Chapter 15 : Teman

Hallow's PoV

Mocca membalas genggamanku, mata biru tua itu sedikit ragu untuk bertatapan denganku. Aku menunggu suaranya, menunggu kata-katanya. Dia sedikit membuka mulutnya, namun setelah itu kembali tertutup. Apa yang ingin dia katakan telah membuatku sangat penasaran. Sekali lagi, dia membuka mulut untuk bicara, menyebut namaku.

"Hallow."

"Ya?"

Kembali diam, dia menutup mulutnya. Sedikit menunduk dariku, lalu menengadahkan wajah, menatap mataku dengan serius.

"Aku ... tidak ingin menikah."

🎃

Kini, mataku tertuju pada kembaranku di dalam cermin. Baju yang aku kenakan, kali ini lebih berbeda dari hari-hari yang lalu. Kemeja putih, dasi hitam, jas merah, dan celana panjang hitam. Setelah mengurus segalanya yang harus diselesaikan, akhirnya hari ini tiba juga.

Selesai mengecek penampilan, aku menyambar tas dan sepatu. Berjalan sedikit cepat menuruni tangga dan sampai di pintu istana yang telah terbuka lebar. Menampakkan cahaya pagi yang hangat juga menyilaukan. Langit cerah memberikan hari yang bagus untuk hari pertama. Ya, ini adalah hari yang bagus untuk pergi ke sana.

Kereta kuda telah disiapkan oleh pelayan-pelayanku. Pengemudi kereta kuda juga sudah siap di tempat. Di sisi lain, aku melihat Hella, Colla, Ai, dan Lof berdiri menunggu kedatanganku. Di dekat kereta kuda, ada Reo yang juga memakai baju yang sama denganku dan Mocca juga sudah siap dengan baju baru yang dia pakai dan tas coklat digenggamannya. Aku langsung berjalan menghampiri Mocca.

"Maaf telah membuatmu menunggu."

Mocca tersenyum. "Tidak apa. Kau sudah siap?"

"Tentu saja. Reo, kau sudah siap?" Aku menoleh ke arah Reo.

"Sudah siap, Yang Mulia. Saya akan menjadi pengawal untuk melindungi Ratu Mocca, sesuai yang Anda perintahkan," jawab Reo dengan bungkukkan. "Saya juga akan menjadi murid baru di sekolah Ratu dan sekelas dengan Raja dan Ratu, karena jarak adalah yang terpenting untuk keselamatan Ratu."

"Baguslah kau paham dengan tugasmu. Sampai kelulusan, tugasmu akan selesai dan kembali menjadi pelayan di istanaku. Kemudian, Beethov dan Greethov juga akan menjadi murid baru di kelas keesokkan harinya. Aku juga membutuhkan mereka berdua. Jadi, gerbang istana akan dijaga oleh Hella." Aku menoleh ke arah Hella.

Hella membungkuk hormat padaku dan Mocca. "Laksanakan, Yang Mulia."

Colla terus berkutik pada sapu tangan, mengusap air mata yang terus saja keluar deras dari matanya. Ai dan Lof sedang berusaha menenangkannya. Mocca menghampiri Colla dan memeluknya erat, membuatku dan Reo terkejut.

"Tidak apa. Sekolah hanya berlangsung sampai sore. Sore itu juga, aku, Hallow, dan Reo akan kembali ke sini, menemuimu lagi. Jangan khawatir, di sekolah damai. Tidak ada pertumpahan darah. Aku janji."

Colla membalas pelukan Mocca tak kalah eratnya, masih menangis deras seperti hujan lebat. "Maafkan saya telah lancang pada Anda, hiks!"

Aku, Reo, dan Ai tersenyum melihat pemandangan itu. Lof juga ikut menangis, cepat-cepat dia mengusap air matanya memakai celemek yang dia pakai. Hella hanya tersenyum tipis.

Sesuai yang Mocca harapkan, aku dan dia akan sekolah di salah satu sekolah di kota Mejiktron. Saat di ruang makan itu, Mocca telah mengatakan semua yang mengganjal dirinya. Semua perkataannya telah membuatku tenang.

🎃

"Aku ... tidak ingin menikah."

"Apa maksudmu, Mocca? Kenapa kau tidak ingin menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?"

Mocca memalingkan wajah. "B-bukan itu maksudku," dia memejamkan mata sebentar, lalu kembali menoleh padaku. "aku mencintaimu. Hanya saja, menikah terlalu cepat, Hallow. Aku ingin melanjutkan sekolahku. Walaupun, orang tua dan adikku masih menolakku, aku akan tetap berusaha menjalani hidup ini untuk menjadi orang yang sukses, membuat mereka berpikir kalau membuangku telah rugi besar."

Aku terdiam sebentar oleh tatapan serius itu. Suara deritan kursi yang aku duduki memecah keheningan saat aku beranjak. Tanganku meraih wajahnya, mendekatkan diriku padanya yang masih duduk di kursi. Dahiku telah sampai di dahinya yang berkeringat dingin. Membekukan dirinya melalui jarak yang begitu dekat. Aku bisa merasakan napasnya melambat. Mata birunya tengah menatapku lebar. Juga rona merah itu telah membuatku tahu, bahwa dia sudah mengatakan apa yang ada di dalam hatinya selama ini.

"Akhirnya, kau mengatakan keresahanmu padaku. Aku bisa tenang kembali, karena kau telah mengungkapkan semuanya. Jangan takut berkata apapun padaku, karena kau telah menjadi calon Ratu dan istriku, aku akan berusaha untuk membuatmu bahagia. Aku juga mencintaimu."

🎃

Setelah itu, aku juga pelayan-pelayanku menyiapkan segalanya yang berkaitan dengan sekolah. Mulai dari kepindahanku ke sekolah Mocca, kemudian Reo, Beethov, dan Greethov juga akan menjadi murid baru di sana sebagai pengawalku dan Mocca. Selesainya mengurus itu semua, kami pun telah siap dengan seragam sekolah dan tas sekolah berisi perlengkapan alat untuk belajar di kelas. Walaupun Mocca sudah menjelaskan semua yang dia tahu tentang sekolah umum, aku belum terlalu mengerti. Kenapa sekolah itu harus memakai baju seragam yang telah ditentukan di sekolah tersebut? Kenapa aku dan Reo memakai seragam yang sama? Bahkan sama juga dengan Mocca, namun perbedaannya dia menggunakan rok selutut, membuatku salah tingkah bahwa aku bisa melihat betapa putihnya kedua kakinya dengan jelas sekali. Biasanya, kedua kakinya tak tampak karena selalu memakai gaun panjang.

Di sekolah, ada banyak peraturan. Aku telah membaca semuanya. Reo juga membaca peraturan sekolah yang kami dapatkan melalui sekolah tersebut. Selain itu, tentang identitasku adalah seorang Raja, hampir semua penduduk berumur remaja tidak tahu kalau orang yang bernama Hallow Mixolydian adalah seorang Raja. Maka, aku tidak perlu repot-repot membuat identitas baru dan penampilan. Mungkin ada sedikit perbedaan, yaitu pada rambutku yang ditata lebih rapi, karena sekolah itu sangat mementingkan ketertiban.

Di dalam kereta kuda yang telah berjalan menjauh dari istana, Mocca mengeluarkan setengah badannya ke luar jendela, melambaikan tangan kepada pelayan-pelayanku yang masih berada di depan gerbang istana. Mereka juga melambaikan tangan, diikuti sapu tangan yang Colla pakai.

"R-Ratu, hati-hati! Anda bisa terjatuh!" Reo terlihat was-was dengan apa yang Mocca lakukan.

Aku tersenyum setelah Mocca merespon perkataan Reo. Dia kembali masuk dan duduk tenang di sampingku. "Hehe, maafkan aku. Mereka lucu. Sayang sekali kalau tidak membalas lambaian tangan mereka. Aku menyukai mereka semua. Kau juga, Reo."

Rona merah muncul di wajah Reo. Saat matanya melihatku, dia langsung menunduk dan kembali berkata. "Mohon ampun, Ratu. Saya hanyalah pelayan rendahan, tidak cocok mendapatkan hal di luar pemikiran saya. Bagi saya, menjadi pengawal Anda adalah sesuatu yang sangat saya syukuri dan banggakan, itu sudah lebih dari cukup."

"Apa maksudmu? Kau telah menjadi temanku. Karena kalian semua, aku bisa kembali tersenyum, karena kehangatan telah mengelilingiku sekali lagi." Mocca tersenyum lebar, membuatku dan Reo terdiam beku oleh perkataan sederhana itu.

"Kalau begitu," ucapku meraih tangan Reo dan menjabat tangan kanannya. "mulai sekarang, kita berteman, Reo." sambungku.

"Eh? Y-Yang Mulia, apa yang Anda lakukan? Saya tidak pantas menyentuh tangan Anda setitik pun. S-saya-"

"Kita ini sama. Tak ada yang bisa membedakan. Walaupun derajat kekuasaanku lebih tinggi daripada kau, aku tetap mengganggapmu sama denganku, karena kita adalah teman."

Reo menangis mendengar semua itu terucap di mulutku. Aku tersenyum dan mengelus punggungnya agar tenang. Mocca juga ikut tersenyum, membantuku menenangkan Reo dengan cara menyapu air mata menggunakan sapu tangan.

"Te-teman? Hiks. Te-terima kasih. Hiks. Mulai sekarang, kita adalah teman."

Selama dalam perjalanan menuju sekolah, kami menghabiskan waktu luang dengan bermain batu-kertas-gunting. Permainan aneh itu diidekan oleh Mocca. Dia sangat bersemangat saat memainkan permainan itu. Tapi, saat aku dan Reo mengalahkannya dengan tangan mengepal sebagai batu dan Mocca mengacungkan kedua jari sebagai gunting, dia merengut. Aku dan Reo tertawa melihat Mocca mengekspresikan kekalahannya itu.

Sampailah kereta kedua kami di depan sekolah yang cukup dibilang besar dan juga tinggi. Aku dan Reo lebih dulu keluar dari kereta, kemudian tanganku menyambut Mocca untuk segera keluar. Mocca menerima uluran tanganku dan melangkah turun. Setelah itu, kereta kuda itu pun meninggalkan kami, kembali berjalan menuju istanaku.

"Sekolah, aku datang." Gumaman Mocca, membuatku terhenyak sebentar. Dia berlari menuju depan gerbang sekolah, kemudian berhenti membelakangi gerbang yang terbuka, menatapku dan Reo dengan wajah yang begitu bersemangat. "Selamat datang di Akademi Housran!!"

🎃TO BE CONTINUE ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top