Creepy Love 8
"Kau yakin ini tempatnya?" Tanya Megan, saat dirinya dan Mary memasuki sebuah bar di pinggir jalan yang sepi tanpa ada tetangga atau bangunan lainnya. Tempat ini terlihat mengerikan.
"Ya, tentu saja ini tempatnya." Ujar Mary, membuka satu persatu pintu bar tersebut dengan jendelanya.
"Entahlah, cukup lama aku tinggal seorang diri. Tapi ini, tidak ada tetangga. Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup seperti ini?" Tukas Megan, jemarinya menyentuh meja bar yang sangat berdebu.
"Tenanglah, ini adalah sebuah bar. Para pelancong biasa menggunakannya sebagai tempat singgah untuk sekedar beristirahat atau makan siang, memang seperti ini tempatnya." Balas Mary, ia menaiki tangga dimana terdapat banyak kamar. Bar tersebut juga memiliki motel untuk ditinggali.
"Lihat! Tidak ada yang mengerikan, sedikit cat pasti akan membuat tempat ini menjadi lebih baik." Kata Mary yang baru saja turun dari lantai dua, Megan mengangguk. Mungkin ini lebih baik daripada kehidupannya yang kemarin, Megan tak ingin mengingatnya lagi, ia hanya ingin menata hidup baru.
"Aku akan memanggil sepupuku, dia akan membantu memperbaiki tempat ini." Mary keluar dari bar, menyalakan pembangkit listrik yang berada di dalam sebuah gudang yang tak jauh dari bar tersebut. Setelah menyala, Mary kembali ke dalam bar. Mengambil sebuah telepon rumah dan mengeluarkan secarik kartu nama berisikan nomor telepon.
"Halo, Max!"
...
"Ya, aku sudah tiba disini. Bisakah kau membantu kami?"
...
"Baiklah, aku menunggumu."
Mary menutup panggilan telepon, Megan jadi tertawa sendiri. Hidup Mary sepertinya lebih menyenangkan darinya, gadis itu punya energi bagi orang-orang di sekitarnya. Megan hampir kebingungan mengapa gadis itu tidak memiliki teman saat di sekolah.
Tak lama kemudian Max sepupu Mary tiba menggunakan mobil van, pria yang mengenakan topi koboi itu segera membantu memperbaiki bar tersebut. Beberapa lantai kayu dan jendela serta pintu memang sudah waktunya untuk diperbaiki, Mary dan Megan membantu mengecat seluruh ruangan dengan cat warna-warni yang dibawa Max. Meskipun tak begitu mahir menggunakan kuas, setidaknya Megan sudah membantu.
"Ini.." Mary menyerahkan beberapa sprei dan selimut, dengan sigap Megan menerimanya dan segera memasangnya di kamar Mary dan Megan.
Kamar mereka bersebelahan, Megan dan Mary sepakat untuk menggunakan sisa kamar lainnya untuk dibuat menjadi motel seperti fungsinya dulu. Setidaknya itu membuat pemasukan lebih, karena mereka berhutang banyak kepada Max.
"Sudah malam, sebaiknya besok saja dilanjut." Kata Mary kepada Max.
"Baiklah, besok aku akan kembali lagi untuk memperbaiki tangki bensinnya." Kata pria itu lalu pergi.
"Apa pengisian bensin itu masih berfungsi?" Tanya Megan yang berada di ambang pintu bar.
"Ya, Max bilang akan memperbaikinya besok!" Ujar Mary, mereka berdua memasuki bar tak lupa menutup semua pintu dan jendela lalu menguncinya.
Setelah membersihkan diri, Megan merebahkan diri di atas kasur. Masih mengenakan handuk di kepalanya untuk dikeringkan, ia berbaring menatap langit-langit kamar.
"Boleh aku masuk?" Tanya Mary yang berdiri di ambang pintu kamar Megan.
"Tentu." Balas Megan, gadis itu memasuki kamar Megan. Aroma sabuh mandi dan shampo menguar begitu saja, pertanda gadis itu baru saja menyelesaikan mandinya.
"Kau suka disini?" Tanya Mary, Megan hanya tersenyum.
"Mungkin aku akan menyukainya." Jawab Megan.
"Ya, jika tidak. Mungkin sekarang ini kau akan menjadi istrinya."
"Mary, kita sudah sepakat untuk tidak membahasnya bukan?" Kata Megan.
"Ah, iya. Maafkan aku."
"Baiklah, selamat malam kalau begitu!" Ujar Mary meninggalkan kamar Megan tak lupa menutup pintunya.
"Selamat malam!" Balas Megan.
Ia menghembuskan nafas kasar, seharunya Megan senang bisa memiliki kehidupan yang baru. Tapi di dalam hatinya ia tidak yakin jika pria itu akan tinggal diam.
Megan yakin cepat atau lambat akan ada badai yang menimpa ketenangan ini, apapun dapat terjadi kepada mereka berdua. Berharap waktu dapat mengulur sedikit demi sedikit kejadian tersebut agar Megan dapat menikmati kehidupan tenang yang sudah lama tak ia miliki semenjak saat itu, Megan tidak akan pernah mau menyebut namanya lagi.
...
Hari ini, adalah hari pertama bar dibuka kembali untuk berbisnis. Botol minuman dan makanan dingin telah siap di dalam lemari, meja serta kursi terlihat bersih dan tertata rapi. Seperti biasa cuaca di Texas selalu cerah, memudahkan mereka berdua untuk melakukan kegiatan pertama mereka di tempat ini.
Mary mengenakan kaos dilapisi hem kotak-kotak yang bagian ujungnya ia ikat di atas pinggul, kacamata masih setia berada di hidup mancungnya. Sementara rambut pirangnya ia gelung berantakan, Mary bersiap mengantar makanan dan minuman sementara Megan berada di balik kasir dan jajaran botol minuman.
"Aku berani bertaruh jika kau sama sekali belum pernah bekerja seperti ini." Tukas Mary yang mengingat Megan dulunya adalah wanita pekerja kantoran.
"Ya, walaupun begitu aku bisa saja mengalahkanmu." Katanya seraya tersenyum.
"Kita lihat saja!" Balas Mary.
Dari pagi hingga sore hari, pelanggan mulai ramai berdatangan. Sebagian besar adalah pengendara jarak jauh yang sekedar makan siang dan beristirahat.
Megan tersenyum simpul, tak henti-hentinya ia berterimakasih kepada Mary karena telah memberikan kehidupan yang lebih baik. Jika saja waktu itu ia menolak untuk kabur bersama Mary, Megan mungkin akan melewatkan kabahagiaan ini. "Jangan berterimakasih padaku, mungkin saja sebentar lagi kau akan menemukan pasangan hidup." Goda Mary.
Megan menggeleng lemah, untuk saat ini pria adalah hal terakhir yang ia inginkan. Ia masih berusaha menikmati kehidupannya ini, lagipula Megan tidak ingin membuka identitas aslinya kepada siapapun. Semua orang pasti akan terkejut jika mengetahui masa lalu Megan, siapa yang akan menyangka wanita sepertinya akan menikah dengan anaknya sendiri, itu gila!
Sore berganti malam, tiba-tiba bar mereka dikunjungi oleh beberapa pria yang memiliki tampang layaknya perampok. Terlihat bar-bar dan mengerikan, Mary sempat menenangka Megan dan berkata jika sebagian besar orang-orang di Texas memang memiliki penampilan seperti itu.
"Tenanglah, ini Texas! Anak kecilpun dapat menggunakan senjata." Kata Mary, Megan bergidik ngeri.
Para pria tersebut sepertinya akan mabuk, ia bahkan telah mengeluarkan botol ke lima untuk mereka. Megan berharap mereka segera pergi dari sini sebelum mabuk berat.
"Jika sesuatu terjadi, sebaiknya kau telpon sepupumu itu Mary." Bisik Megan, Mary mengangguk mengerti.
Megan yang jengah lalu menyalakan televisi yang terpajang di dinding, menyetel saluran berita dan betapa terkejutnya ia ketika melihat ke arah layar televisi tersebut.
"Mary!" Seru Megan, pandangab Mary lalu beralih ke televisi. Terpampang dengan jelas wajah pria itu disana, dan yang lebih mengejutkan pria itu mengumumkan sebuah sayembara.
"Bagi siapapun yang menemukan dua orang wanita ini, akan ku beri imbalan." Ujar Viktor seraya menenteng foto wajah Megan dan Mary. Sontak beberapa pria yang ada di dalam bar tersebut menoleh ke arah Megan.
***
To be continued
19 June 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top