Oedipus 3
Pulang bekerja dengan wajah gembira dan senyum sumringah, sepanjang perjalanan Viktor tersenyum layaknya manusia yang tidak normal. Apalagi saat tiba di pekarangan rumahnya sendiri, deretan gigi putihnya terlihat dengan jelas karena rasa bahagia. Bersiul ria ia turun dari kendaraan roda empatnya, menuju rumah dan membuka kunci pintu serta tak lupa kembali menguncinya.
Rumah besar itu terdengar sangat sepi, bahkan langkah kaki Viktor terdengar menggema hingga seluruh penjuru sudut. Ia membuka dasi yang seharian ini hampir mencekik lehernya, membuka jas serta tas kerjanya ke atas sofa. Dan tak lupa sesuatu hal yang paling penting di dalam hidupnya adalah seorang wanita yang berada di dalam kamarnya.
Viktor segera melangkah menaiki tangga menuju kamar, terdengar sepi seolah tidak ada seorang pun di dalam sana. Ia mengeluarkan kunci dari dalam sakunya, dan memasukan ke lubang kunci lalu membukanya. Dahinya mengernyit heran, saat Viktor membuka pintu kamarnya ia tak mendapati siapapun di dalam sana.
Hanya ada sepatu heels dan gaun yang dikenakan oleh Megan semalam berserakan di atas lantai, tapi Viktor tak sebodoh itu untuk percaya bahwa Megan melarikan diri. Di luar tidak ada tanda-tanda jika wanita itu melarikan diri, dan benar saja. Beberapa saat kemudian seseorang menerobos keluar dari kamar Viktor secara tiba-tiba.
Bersembunyi di balik pintu dan berlari secara tiba-tiba seraya mendorong tubuh tinggi Viktor, gerakan tiba-tiba seperti itu bahkan tidak membuat Viktor terkejut. Ia hanya heran mengapa wanita itu bertingkah seperti itu, Viktor hanya membiarkan Megan berlari mengitari rumah, ia tak perduli. Lagi pula Megan tidak akan bisa pergi kemanapun.
Viktor lalu memasuki kamarnya, membereskan barang-barang yang berserakan. Saat itu pula ia menemukan sebuah cincin yang ia kenakan di jari Megan semalam, ia hanya menaikan sebelah alisnya seraya memungut benda mungil tersebut. Di lain tempat Viktor mendengar wanita itu menjerit dan meminta tolong entah kepada siapa.
Viktor hanya menyunggingkan senyum dan kembali membereskan kamarnya sendiri.
Nafas Megan terengah, ia mendobrak pintu dengan sia-sia. Berteriak sama sekali tidak membuahkan hasil, tapi setidaknya hal itu sedikit membuat perasaannya tenang. Anehnya Viktor sama sekali tak terpengaruh ketika Megan berusaha melarikan diri, pria itu malah tersenyum remeh kepada Megan saat turun dari tangga menuju dapur. Melewati Megan dari kejauhan begitu saja seolah tak ada yang terjadi.
Megan hampir tak percaya kepada pria itu...
Ia bukan hanya tinggal di sebuah rumah yang sepi dan diisi oleh pria sakit jiwa, tapi juga aneh sekaligus mengerikan. Megan mendengar suara di dapur, pria itu mungkin tengah memasak.
Megan masih tetap berdiri di ruang tamu, cukup lama karena ia tak tahu harus berbuat apa dan pergi kemana. Ia tak ingin kembali ke kamar Viktor dan terbangun dengan penuh kegilaan, sedangkan kamarnya sendiri terletak tak jauh dari dapur, Megan khawatir jika ia berlari kesana Viktor akan menangkapnya kembali.
Pada akhirnya Megan hanya berdiri, berharap sebuah keajaiban terjadi dan pintu terbuka dengan lebar.
Beberapa menit kemudian Viktor muncul dari arah dapur membawa sebuah nampan besar berisi beberapa makanan dan minuman, ia meletakannya di atas meja dan duduk di atas sofa. Megan yang duduk di lantai seraya membekap lututnya hanya bisa melihat hal itu dari kejauhan.
"Ayo, waktunya makan malam." Ujar Viktor, menyiapkan piring dan peralatan makan untuk mereka berdua.
Terakhir kali Viktor memberi makan Megan, ia terbangun dalam keadaan mengenakan gaun dan cincin melingkar di jarinya. Megan tak ingin hal itu atau bahkan bisa lebih buruk terjadi lagi seperti kemarin.
Mengetahui isi pikiran Megan, Viktor hanya terkekeh. "Jangan khawatir, aku tidak memasukan obat tidur ke dalam makanan ini."
Jujur saja Megan sangat lapar, seharian berada di kamar hanya dengan sarapan hingga malam hari seperti ini membuat tubuhnya lemas. Akhirnya ia memutuskan untuk berdiri menuju Viktor.
Duduk berjauhan dengan pria itu setelah Megan mengambil piring yang berisi makanannya, steak daging dengan campuran kentang serta kacang polong. Megan mencicipi makanan tersebut dan rasanya seperti biasa, sangat lezat. Karena sangat lapar dengan sekejap makanan tersebut habis oleh Megan, Viktor hanya menyeringai senang melihat hal itu, bahwa Megan menyukai masakannya.
"Jika kau bersikap baik, mungkin aku tidak akan menguncimu di dalam kamar dan membiarkanmu kelaparan..." kata Viktor, namun Megan hanya diam seraya menegak air mineral.
"Oh, iya. Bulan madu nanti, kau ingin pergi kemana? Paris, Italy?" Tanya Viktor, seketika Megan membulatkan kedua matanya dan hampir menyembur wajah Viktor dengan air yang ada di dalam mulutnya.
"Vik-"
"Aku tidak ingin mendengar ocehanmu, Megan!" Kata Viktor memotong kalimat Megan.
Megan juga tidak ingin beragumen dengan orang gila itu, tapi jika Viktor benar-benar mengajaknya pergi dari rumah ini untuk sementara waktu. Megan mungkin bisa menggunakan hal tersebut untuk melarikan diri dan meminta bantuan, ia ingin memasukan Viktor ke dalam Rumah Sakit Jiwa agar pria itu bisa sembuh dari ketidakwarasannya.
Ting.... Ting...
Bel rumah berbunyi secara tiba-tiba, berhasil mengejutkan mereka berdua. Dan tentu saja hal tersebut seperti sebuah anugerah bagi Megan dan kemarahan bagi Viktor. Tak pernah ada yang bertamu di mansion gelap dan sunyi ini, apalagi semenjak Robert meninggal.
"Megan, masuk ke kamarku!" Titah Viktor, namun Megan terlihat gusar tidak seperti Viktor yang santai meski di dalam pikirannya ia ingin marah bagi siapapun yang berani bertamu di rumahnya.
"Kau tidak mendengarku?!" Viktor memiringkan kepala seraya menyipitkan kedua matanya menatap Megan.
"Kunci pintunya dan jangan bersuara!" Tambahnya lagi, perlahan Megan berdiri dan menuju lantai atas. Meskipun langkahnya begitu berat karena kesempatan ini mungkin tidak datang untuk kedua kalinya, ia berbalik badan dan Viktor masih menatapnya tajam dari kejauhan. Hingga akhirnya ketika Megan tiba di kamar Viktor ia menutup pintunya dengan rapat, cukup lama Viktor tidak mendengar suara pintu terkunci.
Ia menoleh lagi ke arah kamarnya sendiri, kemudian suara pintu terkunci akhirnya terdengar dan Viktor bergegas untuk melihat siapa yang bertamu ke rumahnya di malam hari seperti ini.
Ketika ia membuka pintu ternyata seorang pria mengantar sebuah berkas, pria yang tak lain adalah seorang kurir mengantarkan berkas yang dikirim oleh asisten Viktor.
Viktor ingin marah kepada wanita tua yang telah menjadi asisten Ayahnya itu, kenapa harus malam ini? Ke rumah ini? Itu adalah hal yang sangat terlarang bagi Viktor, ia tidak menyukai siapapun menginjakan kaki di rumah ini.
"Tolong!!!!!!"
Pria pengantar berkas tersebut terkejut mendengar suara wanita menjerit meminta pertolongan, suaranya terdengar dari lantai atas dan berhasil membuatnya panik.
Viktor mendengus kesal seraya menatap tajam pria kurir tersebut.
***
To be continue
16 Desember 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top