Chapter 27 : Vampir
Mocca's PoV
Aku mengalihkan mataku ke arah yang Beethov tunjuk. Lima orang asing berpakaian serba hitam kecuali pada bagian jubah merah mereka. Hallow tampak memandang benci kepada mereka.
“Siapa mereka, Hallow?” tanyaku.
“Mereka adalah lima kesatria kerajaan Ferlendian. Dan mereka semua adalah vampir. Tetaplah berada di dekatku. Mereka gesit dan juga cepat. Kalau lengah sedikit saja, mereka bisa menghisap darah kita sampai mati,” jawab Hallow seraya mengeratkan rengkuhannya padaku.
Apa mereka seberbahaya itu sehingga Hallow terlihat tidak sudi jika kelima vampir itu mampu menyentuhku? Mungkin, karena apa yang aku dengar dari Hallow, vampir itu berbahaya. Tapi, penampilan mereka berlima tampak biasa-biasa saja. Aku pikir vampir itu mengerikan.
Vampir berambut putih itu melangkah maju mewakili keempat anggotanya. Membungkuk hormat kepadaku dan Hallow. Lalu keempat anggotanya juga ikut membungkuk.
“Sudah lama sekali kita tidak bertemu, Yang Mulia Raja, Hallow Mixolydian. Kau terlihat sehat-sehat saja. Ah, aku mencium aroma cinta di sini,” kata vampir berambut putih itu melalui suara lembutnya yang tajam. Mata kuning keemasan itu menatap mataku. “Sepertinya kami berlima harus memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya Keinz.”
Keinz melangkah mundur. Kembali pada posisi sebelumnya. Vampir di samping kirinya melangkah maju. Membungkuk seraya memperkenalkan diri.
“Perkenalkan, nama saya Dehan,” kata vampir berambut ungu itu tersenyum tipis padaku namun kedua taringnya masih bisa aku lihat dari mulutnya.
Lalu, vampir di sebelah Dehan pun memperkenalkan diri. “Nama saya Zero. Anda sangat cantik dengan mata biru itu,” kata vampir berambut coklat memuji warna mataku.
Setelah itu, vampir di sebelah kanan Keinz melangkah maju. Membungkuk seraya memperkenalkan diri seperti yang teman-temannya lakukan.
“Na-nama saya Lei,” kata vampir berambut hitam itu terdengar gugup dan menatapku takut.
Vampir yang terakhir, di samping Lei. Senyumannya lebar, sehingga kedua taring itu mudah sekali terlihat. Mereka berlima memang vampir. Lelaki berambut pirang berkucir pendek ini pun memperkenalkan diri. “Haha! Nama saya Aram! Salam kenal!”
Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda-beda. Aku tidak bisa berteman dengan mereka, karena mereka adalah orang-orang dari kerajaan Ferlendian yang Hallow ceritakan. Dengan kata lain, mereka berlima adalah musuhku.
Aku ingin membalas memberitahukan namaku kepada mereka berlima, tapi Hallow tiba-tiba mencegahku untuk tidak perlu menyebutkan namaku.
“Tidak perlu. Mereka tidak pantas mengetahui namamu. Aku tidak ingin kau ternoda oleh vampir kotor seperti mereka.” Begitulah yang Hallow ucapkan. Langsung saja aku menutup mulutku rapat-rapat.
“Hahahaha!!” Tiba-tiba saja Aram tertawa-tawa tanpa ada yang lucu. Lantas Dehan menjitak kepalanya.
“Apa yang kau tertawakan, bodoh?” kata Dehan dengan nada dingin.
“Aku tahu alasan Aram tertawa,” kata Keinz dengan senyuman. Dia menjauhkan tangan Dehan dari kepala Aram lalu mengelus-elus kepala Aram. “Karena Aram dan aku saling mengerti.”
“Pfff!!” Aram menahan tawa.
Dehan, Zero, dan Lei hanya menatap kedua teman mereka dengan tatapan aneh sekaligus heran. Reo, Beethov, Greethov, dan Hallow masih siaga dengan apa yang akan kelima vampir itu lakukan kepada kami. Glitter biru yang terbang berkilau di sekitar tangan kanan Hallow, menandakan dia telah mengaktifkan sihirnya untuk menyerang kapan saja.
“Aku juga ingin sekali tertawa, tapi aku menahannya karena aku tidak mau tertawa di hadapan Raja dan Ratu Mixolydian,” imbuh Keinz kembali mengarahkan matanya kepadaku.
Kenapa dia selalu melihatku? Apa dia mengganggu perjalanan kami karena ingin mengincarku?
“Mereka memang terlihat biasa saja. Tapi, kau akan mengubah pendapatmu setelah apa yang akan aku lakukan,” ucap Hallow, lalu dia menggerakkan tangannya pada kelima vampir itu seraya menyebutkan sebuah kata mantra. “Rabbitisiuda!”
Sesuatu terjadi pada mereka setelah Hallow memberikan mereka sebuah mantra. Asap berwarna biru menyebar menyembunyikan mereka. Setelah asap itu sirna, mendadak Reo dan Beethov tertawa terbahak-bahak. Greethov hanya memasang wajah datar. Melihat apa yang sudah terjadi kepada kelima vampir itu, aku menjitak kepala Hallow.
“Mantra apa yang kau berikan? Mereka berlima ... punya ekor dan telinga kelinci?!” Pertanyaanku membuat Reo dan Beethov semakin tertawa-tawa. Hallow terkekeh malu sambil mengelus-elus kepalanya setelah aku jitak.
“Hiks. M-maafkan aku! Aku salah mantra!” kata Hallow pura-pura menangis minta ampun padaku. Dia pun kembali memasang ekspresi dingin. Menoleh ke arah Reo dan Beethov. “Berhenti tertawa.”
Reo dan Beethov langsung berhenti tertawa. Kembali siaga dengan senjata masing-masing di depanku dan Hallow. Ini terasa konyol. Aku akan terlambat ke sekolah.
Greethov membaca beberapa kata mantra seraya menggerak-gerakkan jemari di atas buku mantranya yang terbuka lebar. Lalu, tangannya meraih sesuatu di dalam buku tersebut. Sebuah pedang biru ditarik dari dalam buku mantra. Aku tercengang melihat itu.
Aram tiba-tiba saja sudah ada di depan Greethov, memegang pedang putihnya, dan segera menebas Greethov. Tapi, Greethov dengan sigap mampu menahan serangan itu dengan pedangnya. Mereka pun bertarung mengadu pedang mereka masing-masing. Sesekali, mereka berada di atas pohon, menimbulkan beberapa pohon tumbang akibat tebasan mereka yang selalu meleset. Aram tertawa-tawa, sedangkan Greethov tetap tenang melawan Aram.
“Hahaha!! Kau lawan yang hebat, kawan!” kata Aram seraya menyerang Greethov dengan lincah.
“Aku bukan kawanmu, vampir brengsek,” balas Greethov dingin membalas serangan Aram tidak kalah lincahnya.
“Ahaha!! Kalau begitu,” Aram segera menebas Greethov lagi, namun gerakan itu adalah tipuan. Dia langsung mengalihkan rencana. Menendang Greethov sampai Greethov terpental jauh membentur pohon sampai tumbang. “Kau musuhku.”
“Greethov!” teriakku khawatir dengan keadaan Greethov.
“Tidak apa-apa. Dia akan baik-baik saja,” ucap Hallow berusaha menenangkanku. Lalu mengarahkan matanya ke arah Keinz. “Sepertinya, kau ingin kami semua lenyap di tangan kalian.”
Keinz menyeringai. Begitu juga dengan Dehan, Zero, dan Lei. Mata mereka menyala merah. Menampakkan sosok vampir mereka yang ternyata memang menyeramkan. Di sosok luar, mereka terlihat biasa-biasa saja. Tapi, tidak jika mereka mengeluarkan sosok mereka yang sebenarnya. Vampir. Walaupun ekor dan telinga kelinci itu masih ada pada mereka.
“Sesuai yang Anda katakan, Yang Mulia Raja. Kalau Anda sudah tahu rencana kami, apa kami boleh membunuh Anda dan Ratu Mixolydian? Tapi, kami hanya ditugaskan oleh Ratu Ferlendian untuk menculik Ratu Mixolydian. Saya pikir akan lebih cepat selesai jika kalian semua mati di tangan kami,” balas Keinz. “Selain itu, Anda sangat lucu dengan pakaian yang Anda, Ratu Mixolydian, dan penjaga-penjaga Anda. Anda mau pergi ke sekolah? Astaga. Saya harap kalian belum menikah.”
Entah kenapa, aku merasa marah sekali setelah apa yang diucapkan Keinz. Dia baru saja menghinaku dan Hallow. Juga Reo, Beethov, dan Greethov. Dahiku mengerut dan rahangku mengeras. Hallow menoleh padaku, menyadari kemarahanku karena tanganku mencengkeram bajunya.
“Kau boleh menghinaku. Tetapi, aku tidak mau Hallow dan teman-temanku dihina oleh orang sepertimu! Seandainya aku memiliki kekuatan, aku pasti akan menyiksamu sekarang juga sampai kau MATI!”
Hallow, Reo, dan Beethov begitu tercengang padaku saat aku berkata dengan emosi yang menggebu-gebu. Keempat vampir itu tetap menyeringai, membuatku semakin benci kepada mereka.
“Hidup mereka tidak akan lama. Kau tenang saja. Tidak lama lagi mereka pasti akan mati,” kata Hallow merengkuhku dan mengelus kepalaku agar kembali tenang.
Aku menatap begis keempat vampir itu. “Tapi, Hallow, mereka—”
“Sstt. Tenanglah. Ini akan segera selesai. Setelah itu, kita akan kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Kau tidak ingin terlambat, kan?”
Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban. Hallow tersenyum dan mengecup keningku. Dia menoleh ke arah Reo, menganggukkan kepala ke arah Reo. Reo membalas mengangguk. Apa yang mereka rencanakan?
Reo menancapkan pedangnya ke tanah. Lalu mengucapkan sesuatu. Seperti mantra, tapi bukan mantra yang biasa. Ini seperti sihir khusus. Sihir khusus milik Reo.
“Durationda!”
Setelah mantra itu diucapkan, keadaan pun menjadi lebih berbeda. Waktu seakan sedang berhenti. Tapi, sekarang aku tahu. Sihir khusus milik Reo adalah mengendalikan waktu.
Hallow menyebutkan sebuah mantra dan muncullah sebuah kereta kuda baru. Greethov yang tadinya masih berada di pepohonan berlari menuju ke arah kami. Untunglah dia tidak apa-apa. Reo dan Beethov melepaskan pengemudi kereta kuda yang tadi ditahan oleh kelima vampir itu dengan menggantungnya di atas pohon menggunakan jaring laba-laba yang pasti bukan jaring laba-laba biasa.
Buru-buru kami masuk ke dalam kereta kuda dan pengemudi kereta kuda langsung menjalankan kereta kuda dengan kecepatan yang tidak biasa. Sihir Reo tidak akan bertahan lama. Paling lama sihir itu akan bertahan selama setengah jam. Reo, Beethov, dan Greethov menghela napas lega.
Hallow tersenyum padaku. “Kita akan terlambat ke sekolah jika harus membereskan lima vampir sekaligus. Kapan-kapan, kita akan membunuh mereka semua.”
🎃 TO BE CONTINUE ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top