Tanyakan pada dirimu sendiri." Balas pria itu acuh lalu menutup pintu kamarnya dan tak lupa menguncinya.

"Tidurlah, sudah malam." Ucapnya pada Megan, dengan penglihatan yang baru saja terekam oleh kepalanya, bagaimana mungkin Megan dapat tidur nyenyak malam ini. Apalagi tidur bersama monster mengerikan itu.

Viktor merebahkan dirinya di atas ranjang, masih menatap punggung Megan yang meringkuk di sudut ruangan. "Jika kau tidak mau tidur, maka aku yang akan memaksamu." Ancamnya, sudah cukup kengerian malam ini. Sekarang pria itu mengancamnya lagi, seolah memang berniat menghancurkan mental Megan dan membuatnya semakin gila.

"Aku tidak bisa tidur." Balas Megan berusaha meyakinkan Viktor agar pria itu tidak benar-benar melakukan hal tersebut.

"Aku bisa menidurkanmu." Kata Viktor.

"Aku tidak membutuhkanmu!" Balasnya lagi dengan ketus, Viktor terkekeh. Lalu mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping dengan tangan menjadi sandaran kepala.

"Kau tahu, apapun yang kau lakukan kau tidak akan bisa menolak takdir. Takdirmu adalah di sini, bersamaku. Kau tidak akan bisa menyangkalnya lagi, meski kau berusaha lari." Jelas Viktor.

"Takdirmu adalah berada di Rumah Sakit Jiwa!" Cecar Megan, Viktor tertawa. Semakin membuatnya gemas kepada Megan.

"Jangan takut! Aku tidak akan membunuhmu, kecuali kau berhasil lari dariku." Kata Viktor.

"Bagaimana jika aku memilih mati? Kau tidak akan mendapatkanku bukan?" Sindir Megan, seketika membuat Viktor terdiam. Megan merasa menang telak telah membungkam pria itu, ia tersenyum miring ke arah Viktor yang masih terdiam dan menatapnya tajam. Tanpa sadar ia telah membangunkan banteng pemarah.

Plak!!!

"Tidak! Aku tidak akan membunuhmu, mungkin aku akan menyiksamu hingga kulit tubuhmu terlepas dari daging. Itu yang akan ku lakukan jika kau berani selangkah saja pergi, serta orang-orang yang membantumu tak akan luput dari siksaan!" Cecar Viktor mencengkram kuat kedua pipi Megan dengan satu tangannya.

Pipi yang baru saja ditampar kuat oleh Viktor kini berbekas merah dan perih, Megan hanya bisa menangis menahan hal tersebut. Setidaknya sekarang mentalnya cukup kuat untuk menghadapi kengerian Viktor dan kekerasan verbal yang sering dilakukan oleh pria itu, walau ia tak menyadari kekerasan fisik baru saja dimulai.

***

To be continue

22 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top