Murderer 3
"Maafkan aku, kau jadi seperti ini..."
"Tak apa, terimakasih sudah banyak membantu. Tapi aku baik-baik saja di rumah bersama Vicky..."
"Tidak, akan lebih baik jika kau tinggal di rumahku. Agar aku juga tidak terlalu mengkhawatirkan keselamatan Viktor..."
"Baiklah..."
Samar-samar Viktor mendengar obrolan Robert dan Megan, Ayahnya itu datang ketika Viktor memberi kabar tentang apa yang telah dialami Megan. Hari itu juga Robert terbang menuju kota di mana Megan dan Viktor tinggal, sebenarnya ini adalah salah satu tipu muslihat lain dari Viktor. Hanya saja, mungkin membutuhkan waktu yang lama. Hanya masalah waktu, Viktor dengan senang hati menunggu. Karena sedari kecil, ia selalu menunggu. Menunggu waktu yang tepat.
Cekle...
Pintu ruang inap Megan terbuka, pria tinggi bertubuh besar dengan tampang yang menarik itu duduk di sebelah Viktor. Berbicara layaknya Ayah dan anak lelaki.
"Ibumu akan segera membaik, jangan khawatir." Ujar Robert.
"Apa dia setuju?" Tanya Viktor, Robert menggangguk. Senyum tipis menghiasi wajah tampan Viktor setelah itu.
"Ya, dia akan tinggal bersama kita." Kata Robert, Viktor yang mengingat sesuatu langsung melemparkan lirikan tajam kepada Robert.
Pria itu hanya tersenyum, "tenang saja, Daddy akan merubah gaya hidup untuk sementara waktu. Lagi pula, mungkin saja Ibumu tertarik untuk menikah dengan Daddy. Maka kita akan menjadi keluarga yang bahagia, seperti yang kau inginkan." Kata Robert seraya tersenyum lebar dan merangkul bahu Viktor.
Go to hell!!!
Viktor berkata dalam hati, itu tidak akan pernah terjadi.
Tak lama kemudian, ponsel Robert berdering. Dan tentu saja pria itu akan selalu mementingkan urusan pribadinya dari pada Viktor, tidak seperti Megan yang selalu ada untuknya meski sesibuk apapun.
Viktor lalu memasuki ruangan dimana Megan dirawat, perlahan ia membuka pintu. Melangkah pelan dan mendapati wanita itu tengah berbaring lemah dengan peralatan medis di sekitar tubuhnya, Viktor berhenti sejenak. Tak ingin menakuti wanita itu lagi di saat kondisi Megan sedang dalam tahap pemulihan.
Namun saat Megan menyadari kehadiran Viktor, ia juga terdiam.
"Apa kau masih takut padaku?" Tanya Viktor memecah kesunyian di ruangan sepi itu.
Tak lama Megan tersenyum, dan Viktor rasa itu adalah sebuah tanda jika wanita itu tak lagi takut padanya seperti dulu.
"Kemarilah!" Ujar Megan, mengulurkan kedua tangannya.
Dengan senang hati Viktor melangkah maju dan membungkuk agar dapat memeluk wanita itu. Pelukan hangat yang masih sama, hanya saja tubuhnya terasa lebih kurus dari terakhir kali ia memeluk Megan beberapa tahun yang lalu. Waktu yang sangat lama namun Viktor tak pernah lelah menunggu, ia akan selalu menunggu sampai kapanpun.
Senyum tulus wanita itu juga masih sama, caranya tertawa begitu mengesankan dan tak pernah berubah. Hanya saja wajahnya terlihat memiliki banyak kerutan, Viktor rasa itu adalah faktor dari obat-obatan yang harusnya tak wanita itu konsumsi. Tapi sebentar lagi Megan akan pulih, dan kembali seperti dulu.
Senang bisa melihatmu kembali seperti dulu, Mom...
Ingin Viktor ucapkan kalimat itu, tapi ia khawatir membuat perasaan Megan kembali takut kepadanya. Viktor rasa kehangatan Megan adalah prioritas utama untuk saat ini, selagi wanita itu bersamanya, Viktor tidak akan membuat masalah lagi. Tidak, jika perlakuan Megan tidak berubah.
"Mom akan tinggal bersama Dad..." ujar Viktor, Megan tersenyum lebar mendengar Viktor terdengar bahagia akan hal itu. Megan akan melakukan apapun demi kebahagiaan Viktor, dan menebus semua kesalahan yang pernah ia lakukan terhadap anak laki-lakinya itu.
"Kita akan makan malam bersama, dan menonton tv bersama..." ujar Viktor, Megan mengangguk semangat.
"Tapi, Mom dan Dad hanya sebatas teman baik. Kau tahu itu, 'kan?" Ujar Megan, merapihkan jaket yang Viktor kenakan.
"Ini hanya sementara, sampai Mon pulih dan mendapatkan pekerjaan baru." Tambahnya, Viktor semakin bahagia mendengarnya. Tentu saja ia tidak akan mengijinkan Megan kembali kepada Ayahnya, ini hanya sementara. Sampai Viktor mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Dad memindahkanku ke sekolah bisnis, ia menunjukku sebagai penerus usahanya." Kata Viktor.
"Benarkah?" Tanya Megan turut senang mendengarnya, Viktor mengangguk.
"Mom sangat bahagia mendengarnya." Ujar Megan.
"Semua berkatmu Mom, berjanjilah kau akan selalu berada di sampingku dan mendukungku, Mom." Pinta Viktor, wajahnya terlihat memelas, sama seperti anak lelaki yang masih berusia delapan tahun.
"Tentu Vicky, Mom berjanji.... dan Mom juga berjanji akan menebus semua kesalahan Mom dengan apapun, kau adalah malaikat kecilku." Ujar Megan, menaruh telapak tangannya di pipi Viktor dan berkata dengan penuh kepercayaan.
"Akan ku ingat janji itu sampai kapan pun, Mom."
"Anak Mom akan menjadi pengusaha muda." Ujar Megan dengan bangga seraya mengusap rambut Viktor.
"Mom, sudahlah..."
Viktor yang biasa terlihat acuh dan datar tanpa ekspresi, namun ketika berada di dekat Megan ia bisa kehilangan kesadaran dan meluapkan apa yang di dalam pikirannya. Bahagia, sedih atau sakit.
Itu yang Mary lihat dari kaca jendela, saat ia hendak mengunjungi Megan dan membawakan makanan untuk Viktor. Mary melihat sesuatu yang langka, sesuatu yang berbeda seolah lelaki itu bukan Viktor. Mary tidak pernah melihat Viktor seperti itu, terlihat lebih ceria dan banyak berbicara. Tidak seperti Viktor ketika berada di sekolah, selalu diam dan berbicara ketus. Seolah dia adalah murid paling cerdas di antara murid lainnya.
Walaupun Mary mengakui Viktor adalah murid yang paling cerdas...
Mary mengetuk pintu dengan perlahan, tak ingin mengganggu momen Ibu dan anak tersebut. Ketika suara Viktor terdengar dari dalam sana, Mary lalu membuka kenop pintu dan memasuki ruangan Megan.
"Ahh, Mary. Terimakasih sudah datang lagi, kau tahu kau tak harus selalu kemari. Viktor dapat menjagaku di sini, jangan khawatir..." ujar Megan tak ingin merepotkan gadis itu.
"Tak apa Miss, aku senang melakukannya." Kata Mary.
"Apa itu makan siang untuk Vicky?" Tanya Megan, Mary mengangguk.
"Vicky, ayo makanlah! Mary sudah membuatkannya untukmu, tidak baik menolak pemberian orang lain." Kata Megan, wajah Viktor terlihat malas. Jika bukan karena Megan yang meminta, ia tidak akan mau membuka makanan yang diberikan oleh Mary. Meskipun rasanya cukup enak, karena bagi Viktor semua makanan sama saja. Akan mengenyangkan, enak atau tidak enak tergantung lidah masing-masing manusia. Karena semua manusia memiliki selera makan yang berbeda.
Sementara Viktor tidak menyukai makanan apapun, kecuali harus terpaksa mengunyah makanan yang memiliki banyak manfaat demi kesehatannya.
"Jadi, kau akan pergi?" Tanya Mary, saat Megan telah tertidur karena waktu istirahatnya kini telah diatur.
Viktor mengangguk, Mary sebenarnya berat berpisah dengan Viktor. Entahlah, seperti ada sesuatu yang menarik bagi Mary dari pria itu. Meskipun Viktor tak pernah melirik ke arahnya, dan hanya kepada Megan.
***
To be continue
29 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top