Chapter 2 : Gerbang

Mocca's PoV

Malam Halloween, masih berada di daerah kota Mejiktorn, tepatnya di depan istana milik Raja Hallow Mixolydian.

Sebuah istana yang begitu besar nan megah terhalang oleh gerbang yang sangat tinggi berwarna putih membentuk sayap malaikat dan ukiran buah labu bermuka pada bagian atas. Gerbang yang aneh.

Kereta labu yang aku dan Hallow naiki telah sampai di depan gerbang istana Hallow. Pengemudi kereta labu turun dari kursi kendara dan membukakan pintu untuk kami. Hallow keluar lebih dulu, setelah itu dia mengulurkan tangannya untuk mengajakku keluar. Aku menatap bingung.

"Kau benar-benar mengajakku ke istanamu?" tanyaku.

Ya, aku masih tidak percaya kalau Raja Mixolydian mengajak seorang gadis biasa tanpa kekuatan sihir ke istananya. Itu terlalu mustahil untuk dipercaya.

"Of course, My Lady," balas Hallow sambil meraih tangan kananku dan mengecup bagian punggung tanganku. "Mari."

Kenapa dia mencium punggung tanganku? Menggelikan. Ada-ada saja.

Aku mengangguk sekali dengan ragu dan keluar dari kereta sambil membalas pegangan tangannya. Si badut hantu itu kembali menutup pintu kereta lalu menghilang bersama dengan hilangnya kereta labu oleh sihir berglitter biru milik Hallow. Dia telah menonaktifkan sihirnya.

Tepat kami berdua berada di depan gerbang, tiba-tiba saja dua pasang gerbang itu menggeser secara berlawanan membuka jalan untuk masuk ke dalam lingkungan istana. Aku sedikit melongo dan takjub. Sedangkan Hallow, aku lihat ekspresinya marah. Lho? Kok marah?

"Beethov!! Greethov!! Sudah aku bilang kalian tidak boleh memasang energi sihir di gerbang!! Kalian berdualah yang harus membuka gerbangnya! Bukan dengan sihir!!" teriak Hallow memanggil dua nama yang sepertinya adalah penjaga gerbang.

Aku sedikit takut melihat Hallow marah. Lumayan mengerikan dibandingkan dengan hantu labu tanpa kepala. Kakiku sampai melangkah mundur. Hallow menoleh padaku, menyadari pergerakan mundurku. Dia tersenyum hangat padaku seakan sosok marah tadi bukanlah dia. Mengerikan.

"Kenapa kau mundur dariku? Jangan takut, aku hanya akan marah pada orang-orangku yang menggunakan sihir saat sedang bekerja. Mereka memang perlu diajarkan untuk tidak selalu bergantung pada sihir. Karena sihir, orang-orang jadi pemalas," kata Hallow padaku sambil kembali meraih tanganku.

Aku terkesima mendengar perkataan Hallow. Di sini, istananya, daerahnya, dia menggunakan satu peraturan yang membuatku takjub, yaitu tidak bergantung pada sihir saat sedang bekerja. Bukankah seorang penyihir itu setiap harinya selalu menggunakan sihir? Namun, orang ini membuat peraturan aneh seperti itu. Mungkin tidak aneh, melainkan ... mengesankan.

Dua orang lelaki kembar menghampiri Hallow dengan ekspresi ketakutan. Mereka sama-sama berambut jingga, tapi yang satu bermata biru dan yang satunya lagi berwarna hijau. Mereka memakai baju kemeja putih bercak darah tipuan, berdasi pita merah, dan celana panjang coklat berkantong dua. Mereka tidak menggunakan alas kaki seperti sepatu ataupun sendal. Kostum Halloween bertemakan zombi.

"Ma-maafkan kami, Yang Mulia Raja. Ka-kami lupa u-untuk menghilangkan energi sihir di gerbangnya. K-kami benar-benar minta maaf!!" kata lelaki yang bermata hijau sambil membungkuk 90°. Melihat kembarannya tidak menunduk maaf, tangannya otomatis menekan punggung kembarannya itu untuk ikut membungkuk. Mereka berdua membungkuk di hadapan Raja mereka.

Hallow menghela napas sembari memijat kening. Dia tampak pusing menghadapi si dua kembar identik. Setelah itu kembali bicara dengan tegas layaknya pemimpin.

"Baik. Kali ini kalian berdua aku maafkan. Hilangkan segera semua energi sihir yang ada di gerbang. Hari ini aku ada tamu. Jadi, berusahalah untuk tidak bersikap ceroboh. Ini Mocca. Jika kalian membuatnya merasa tidak nyaman, bersiap-siaplah." Hallow menggerakkan tangan secara horizontal tepat di depan leher. Kedua kembar identik itu menenggak saliva lantaran takut. Entah kenapa aku juga ikut melakukan itu.

"Segera kami laksanakan!!" kata keduanya sambil memberi hormat tangan di ujung kening. Lalu mereka berdua menoleh padaku. Aku sedikit tersentak.

"Hai, Nona Mocca! Namaku Beethov! Dan dia kembaranku, Greethov!" kata lelaki bermata hijau dan merangkul kembarannya yang bernama Greethov. "Senang bertemu denganmu!"

"Hai." Greethov terlihat datar saja. Berbeda dengan kembarannya, Beethov, dia terlihat begitu ceria.

"H-hai, hehe," balasku menyapa mereka berdua. Aku merasa gugup. Ini pertama kali ada yang mau memperkenalkan diri padaku. Perasaanku senang sekali. Aku tersenyum. "Senang sekali bisa berkenalan dengan kalian."

"Woah!! Nona Mocca kalau senyum cantik!!" seru Beethov berbinar melihatku. Aku tidak percaya ini. Tidak pernah aku mendapat pujian seperti itu. Di sekolah maupun di rumah, aku selalu diejek, dicela, dan ditindas.

"Hei, Nona Mocca, kau punya kekasih?" tanya Greethov begitu serius sekali menatapku. Aku hanya membelalak kaget, tidak tahu harus jawab apa. Lho? Kok aku bingung mau jawab apa? Bukankah aku tidak punya kekasih, seharusnya aku tak ragu ingin menjawab 'tidak'. Tapi, lidahku terasa kelu untuk mengatakannya. Aneh.

"Hei! Sudah selesai bicaranya. Kalian, kerjakan pekerjaan kalian sekarang!" kata Hallow membelakangiku untuk memutuskan pembicaraanku dengan kedua kembar.

Beethov dan Greethov berlenggang cepat ke arah gerbang untuk menghilangkan energi sihir. Aku kembali melihat Hallow tersenyum padaku. Dia masih memegang tanganku agar aku tidak kabur. Aku memang tidak berniat untuk pergi dari sini. Hanya saja, pegangan tangan yang terlalu lama membuatku sedikit risih. Tapi apalah daya, dia Raja dan aku hanyalah rakyat biasa. Apapun yang dia lakukan aku tidak akan menggubris, kecuali jika ingin menikah denganku. Aku masih bingung dengan ungkapan perasaannya atau bisa dibilang dia telah melamarku untuk menjadikanku sebagai istri sekaligus Ratu. Kalau aku menolak, aku tak ingin membuat dirinya sedih. Namun jika aku terima, aku tidak ingin menikah. Itu terlalu dini. Umurku masih 16 tahun.

"Aku juga ingin bertanya banyak hal padamu. Tapi, aku ingin satu pertanyaanku kau jawab lebih dulu sebelum kita masuk ke dalam istana. Kau punya pacar? Kekasih? Atau tunangan?" Hallow menatapku serius, sama saat Greethov menatapku dengan pertanyaannya.

"Tidak," jawabku cepat. "Bahkan untuk memiliki satu teman saja itu sulit sekali, apalagi untuk mencari pacar. Hidupku lebih dari sampah. Tidak ada yang mau mendekati sampah, apalagi sampah seperti aku."

"Itu tidak benar! Kau bukan sampah!" kata Hallow mengejutkanku. "Tidak mungkin kau tak memiliki teman atau siapa-siapa dalam hidupmu selamanya. Kau akan memiliki banyak teman! Kau tidak akan kesepian! Dan aku akan menjadi seseorang yang mendampingi hidupmu sampai akhir! Aku mencintaimu, Mocca!!"

Tes.

Lagi-lagi aku menangis. Sial. Kenapa ada yang mau bicara seperti itu denganku? Kenapa dia mencintaiku? Apa dia tidak mau menikah dengan gadis bangsawan saja yang bisa menjadi Ratunya di sini? Kenapa harus aku? Aku hanya gadis biasa, rakyat biasa, dan ... manusia biasa. Aku manusia biasa, bukan penyihir yang disebut sebagai penyihir terhebat di seluruh kota.

Hallow memelukku dengan kehangatan yang membuatku betah. Pelukan yang bisa membuat air mataku sirna dengan cepat. Mengelus rambut pirangku lembut. Dia ... seorang Raja yang baik dan juga tegas. Lelaki idaman semua wanita.

"Sudah aku bilang padamu, berhentilah menangis. Jangan membuatku merasa bersalah padamu. Kau membuatku juga ikut sedih."

Dasar aneh.

🎃TO BE CONTINUE ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top