Muderer 2
Ketika kedua pergelangan tangannya diborgol menjadi satu, wajahnya nampak sepucat kapas. Gelisah menahan tubuhnya yang tidak dapat melakukan apapun karena geraknya terbatasi, kedua netra birunya memandang rumah kayu yang besar dari dalam van mobil polisi. Ia sudah sangat nyaman berada di sana bersama wanita yang dengan mudahnya mengalami stress hingga berakhir depresi hanya karena anak kecil.
Sirene polisi tak berhenti berdengung membuat kepalanya terasa sakit, ditambah lagi ia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya. Wanita yang selama ini hidup bersama dengannya digotong menggunakan kereta dorong ditemani oleh dua gadis muda, yang salah satunya adalah anak kandungnya sendiri. Sungguh miris...
Gadis itu masih belum bisa menerima kematian ibu kandungnya dan selalu saja berusaha memasukan dirinya ke dalam penjara, ia sama sekali tidak merasa jahat atau membunuh orang lain secara perlahan. Ia hanya membantu beberapa orang agar hidup mereka lebih nyaman tanpa ada gangguan apapun. Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran seseorang dengan gangguan mental, berpikir rasional seolah perbuatan mereka tidak merugikan orang lain.
Tapi Albert telah melakukan kesalahan ketika menikahi Megan, bukan karena Megan. Tapi karena anak laki-laki yang mengaku bahwa dia adalah anak kandung dari wanita itu, bertemu Viktor adalah sebuah kefatalan bagi Albert. Bukan pula karena Viktor telah berhasil memasukan Albert ke penjara, namun karena bertemu Viktor dan menyebabkan dendam terpendam selama bertahun-tahun pada anak itu, Albert kehilangan nyawanya...
Brak!!!
Seorang polisi yang mengenakan seragam lengkap bak FBI memasuki mobil van yang diisi oleh Albert seorang, menutup van tersebut dan tak lama mobil mulai bergerak, pertanda mereka mulai meninggalkan tempat tersebut.
Albert sedikit tidak nyaman dengan kehadiran orang lain, ia terbiasa dengan kesendirian. Apalagi melihat petugas kepolisian dengan postur tubuh kurus dan tinggi terus menatapnya dibalik helm polisi yang menutupi seluruh wajah, membuat Albert merasa tidak nyaman. Ia sama sekali tidak dapat mengenali wajah petugas tersebut.
Albert tidak paham, petugas polisi ini terlihat seperti ingin menangkap seorang teroris. Albert bahkan belum ditetapkan sebagai tersangka, apakah dirinya terlalu berbahaya bagi polisi? Baru saja Albert ingin menanyakan hal tersebut, bibirnya ditutup oleh sebuah lakban yang kuat. Hanya tersisa kedua mata dan hidung untuk bernafas, karena tentu saja Albert masih harus bernafas hingga sesuatu terealisasikan.
Albert ingin berteriak, ketika petugas tersebut membuka helm yang ia kenakan dan memperlihatkan wajah tampan lelaki yang sangat ia benci.
"Hai, Albert..." wajah yang biasanya nampak datar tersebut menyunggingkan senyum, tak biasanya ia akan membuang muka atau sekedar menatap tajam ke arah Albert. Namun hari ini, ia sungguh bahagia.
Albert yang tidak dapat berteriak hanya bisa bergerak seolah meminta bantuan kepada sopir atau polisi yang tengah mengemudi, meskipun ia sadar itu cukup sulit mengingat van ini sangat tertutup dan kedap suara. Seketika saat itu juga tubuhnya tak dapat bergerak akibat sesuatu yang menarik lehernya.
Keringat dingin semakin menjadi ketika ia melihat pemuda itu mengeluarkan beberapa peralatan dari dalam brangkas yang ada di dalam van, Albert melihat pemuda tersebut mengeluarkan sebuah bor tanpa listrik. Entah dari mana datangnya benda itu, sontak saja hal tersebut membuat Albert menjerit dengan bibir tertutup rapat.
Sementara petugas kepolisian yang tengah mengemudi dan mengenakan seragam kepolisian formal, samar-samar mendengar suara bor. Namun suara tersebut hilang ditelan oleh suara bising kendaraan dan suara radio, pada akhirnya ia mengabaikan hal tersebut. Tanpa tahu di dalam van yang ia kendarai, seseorang meregang nyawa ketika tempurung kepala yang dilubangi oleh sebuah bor.
Kedua matanya memerah dan melotot ke arah lelaki yang melakukan kekejaman ini kepada dirinya, berharap pemuda tersebut menghentikan perlakuannya. Namun wajah datar dan keseriusan yang dilakukan pria muda itu tidak menunjukan bahwa ia akan berhenti, ia malah asik menanamkan beberapa lubang di tempurung kepala Albert. Mengabaikan kesakitan yang diderita Albert seiring dengan darahnya yang bercucuran di sekitar dahi dan pelipis.
Tidak ada bius, dan tidak ada kelembutan...
Semua dilakukan lelaki muda itu dengan sadar dan tanpa bantuan apapun, ia ingin mengetahui isi kepala Albert yang begitu gila dapat membuat Ibunya menelan semua obat-obatan yang tidak penting.
Hingga akhirnya bor tersebut mengenai bagian otak bagian depan yang menyebabkan gangguan berpikir, berbicara serta bertingkah laku, Albert seperti seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan berkata tidak senonoh. Emosinya terganggu, terkadang tertawa dan tiba-tiba bersedih dan terus menggumamkan nama Megan.
Menyadari bor yang ia pakai sudah terlalu dalam, dan ia juga tidak dapat berlama-lama bermain di dalam van karena jarak antara rumah dan kantor polisi sangat dekat. Akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi permainan ini dan menekan sedalam mungkin bor yang ia pegang, karena sudah terlalu banyak lubang di kepala Albert dan tekanan yang diberikan juga cukup besar.
Akhirnya tempurung kepala tersebut berhamburan dan terjatuh, rapuh dan lembek. Sama seperti kejiwaan pria itu saat ini, rapuh karena ia telah kalah dalam permainannya menghabisi Megan. Dan lembek karena ia khawatir akan dijebloskan ke penjata, namun wajah datar dan tanpa ekspresi di hadapannya seolah tak ingin Albert berada di dalam penjara semudah itu. Penjara terlalu mudah untuknya, apalagi rumah sakit jiwa. Psikopat seperti Albert bisa saja mengelabui perawat atau dokter kejiwaan sekalipun, seolah ia sudah sembuh. Viktor mengetahui hal itu karena ia menyadarinya, juga ada di dalam dirinya.
Tak lama, van berhenti.
Ia segera keluar dari dalam van tersebut dan meninggalkan Albert dalam posisi terduduk hingga terjatuh dengan kondisi otak yang berhamburan. Bukan kepala yang berhamburan, namun otak. Bagian paling lunak yang ada di dalam manusia seperti mie rebus namun dengan diameter yang lebih besar dan terkumpul menjadi satu, lunak dan lembek serta lengket.
Petugas kepolisian yang mengendarai van merasa ada yang janggal hingga ia memutuskan melihat van yang ia kendarai terbuka. Namun saat ia melihat apa yang ada di bagian belakang mobil yang ia kendarai, ia terkejut dengan jantung yang hampir saja berhenti saat itu juga. Bukan karena melihat seonggok mayat dengan otak terburai, namun mungkin saja ia akan kehilangan pekerjaannya karena kelalaian.
.
.
.
.
.
.
Saat kedua netra birunya terbuka karena sinar matahari yang menganggu tidur nyenyaknya, ia mendapati seorang pria tinggi dan kurus berdiri tepat di sampingnya. Tersenyum bak malaikat penolong dengan wajah tampan yang sedari kecil ia miliki, menggenggam sebelah tangannya seolah pria itu tak ingin melepaskan dirinya.
"Hai, Mom..." ujar Viktor seraya menyunggingkan senyum.
***
To be continue
27 September 2020
***
Lebih serem Viktor saat bilang, "Hai Mom"
Dari pada Albert dibunuh
🤢🤢🤢
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top