Chapter 8 : Es Krim

Mocca's PoV

"Hmm." Aku bergumam setelah menyicip sesendok es krim rasa stroberi yang dibuatkan oleh Lof.

Sudah sebelas kali aku menyicip es krim buatan Lof dan sudah sebelas kali pula dia berusaha membuat agar es krimnya enak. Sebelum dia memasak tanpa bantuanku, aku mempraktikkan cara membuat es krim yang benar dan pastinya tidak menggunakan alat pemanggang lagi. Melainkan lemari es.

Rasa es krimnya yang kesebelas sudah mulai normal. Lumayan. Aku mengangguk-angguk sembari menancapkan sendok kecil yang aku gunakan tadi ke mangkok berisi es krim yang aku cicipi. Kemudian tersenyum pada Lof yang tampak tegang.

"Sudah mulai bagus. Bisa dikatakan, rasa yang standar namun enak. Hanya saja rasa susunya masih saja kurang. Kau harus belajar lebih keras untuk membuat rasa es krim yang sangat enak. Aku yakin kau pasti bisa membuatnya lebih baik lagi dari yang ini. Kau telah mengerti kegunaan otak dan tangan. Memakai sihir hanya akan membodohimu. Lebih baik kau belajar untuk hal yang belum kau bisa lakukan sebelum terlambat. Baiklah aku rasa cukup sampai di sini dulu," komentarku.

Lof mendudukkan dirinya di lantai dengan helaan lelah namun lega. Ai menghampiri adiknya itu dan mengipasi Lof dengan alat kipas bertangkai dengan gambar labu yang lucu.

"Hei, kipas yang bagus. Siapa yang membuat kipas itu?" tanyaku sambil menunjuk kipas yang dipakai oleh Ai.

"Saya yang membuat kipas ini sendiri. Anda mau saya buatkan kipas seperti ini?" jawab Ai sambil menawarkan kipas buatannya.

"MAU!"

"Oke. Gambarnya mau apa?"

"Sama seperti yang kau pegang itu."

"Baiklah, Nona."

KREK.

Suara pintu ruang dapur terdengar, membuat kami bertiga menoleh ke arah pintu dan yang membukanya. Seketika itu juga mataku mengerling kaget.

ITU HALLOW!

"Buset," ucapku panik, buru-buru menyembunyikan diriku di bawah meja.

Ai dan Lof yang melihatku bersembunyi menatapku dengan bingung meminta penjelasan. Aku memberi isyarat menyentuh tengah bibirku dengan jari telunjuk.

"Sst! Jangan beritahu dia kalau aku ada di sini!!" Aku mendesis begitu pelan pada kedua kembar itu.

Untungnya mereka bisa mendengar desisanku. Ai mengangguk kecil sedangkan Lof mengacungkan jempol sambil mengedipkan sebelah mata.

Dan waktunya aku menahan suara dan gerakanku di bawah meja panjang berlapis taplak meja yang lumayan panjang, sehingga bagian bawah tertutup tak terlihat.

Di bawah meja ini, aku bisa mengintip keadaan luar walaupun sedikit. Aku bisa melihat dua pasang kaki bersepatu hitam bertali putih milik Ai dan Lof. Lalu sepasang kaki bersepatu hitam tanpa tali bercelana hitam panjang menghampiri mereka. Itu kaki Hallow.

"Ada yang bisa kami bantu untuk Anda, Yang Mulia Raja?" tanya Ai pada Hallow.

"Apa kalian berdua melihat seorang gadis berpakaian hitam dan berambut pirang di sini?" tanya Hallow.

Hebat nekat sekali dia masih mencariku. Sudah dua jam sejak aku melarikan diri darinya dan dia tetap berusaha menemukanku.

"Siapa yang Anda maksud, Tuan?" tanya Ai lagi dengan sopan nan formal.

"Ah, benar. Kalian kan belum kenal dengannya. Dia tamuku. Dari tadi aku berkeliling istana mencarinya dan aku takut dia tersesat lantaran tidak bisa mendapatkan jalan keluar. Namanya Mocca. Dia telah menyelamatkan nyawaku. Jika tak ada dia, mungkin saja aku tak akan pernah kembali ke sini lagi," jawab Hallow terdengar mencerocos kemana-mana. "Hei, es krim buatan siapa itu?"

"Es krim itu rasa anggur buatan Nona Mocca! Nona telah mengajarkan saya cara membuat es krim yang enak dan cantik. Rasa es krim buatan Nona memang enak sekali!" seru Lof.

Dan setelah namaku disebutkan, seketika keringat membanjiriku. Aku menepuk kening. Duh!

Sebelah kaki Ai menginjak sebelah kaki Lof dengan sengaja lantaran Lof telah keceplosan menyebut namaku di dalam kalimatnya.

"Aduh! Kakak kenapa sih! Nona kan hanya menyuruh kita untuk tidak memberitahukan tempat persembunyiannya!" sanggah Lof terdengar keras dan bisa dipastikan Hallow mendengar kata-kata yang teramat jelas itu.

Sekali lagi aku menepuk jidat. Siap-siap posisi keluar dari persembunyian untuk melarikan diri.

Mendadak mereka diam dalam keheningan yang tercipta. Sampai pada berikutnya suara tertawa renyah dari Hallow terdengar. Kenapa dia tertawa?

"Ternyata Mocca bisa bermain-main juga. Baiklah, aku ingin tahu apakah dia ada di sekitar sini? Hei, es krimnya aku ambil, ya!" Hallow melangkah jauh dari Ai dan Lof, berkeliling ruang dapur untuk mencari tempat persembunyianku. "Moccaaa ... di mana kauuuu ...?"

Mendengar itu aku merinding. Horror. Aku benar-benar takut jika dia berhasil menemukanku dan menangkapku. Dari pada tertangkap basah, lebih baik aku memilih keluar dari meja dan langsung melesat menuju pintu untuk melarikan diri.

Secepat kilat aku keluar dari meja dan melangkah seribu menuju pintu. Langkahku yang tidak bisa hening dan mengeluarkan hentakan sepatu membuat ketiga makhluk itu menengok ke arahku.

Hallow melihatku dengan seringai dan mata yang berbinar. Kali ini dia memakai jas berwarna merah, namun masih memakai celana hitam. Kedua tangannya tengah sibuk memegang semangkok es krim buatanku. Ada beberapa cuil es krim melekat di dekat mulutnya.

Dia menyodorkan mangkok es krim yang telah habis dimakan olehnya itu ke tangan Ai, lalu segera beraksi dengan tampang yang masih belepotan.

Ngeri.

"MOCCAAA!!!!!!"

"TIDAAAKKK!!!!"

Aku keluar dari dapur. Berlari sekencang yang aku bisa untuk menghindar darinya. Sambil berlari, sesekali aku menengok ke belakang.

Entah aku yang semakin lelah berlari atau Hallow yang kini memakai kekuatan penuh. Kami kejar-kejaran di koridor istana dekat halaman belakang. Sedikit lagi dia berhasil mencapaiku.

"Kenapa kau lari dariku, Mocca??"

"Aku tidak tahu!! Lagi pula kenapa kau mengejarku??"

"Karena aku tidak bisa berdiam diri saja jika kau berlari dariku dengan alasan yang tidak aku ketahui. Kau membuatku tidak enak padamu. Aku tanya sekali lagi. Kenapa kau lari dariku??"

"Sudah kubilang aku tidak tahu!!!"

Tap!

Hallow berhasil meraihku, menggenggam sebelah pundakku. Kami menghentikan aksi melelahkan itu dan saling berhadapan dengan napas yang sama-sama tersenggal-senggal.

Sampailah kami di luar istana, namun masih memijak lantai koridor yang berdekatan dengan halaman belakang istana.

"Lepaskan aku," suruhku menatapnya tajam.

"Terus setelah aku lepaskan, kau mau apa? Lari dariku lagi?" tanya Hallow tanpa melepaskan pegangan tangannya pada sebelah pundakku dengan tatapan yang tak kalah tajam.

Aku mendengus. "Baik, aku tak akan lari. Tapi sebelum itu, kau bisa sapu beberapa titik es krim di dekat mulutmu itu?"

Seketika ekspresinya panik. Sambil menahan malu dia mengelap es krim yang mengotori daerah mulut dengan sarung tangan kecil dari saku jasnya.

"Sudah tidak ada lagi, kan?" tanya Hallow memastikan setelah mengelap daerah mulutnya. Aku menggeleng.

"Masih ada satu," jawabku mengarahkan tanganku ke dagunya, bermaksud menghilangkan es krim itu dengan sekali usap. "Apa apaan kau ini? Hanya makan es krim saja kau belepotan begini?? Raja macam apa kau?"

Selesai mengusap dagunya aku menjauhkan tanganku, namun Hallow langsung meraih tanganku. Mendekatkan tanganku ke mulutnya, lebih tepatnya bagian jempolku yang terdapat titik es krim yang tadi.

Dia mengulum jempolku setinggi kuku dengan satu kali jilatan membasahi bagian puncuk jempolku. Menyicip titik es krim yang tadi aku usap dari dagunya.

Aku membelalak kaget sekaligus jijik dengan apa yang dia lakukan.

"APA YANG KAU—"

"Sstt!" Hallow berdesis sambil melekatkan jari telunjuknya ke depan mulutku. "Membuang makanan itu tidak baik. Hei, apa es krim yang kucicipi itu rasa anggur? Kau bisa buatkan lagi?"

"TIDAK BISA!!"

Hallow tercengang sebentar, mengerjap beberapa kali, dan akhirnya memasang wajah sok sedih.

"Hiks. Kenapa tidak bisa? Kau tahu anggur jarang sekali dibuatkan menjadi es krim seperti yang kau buat itu. Anggur itu buah kesukaanku. Aku mau lagiiii. Ya? Ya??" kata Hallow memohon padaku.

Keajaiban sedang terjadi di depan mataku! Seorang Raja yang terhormat sedang memohon padaku!! Sungguh sebuah kehormatan bagiku!

"Tidak bisa ya tidak bisa! Lagi pula kau sudah punya Ai dan Lof sebagai koki istanamu. Seharusnya kau suruh mereka buatkan es krim rasa anggur sebanyak satu lemari es saja untuk dirimu sendiri. Bukannya menyuruhku, aku bukan pesuruhmu kau harus tahu itu!"

Hallow membelalak sebentar, lalu tersenyum hangat. Aku pikir dia akan memasang muka sok sedih yang menyebalkan seperti tadi.

Dia memang bisa dibilang tampan, namun sifatnya yang kekanakkan tapi mesum dan rada bego itu yang membuat bayanganku tentang kesempurnaannya dalam menjadi seorang Raja luntur seketika.

"Ai memang sering membuatkanku es krim. Tapi dia tidak pernah membuatkanku rasa anggur. Dia selalu membuatkanku rasa stroberi."

"Kalau begitu suruh dia buatkan es krim rasa anggur! Apa susahnya sih! Kau itu kan atasannya!"

Sekali lagi dia membelalakkan mata, tampak berpikir lama, setelah itu ber-oh panjang dan bertepuk tangan sekali.

"Iya ya benar juga, suruh dia buatkan es krim anggur. Kenapa tidak kepikiran, ya?" Hallow bertanya pada dirinya sendiri sambil garuk kepala.

Aku yang melihat Hallow kembali bego hanya berkicap ria sambil geleng-geleng kepala.

"Ckckckck."

🎃TO BE CONTINUE ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top