Chapter 25 : Kue
Hallow's PoV
"Apa?!"
Jeky Phrygian dan Belza Daimeldian mampir ke istanaku karena aku menyuruh mereka ke sini. Tapi sebelum aku menyuruh mereka ke istanaku, mereka sudah datang duluan membawakan oleh-oleh tiga tingkat kue berlapis krim manis dan buah anggur di dalamnya untukku dan Mocca. Aku tidak mau memakannya dulu, karena Mocca sedang tidur. Aku akan makan kue bersamanya kalau dia sudah bangun. Lagi pula selera makanku seperti biasa tidak mendukungku untuk mengonsumsi apapun. Dan dia sedang tidur di sampingku, menyandarkan kepalanya di bahuku.
Kami berempat berada di halaman belakang istana. Duduk di kursi juga terdapat satu meja berbentuk lingkaran yang biasa untuk meletakkan camilan kecil disaat sedang berbincang. Sudah lama aku tidak duduk di sini. Tanaman yang ada seperti pohon dan bunga masih terjaga dengan sangat baik setelah 2 tahun lamanya aku tak ke sini.
Jeky berhenti menyuap es krim anggurnya setelah mendengar penjelasanku dan terkejut bersamaan dengan Belza. Burung-burung pipit yang hinggap di bahu dan kepala Belza langsung terbang tatkala tubuhnya tersentak. Aku meletakkan jari telunjukku di depan bibirku.
"Sstt!! Jangan berisik!" lirihku pada mereka agar tidak berbicara terlalu nyaring. Mereka mengangguk mengerti dan segera mengatur volume suara.
Jeky mendekatkan diri. Meletakkan telapak tangan di samping mulut dan bersuara kembali dengan volume kecil. "Ratu Ferlendian menyatakan perang lagi padamu? Kau dalam masalah, Hallow."
"Untuk apa aku mempermasalahkan hal itu? Dia biasa mengirimkan surat pernyataan perang kepadaku dan dia sama sekali tidak menganggap itu serius. Paling-paling, dia hanya akan mencoba membunuhku saja," selaku.
"Dan juga Ratunya," imbuh Belza dengan tatapan serius. "Dalam surat pernyataan perang kali ini, sebaiknya kau waspada. Terutama kau harus lebih menjaga Mocca, karena dia pasti sudah tahu kabarmu telah memiliki Ratu baru. Selain dirimu, pasti dia juga mengincar Mocca."
Aku menggigit bibir bawahku. Tentu saja dia sudah tahu tentang Mocca, karena orang-orang vampir mempunyai kekuatan lain yang bahkan bisa lebih kuat dibandingkan dengan sihir. Kelebihan itu membuatku kesal.
"Aku tahu," balasku seraya melihat wajah Mocca yang tertidur pulas. Mengarahkan jemariku ke rambutnya yang menutupi wajahnya. "Tidak akan aku biarkan dia menyentuh Mocca. Setitik pun itu."
"Baguslah kalau kau sadar," kata Jeky memakan kembali es krimnya, membuatku menoleh padanya.
"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanyaku dengan tatapan tajam.
"Cinta memberikan kebahagiaan tak terkira kepada kita. Tapi, kita harus tahu, cinta bisa melemahkan diri kita. Maka sebelum terlambat, kita harus sadar bahwa cinta bisa menjadi sebuah keterpurukan kalau kita salah sedikit saja," jawab Jeky menggerak-gerakkan sendok es krimnya dengan liar.
Aku tersenyum miring. "Intonasi yang bagus."
Jeky tertawa kecil. Dia menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. "Kalau itu adalah sebuah pujian, maka aku akan berterima kasih. Baiklah, apa aku dan cintaku boleh membantu kalian? Aku punya cara yang bagus."
Belza menoleh sebentar ke arah Jeky, kemudian kembali mengarahkan wajahnya ke depanku. "Kau mau aku dan Jeky membantu kalian mengakhiri perang kerajaan Mixolydian dengan kerajaan Ferlendian?"
"Entahlah. Aku tak tahu apa yang akan Ferlendian itu lakukan padaku dengan Mocca. Yang pasti, dia akan mencoba membunuhku lagi. Sepertinya kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku hanya ingin kalian tahu ini dan ikut waspada jikalau dia juga menyerang kerajaan kalian," kataku.
"Oh. Ayah dan Ibu kami memang selalu waspada setiap saatnya. Mereka tidak akan membiarkan kerajaan mereka diambil. Dan, kau tahu, Ayahku sangat kejam jika aku melakukan sedikit kesalahan saja pada Belza saat Belza sering mampir ke istanaku untuk berbagi kebersamaan," cerocos Jeky.
Aku tertawa kecil. "Jadi, intinya, Ayahmu itu tidak terkalahkan?"
Jeky menjentikkan jarinya, melayangkan sendok es krim di atas jari tekunjuknya melalui sihirnya. "Tentu saja!"
Belza juga ikut tertawa kecil melihat tingkah Jeky. "Aku tambahkan, bahwa perkataan Jeky itu benar adanya. Raja Phrygian memang terkenal tegas dan pemarah terhadap putranya sendiri tetapi baik hati."
Kami tertawa kecil bersama. Jika Mocca bangun dan ikut mengobrol, pasti Jeky yang paling kencang jika sedang tertawa.
"Terima kasih sudah datang dan mau mendengarkanku. Juga kuenya. Kalian bersantailah. Pelayanku akan melayani kalian. Sepertinya aku juga ingin tidur siang," kataku melirik Mocca.
"Ah, tidak perlu. Setelah ini, kami ada urusan lain. Aku dan Putri Belza permisi dulu, Yang Mulia Raja dan Ratu," balas Jeky berdiri dari kursi dan membungkuk hormat padaku, begitu juga dengan Belza. Setelah itu, dia mengangkat tubuh Belza membawanya ke dalam gendongannya. "Terima kasih kembali, karena kau sudah memberikan kami es krim yang sangat enak. Mungkin jika Ibuku menyicipi es krimmu, beliau pasti akan membelinya. Ibuku juga sangat suka makanan dingin yang manis-manis."
"Kau bisa meminta es krim kami untuk Ibumu. Aku akan suruh koki istanaku untuk membungkuskannya untukmu. Putri Belza juga."
"Ah, Yang Mulia, tidak perlu. Aku tidak terlalu suka es krim. Pangeran Jeky saja. Terima kasih atas waktu Anda. Maaf sudah mengganggu waktu Anda dengan Ratu," kata Belza seraya memegang sebelah bahu Jeky untuk berpegangan.
"Oke! Aku akan ke dapur istanamu sekarang! Terima kasih lagi, Hallow!" kata Jeky begitu gembira.
Jeky berjalan pergi meninggalkanku dan Mocca sembari menggendong Belza. Bisa dibilang, mereka sedang pamer kemesraan. Aku kembali memandang Mocca. Menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya lagi. Aku menghirup rambutnya. Wangi.
"Padahal, dia menggunakan sampo beraroma yang sama denganku. Tapi, kenapa aroma rambutku dengan rambutmu jauh berbeda? Wangi sekali."
Diam melihat Mocca tertidur pulas di bahuku, mataku berkedip-kedip pelan saat menahan kantuk. Selama satu hari aku tidak tidur. Mocca juga terlihat kelelahan. Ini pertama kali aku tidak tidur sehari. Rasa kantuk ini terus menyerang hingga akhirnya mataku terpejam. Untuk saat ini, istirahat sebentar tidak ada salahnya, kan? Lagi pula, ini hari Minggu. Sekolah ditutup karena Minggu adalah hari libur. Itulah yang dikatakan Mocca padaku dan aku baru tahu tentang itu. Hari yang pas untuk beristirahat.
🎃
"Hallow, bangun! Aku bilang bangun! Sudah hampir malam!" suara Mocca yang berusaha membangunkanku, membuatku segera membuka kedua mataku yang masih terasa berat.
Sudah hampir malam? Waktu terasa sangat cepat berlalu.
Setelah kesadaranku sedikit lagi terkumpul penuh, aku menegakkan badanku dan mencoba melihat. Mataku masih terasa mengantuk. Susah payah aku membuka mataku dan melihat Mocca yang masih duduk di sampingku.
"Mocca, tidurmu enak? Selamat pagi," kataku memberikan senyumanku padanya.
"Sudah pagi apanya?? Ini sudah hampir malam! Apa kau tidak dengar?" balas Mocca. "Kau masih mengantuk? Sebaiknya tidur di kamar saja jangan di sini."
"Gendong aku, ya??" pintaku memelas.
"Kau tidak bisa berdiri? Maaf aku tidak bisa menggendongmu. Tapi aku bisa menyeretmu," jawab Mocca menatapku enggan.
Aku mencibir. "Jahat. Mocca jahat."
Mocca mengalihkan pandangan ke meja tak peduli dengan kata-kataku. Dia melihat sebuah kotak putih yang dibungkus rapi. "Apa isi di dalam kotak itu? Seingatku tidak ada benda kotak itu di meja."
"Oh, ini kue dari Jeky dan Belza. Mereka memberikan ini untukmu. Saat kau tidur, mereka mampir ke istana kita," jawabku menjelaskan.
Mocca mengangguk mengerti. "Untukmu juga, kan? Aku tidak mau kalau itu hanya untukku saja."
Aku terkekeh. "Tidak. Itu hanya untukmu."
Mocca menatapku tajam. "Tidak. Kau juga harus makan kue itu, Hallow. Aku lihat sejak pagi tadi kau tidak makan sampai sekarang. Apa kau tidak merasa lapar?? Baiklah, semua kue ini untukmu saja! Kau harus makan semuanya sampai habis! Kau suka kue kan aku tahu itu."
Aku berdiri dari kursi melihat Mocca membuka isi kotak itu dan mengeluarkan sebuah kue berlapis krim berwarna-warni tebal. Kue itu sangat besar dan bertingkat tiga. Terlalu banyak untuk aku habiskan sendiri. Aku memang suka kue, tapi, selera makanan penutupku juga sedang tidak baik. Gawat.
Mocca mengambil semua kue itu tanpa dipotong. Mengambil sebuah sendok bersih yang ada di dalam kotak kue itu. Menggali kue itu satu kali, lalu mengarahkan sendok yang sudah terisi sesendok kue itu kepadaku dengan senyum. Melihat kue itu ada di depanku membuat perutku terasa mual. Aku membungkam mulutku sendiri seraya menggeleng-gelengkan kepala. Mocca tersenyum dengan kedua alis yang mengerut.
"Ayo, Hallow. Suapan pertama dariku masa ditolak? Kau harus makan atau kau akan jatuh sakit!" bujuk Mocca dengan nada yang tegas. Masih menyodorkan sesendok kue itu di depan mulutku.
"Tidak mau," tolakku seraya menggeleng.
Mocca melangkah mendekatiku. Sedangkan aku mundur selangkah.
"Dimakan, Hallow."
"Ti-dak ma-u!!"
Mocca melangkah lagi. Aku pun mengambil langkah mundur lagi.
"DIMAKAN!"
"TIDAK MAU!"
Aku berlari kencang memasuki istana menghindari kue itu akan masuk ke dalam mulutku. Mocca juga ikut masuk mengejarku.
"Hella! Tolong pegangkan kue ini sambil ikuti aku berlari!" suruh Mocca kepada Hella pada saat Hella kebetulan lewat di depan Mocca.
"Baik, Ratu!" jawab Hella menerima kue itu dari tangan Mocca dan ikut berlari dengannya mengejarku.
Mocca pun kembali mengejarku dibantu oleh Hella yang memegang kuenya sambil berlari. Mereka tampak mengerikan dengan seringaian itu. Aku seakan dikejar oleh hantu Halloween.
"Ha! Dapat!" Tiba-tiba saja Ai dan Lof sudah mencengkeram kedua lenganku saat aku lengah karena sering melihat ke belakang dan tidak fokus ke depan.
"Hei! Lepaskan aku! Ini perintah!" titahku kepada Ai dan Lof.
"Jangan lepaskan dia! Ini perintah!" titah Mocca saat Ai dan Lof akan melepaskanku. Mereka menuruti perintah Mocca. mempererat pegangan mereka di kedua lenganku. Aku terjebak.
Mocca dan Hella sudah ada di depanku masih membawakan kue manis itu. Hella tampak sedang menahan tawa. Mocca menyodorkan sesendok kue itu lagi ke mulutku. Aku berusaha menutup rapat mulutku.
"Buka mulutmu atau aku akan menggelitikmu," suruh Mocca dengan ancaman yang membuatku menenggak salivaku dengan susah payah.
Aku menggelengkan kepala. Ya ampun jangan dikelitik. Aku tidak tahan jika dikelitik. Rasanya menggelikan dan kadang rasa geli di tubuhku agak lama untuk hilang. Terakhir aku dikelitik, sejak kecil Jeky menggelitikku hingga aku terjatuh dari kursi. Aku tidak ingin merasakan rasa geli itu lagi. Mengerikan.
"Oh, tidak mau? Baiklah kalau itu pilihanmu." Mocca meletakkan sendok tadi di pinggir kue. Menekukkan jemarinya, siap menerkam tubuhku.
"Jangan lakukan itu! Aku mohon!!"
"Tapi, kau harus makan semua kue itu."
"Hiks. Aku tidak mau makan!"
"Itu artinya kau harus dikelitik."
"Tidak ... jangan!"
Hella tertawa lepas melihatku ketakutan dan Mocca yang telah siap menerkam pinggang dan perutku untuk dikelitik. Mocca mengarahkan kesepuluh jemarinya ke tubuhku.
"AAAHAHAHAHA!! SUDAH MOCCA! BERHENTI!!!"
"Tidak akan sampai kau berniat memakan semua kue itu. Kalau kau tidak mau makan, aku akan menggelitikmu terus-menerus!"
"TIDAAAK!! AMPUNI AKU AHAHAHAHA!!!"
Ai dan Lof semakin mengeratkan pegangan tangan mereka. Aku tidak kuat menahan serangan Mocca. Serangan ini bahkan lebih mengerikan dibandingkan yang aku rasakan dulu. Aku menyerah. Ini terlalu geli buatku.
Dan suara Mocca adalah suara terakhir yang aku dengar ketika tubuhku sudah diambang batas.
"Eh? Pingsan?"
🎃 TO BE CONTINUE ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top