Creepy Love 7

Pada akhirnya, selama beberapa tahun meninggalkan kota kelahirannya. Megan kembali menapaki tempat itu, seolah udara segar menyambut kehadirannya saat ini. Kota yang ia tinggali selama ia hidup menyimpan banyak kisah perjalanan hidup Megan, mulai dari memacari seorang pengusaha, hingga melahirkan bayi di usianya yang terbilang sangat muda. Megan tersenyum simpul.

Mary mengajak Megan tinggal di rumahnya hanya untuk malam ini saja, esok hari mereka berdua harus segera pergi lagi. Mary hanya ingin mengambil beberapa barang-barangnya dan juga uang untuk bekal hidupnya bersama Megan. Megan sempat mencetuskan sebuah ide kepada Mary, mereka harus pindah kota dan merubah identitas mereka, sekaligus penampilan mereka. Setidaknya hanya itu yang dapat mereka lakukan untuk saat ini.

"Texas?"

"Kau yakin?" Tanya Mary yang tengah sibuk membuatkan Megan makanan dan minuman, pada malam hari mereka tiba di rumah Mary yang cukup sederhana dan nyaman untuk ditinggali seorang diri.

"Ya." Megan yang duduk di sofa mengangguk yakin.

"Kenapa?" Tanya Mary lagi, Megan menaikan bahu acuh.

"Entahlah, ku pikir disana terlalu sulit untuk mencari seseorang." Kata Megan, Mary setuju dengan itu. Lebih baik mereja bersembunyi di kota terpencil dari pada bersembunyi di kota besar dimana Viktor memiliki pengaruh besar, Texas sepertinya tidak buruk. Atau mungkin malah akan menjadi mimpi buruk bagi mereka berdua.

"Tidurlah, Megan! Kau butuh itu." Mary menyerahkan selimut kepada wanita itu, Megan masih duduk di sofa dengan perasaan yang penuh dengan kekhawatiran.

"Kau duluan saja, Mary. Aku masih belum mengantuk." Balasnya, Mary menyunggingkan senyum.

"Kalau kau tidak tidur, bagaimana jika besok kau mengantuk lalu tertangkap oleh Viktor?" Goda Mary.

"Mary, candaanmu itu tidak lucu!" Balas Megan, Mary hanya tertawa. Megan terlalu khawatir. Ya, tentu saja. Siapa yang tidak memiliki perasaan was-was ketika baru saja melarikan diri dari pembunuh, terlebih lagi jika pembunuh tersebut berniat menikahinya. Belum lagi ancaman terakhir yang Megan dengar, ia juga khawatir akan hidup Mary.

Megan menghembuskan nafas kasar, "Mary, mengapa kau berusaha menyelamatkanku? Kau tentu tahu resikonya bukan?"

Akhirnya Mary ikut duduk di sofa bersebelahan dengan Megan, ia memeluk selimut dan menyandarkan kepadalanya di sofa. "Ya, aku tahu. Tapi, pada awalnya aku hanya perduli pada Viktor. Dan kenyataan ini membuatku lebih prihatin kepadamu." Jelas Mary.

"Kau menyukai Viktor?" Tanya Megan yang cukup terkejut, Mary terkekeh.

"Sudahlah, Megan. Itu hanya cinta remaja, yang tidak pernah ku sangka bahwa dia adalah seorang pembunuh. Mengerikan sekali!" Balas Mary.

"Sewaktu sekolah aku selalu menguntitnya, ku pikir akan menyenangkan memiliki seorang teman yang juga seorang penyendiri sama sepertiku. Tapi Viktor tidak pernah ingin diganggu, ia lebih suka sendirian memikirkan sesuatu dan membuat coretan di dalam bukunya." Kata Mary.

"Yang ternyata ia terobsesi pada Ibunya sendiri." Gumam Megan.

Mary mengangguk, "ya, aku baru bisa menyimpulkannya sekarang. Bahwa sedari dulu, sedari ia tinggal bersamamu, ia telah menyukaimu."

Pemikiran Megan terus melayang kembali ke masa lalu, anak itu selalu bangun pagi dan membuatkan Megan sarapan. Megan sempat berpikir itu adalah kecerdasan seorang anak yang memiliki perhatian terhadap Ibunya, namun sekarang Megan sadar bahwa itu adalah sebuah modus tersendiri untuk memikat hati Megan. Megan memegang dahinya sendiri, apa yang telah terjadi kepada kehidupan normalnya?

"Tenanglah Megan! Besok kita akan pergi selamanya, meninggalkan Megan dan Mary yang dulu. Meninggalkan masa lalu, berharap saja masa depan akan memihak kepada kita." Ujar Mary, gadis itu memiliki semangat yang tinggi. Terkadang Megan iri kepada gadis itu, muda dan masih memiliki banyak energi.

"Apa kau pernah kesana, Mary?" Tanya Megan.

"Ya, Ayah angkatku memiliki sebuah bar di kota terpencil. Entah bar itu masih ada atau tidak." Ujarnya.

"Hmm, lalu dimana Ayah angkatmu itu?" Tanya Megan penasaran.

"Sudah meninggal." Jawab Mary singkat.

"Uhm, maafkan aku"

"Tidak apa-apa."

...

Texas

Texas, negara bagian terbesar kedua di Amerika Serikat itu memiliki wilayah yang sangat luas. Gurun pasir serta cuaca panas menjadi ciri khas tempat yang sebagian besar sepi tersebut, matahari seperti tak berhenti menyinari tempat tersebut.

"Ku harap kau selalu membawa sunscreen." Ujar Mary yang berdiri di pinggir jalan menunggu tumpangan.

"Aku hanya berharap, aku tidak mengalami dehidrasi selama disini." Canda Megan, mereka berdua tertawa renyah. Setidaknya sedikit kebahagiaan setelah lepas dari pria gila yang tidak ingin ia sebutkan namanya itu.

Mary dan Megan merubah tampilannya menjadi tidak terlihat seperti orang kota pada umumnya, cat rambut berwarna kuning pucat serta pakaian celana jeans dan kaos serta jaket. Tak lupa dengan penutup kepala bulat yang mereka sebut dengan topi.

"Kini kita terlihat seperti wanita di perkebunan." Ujar Mary, masih menunggu kendaraan lewat di tempat yang sepi.

"Apa kini aku terlihat seperti seorang Ibu?" Tanya Megan, Mary melirik sekilas.

"Ya, sialnya kau masih terlihat sangat cantik." Megan membuang nafas, candaan Mary terkadang berhasil membuatnya sedikit rileks.

Satu jam menunggu, namun tak ada tanda-tanda kendaraan melewati tempat panas itu. Megan duduk di atas tanah di pinggir jalan sementara gadis itu dengan semangatnya yang masih tinggi, berdiri berkacak pinggang dengan kacamata bertengger di hidungnya.

"Mary!"

"Ya." Mary berbalik menghadap Megan.

"Tidakkah kau pernah berpikir akan ada orang gila yang membawa chainsaw dan membunuh orang yang ditemuinya?" Tanya Megan, Mary hanya tertawa sumbang. Entah itu hanya godaan Megan saja atau wanita itu benar-benar takut.

"Kau tinggal bersama anak psikopat selama lebih dari sepuluh tahun, bahkan kau selalu melihat pembantaian yang dia lakukan di rumah itu. Kini kau masih takut dengan orang gila yang membawa mesin pembunuh?" Gelak tawa Mary cukup nyaring, bahkan di gurun sepi seperti ini hanya ada suara mereka berdua.

Megan ikut tersenyum, "aku senang membuatmu tertawa." Kata Megan, ia hanya butuh melenturkan pikirannya. Membuang jauh-jauh kengerian yang diberikan oleh pria itu, bahwa di luar sana mungkin masih banyak manusia yang lebih mengerikan daripada dia.

Megan tak ingin lagi menyebutkan namanya, baginya pria itu adalah masa lalu. Dan hari ini, ia memutuskan untuk membuat masa depannya sendiri meski yang ada sekarang bukanlah dirinya, tapi ia menjadi orang lain.

"Nah, akhirnya ada sebuah mobil van!" Ujar Mary melambaikan tangan dan memberikan tanda melalui jarinya bahwa mereka berdua berniat ingin menumpang.

"Kau yakin itu bukan mobil penculik?" Tanya Megan.

Mary hanya terdiam dengan wajah kesal sementara Megan hanya tertawa terbahak, ia benar-benar berhasil menggoda Mary dengan kesunyian yang ada di tempat ini.


***

To be continued

18 June 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top