Creepy Love

Beberapa orang pernah berkata 'jangan memasuki jurang yang sama jika tidak tahu kedalamannya!', sebagian beranggapan bahwa kalimat itu hanya sebuah pepatah lama dan sebagian lagi percaya akan hal tersebut. Rasa penasaran memang guru terbaik sekaligus menjadi sebuah pengalaman bagi kehidupan, tapi tidak ada yang tahu rasa penasaran tersebut akan berakhir seperti apa.

Telah memasuki kediaman seorang monster berwujud tampan bukanlah sebuah jawaban untuk rasa penasaran, tapi suatu bentuk dari bunuh diri. Ketika langkah membawa diri untuk menapaki lembah kematian, maka tidak ada jalan keluar dari sana selamanya selain hancur bersamanya. Begitu percaya dirinya Mary memulai pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga di kediaman Viktor.

Pagi-pagi sekali ia bangun dan mulai beraktivitas, rumah ini terasa sangat dingin di pagi hari. Halaman luas yang dihiasi rerumputan yang rapi terlihat sepi dan menghantui Mary sedari pertama kali ia menginjakan kaki di rumah ini, seolah ada sesuatu di sana yang mengundang Mary untuk mengetahuinya lebih lanjut.

Mary mengabaikan hal itu sejenak lalu menyiapkan sarapan untuk tuan rumah, menghiasi meja makan dengan roti dan buah-buahan serta minuman hangat. Tidak banyak yang ia kerjakan di rumah ini, karena rumah Viktor terlihat sangat bersih dan rapi. Semua perabotan seperti tak bergerak sedikitpun walau Mary merasa semua barang-barang itu seolah hidup dan mengawasinya.

Suram dan dingin, meski cuaca sangat indah di luar sana namun tak dapat menandingi kedinginan di dalam rumah ini. Hari pertama bekerja sepertinya Mary tidak betah, namun ia berusaha menahannya demi menuntaskan sesuatu. Mungkin jika hanya ada dirinya dan Megan di rumah ini, Mary bisa bertanya lebih banyak.

Benar saja, wanita itu muncul tak lama setelah Mary menyiapkan segalanya. Mary menyambutnya dengan gembira, namun Megan tidak menunjukan ekspresi yang sama dengannya. Wajah wanita itu terlihat suram meski masih nampak cantik, Megan hanya duduk di meja makan tanpa menyapa Mary terlebih dahulu. Tidak seperti dulu, wanita itu selalu riang dan ramah terhadap siapapun.

Apa yang telah Viktor lakukan kepada Megan? Batin Mary bertanya.

Ia berniat mengajak Megan mengobrol dan bertanya apa yang terjadi padanya, namun baru saja ia mengeluarkan suara, tiba-tiba langkah berat terdengar menuruni anak tangga dan menuju ke arah meja makan.

Mary yang mengetahui kedatangan Viktor langsung bersikap seolah tidak perduli dengan hal itu, ia menyibukan diri dengan mencuci semua piring dan mengeringkannya hingga bersih tanpa noda. Tak jauh dari tempatnya mencuci piring, Viktor dan Megan tengah menikmati sarapan mereka. Hanya ada kediaman yang Mary dengar, tidak ada percakapan antara sepasang kekasih seperti yang semua orang lakukan.

Mary menduga bahwa Megan seperti terpaksa melakoni peran sebagai kekasih Viktor, karena Mary mulai menyadari satu hal. Di sini bukanlah Megan yang memiliki gangguan kejiwaan atau depresi seperti yang pernah wanita itu alami dulu, tapi Viktorlah yang berperan penting dengan semua kejadian yang pernah terjadi di hidup Megan.

Mungkin di cerita ini Viktorlah monsternya..

"Aku pergi bekerja dulu.." ujar Viktor tiba-tiba, terlalu larut dalam lamunan membuat Mary tak sadar jika piring sarapan pria itu telah kosong. Viktor lalu pergi sebelum ia menatap Mary dengan pandangan yang tidak dapat diartikan, seolah ia memberi peringatan keras kepada gadis itu.

Membuat nyali Mary sedikit menciut..

Beberapa menit kemudian Mary mendengar suara deru mesin mobil yang akhirnya meninggalkan pekarangan rumah, Mary bisa sedikit bernafas lega dengan kepergian Viktor dari rumah ini. Mary akhirnya mempercepat pekerjaannya, ingin segera berbicara banyak dengan Megan dan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.

Namun saat Mary selesai dengan piring serta gelas yang ia keringkan, wanita itu menghilang..

Kursi makan yang semula Megan tempati menjadi kosong tak berpenghuni, Mary melirik ke kanan dan kiri namun tak menemukan wanita itu dimanapun. Keningnya berkerut bingung, secepat itu Megan menyelesaikan sarapannya. Padahal telur dan sepotong roti masih ada tersisa di piringnya.

Mary buru-buru membereskan meja makan, setelah itu ia berniat mencari Megan hingga ke seluruh ruangan bahkan ruang baca sekalipun. Mary tidak ingin berteriak dan menjerit, khawatir jika Viktor datang tiba-tiba dan ia tidak mendengarnya. Jadi Mary memutuskan untuk mengitari seisi rumah guna mencari Megan.

Lantai bawah hingga lantai atas telah Megan lalui, namun wanita itu telah hilang seperti ada yang menyembunyikannya. Bahkan tembok dan tanggapun seolah menyembunyikan Megan darinya, perabotan rumah seolah mengawasi gerak-gerik Mary yang tergesa-gesa hanya untuk bertemu dengan Megan. Rumah ini terasa seperti rumah hantu, mungkin karena Viktor terlalu banyak melakukan pembantaian di rumah ini.

Namun di ujung lorong Mary seperti melihat sesuatu, seorang wanita yang berlari mengenakan dress yang sama seperti yang dikenakan Megan pagi ini. Dress selutut dengan motif bunga dan berwarna tosca, Mary lalu berlari menuju ujung lorong yang membawa dirinya ke sebuah ruangan.

Yang ternyata adalah kamar Megan di lantai bawah, tak jauh dari kamar Mary.

Pintu tertutup dengan cepat sebelum Mary berhasil menggapai Megan, nafasnya sedikit terengah Mary membungkuk dengan kedua tangan berpegangan di lutut. Masih berusaha menyesuaikan pernafasannya Mary berdiri di tempatnya berpijak saat ini, hingga akhirnya ia menyerukan nama Megan dengan nada yang pelan.

Tak ingin membangungkan lukisan-lukisan dan beberapa foto yang terpajang rapi di dinding, karena sedari tadi mereka seolah tengah memerhatikan Mary.

"Nona Megan, bolehkah aku berbicara denganmu sebentar saja?!" Seru Mary dengan hati-hati.

Namun tak kunjung ada jawaban, ia menghela nafas kasar. Megan benar-benar berubah sekarang dan Mary tidak begitu yakin bahwa wanita itu adalah Ibu dari Viktor yang dulu. Semua hal ini terasa janggal bagi Mary.

"Baiklah, kalau kau tidak mau berbicara lagi denganku." Kata Mary frustasi, entah apa yang salah pada dirinya sehingga Megan menolak untuk bertegur sapa dengannya.

Mary ingin melanjutkan pekerjaannya kembali seraya membenarkan kacamata yang ia kenakan, namun saat ia ingin kembali dan berbalik arah. Suara pintu kamar Megan berdecit, terbuka hanya sedikit saja dan hal itu membuat Mary menunggu dengan rasa penasaran yang tinggi.

Hening kemudian, Mary masih menunggu Megan keluar dari sana namun sampai detik ini ia tak juga melihat pintu terbuka dengan lebar.

"Pergilah Mary!" Ujar Megan tak lama kemudian seraya mengintip di balik pintu, namun Mary masih dapat melihat wanita itu bersembunyi di balik pintu.

"Pergilah sekarang juga selagi masih ada kesempatan." Wanita itu berujar kembali, dari suara yang Mary dengar itu benar-benar suara Megan. Namun Mary tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Megan, dan apa yang telah Viktor lakukan kepada wanita itu.


***

To be continue

27 Februari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top