Chapter 11 : Jawab
Mocca's PoV
Malam Halloween pun berlalu lambat namun berjalan terasa cepat, hingga pagi pun datang membawa hari yang tidak bisa aku duga seperti dulu.
Ya, dulu.
Pada malam itu, lebih tepatnya saat orang-orang tengah merayakan hari Halloween, pada saat itu juga hampir seluruh kota mengenalku sebagai seorang penyihir tanpa memiliki kekuatan sihir.
Mereka tidak tahu, selama ini sihir telah menyesatkan mereka yang selalu melebih-lebihkan penggunaan sihir secara tak sadar.
Mungkin memang hanya aku yang tidak dianugerahi sihir. Takdir memilihku untuk dijadikan sebagai bahan hinaan semua orang. Singkatnya, aku disebut sebagai manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan sihir apapun.
Sihir biasa atau pun sihir yang hanya bisa digunakan pada satu keadaan saja. Menurut buku pelajaran sihir yang pernah aku baca di perpustakaan sekolah, sihir terbagi menjadi dua jenis, antara lain sihir biasa dan sihir khusus.
Sihir biasa adalah kekuatan sihir yang bisa dikatakan sihir yang terbilang biasa saja, namun jika pemilik menginginkan sesuatu yang lain, bisa saja sihir itu biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. Contohnya Hallow menggunakan sihirnya untuk memunculkan kereta labu kemudian menghilangkannya setelah digunakan. Lalu Pangeran Jeky menghilangkan dirinya dan pergi ke tempat yang dia mau. Tidak lupa menyebutkan sebuah mantra yang berguna untuk mengeluarkan kekuatan sihir mereka.
Sihir khusus adalah kekuatan sihir yang hampir sama persis dengan sihir pada umumnya. Ada dua faktor yang membuat sihir ini berbeda, antara lain dari segi penggunaan dan kegunaan. Sihir ini tidak perlu menyebutkan mantra apapun. Jika pikiran menginginkan sihir itu keluar, maka keluarlah sihir itu. Sihir ini hanya punya satu kegunaan tersendiri sesuai dengan bakat pada setiap penyihir yang mendapatkan sihir khusus. Dengan kata lain, sihir khusus hanya mempunyai satu fungsi dan tidak lebih.
Baru saja aku membuka kedua mata dan tengah mengumpulkan kesadaran, aku langsung disuguhi oleh pemandangan pagi hari yang tak biasa. Lantas aku bangkit dari rebahan dan melotot kaget. Apa yang telah aku lihat?
Hallow dan ... siapa nama lelaki berambut kuning keemasan itu? Aku lupa namanya. Mereka tengah beradu pedang, namun tidak lihat tempat.
Masih dalam posisi rebahan, Hallow tengah bersusah payah menahan pedang lelaki yang berada di atasnya itu dengan pedangnya. Mereka terlihat sedang mengadu kekuatan pedang masing-masing.
"Kau curang, Jeky! Mengajakku bertarung tapi seperti ini, kah, peraturan barunya? Bertarung di mana pun dan kapan pun kau mau?" ucap Hallow.
Oh iya, namanya Jeky. Jeky Phrygian.
"Kaulah yang curang! Aku pikir tidak ada senjata di sampingmu! Terutama di bawah kolong tempat tidurmu!" balas Jeky sambil tetap mendorong pedangnya ke pedang Hallow. Seketika Hallow tersenyum asimetris.
"Aku memang selalu menyediakan satu pedang di kamar. Selain di kamar, aku juga menyiapkan satu pedang di ruangan lain. Kecuali dapur, karena senjata di dapur adalah pisau dan alat penggorengan. Jadi, kau tak bisa berbuat curang dalam hal pertarungan padaku," ungkap Hallow tampak meangkuhkan diri.
Hallow mendorong pedangnya lebih kuat, diikuti badannya yang mulai bangun sedikit demi sedikit. Sedangkan Jeky mulai kesusahan, terlihat dari ekspresinya berubah tidak santai. Sampai pada akhirnya, Hallow menang kuat dan menebas pedang lawan, Jeky melompat turun menjauhi serangan Hallow yang terbilang cepat dan kuat itu.
Jeky menyimpan pedangnya ke sarung pedang di sebelah pinggang kiri, kemudian mengeratkan jas putih yang masih saja terdapat bercak darah. Hei, bukankah hari Halloween sudah selesai?
"Hiiy," ucapku ngeri melihat sebelah jas putihnya itu.
Hallow mendekat dan membelakangiku sambil membentangkan pedang ke arah Jeky sedang mengatur napasnya yang sedikit tersenggal karena pertarungan singkat tadi.
"Kalau kau ingin berkeinginan bertarung denganku, sebaiknya jangan buat Mocca ikut terbawa dalam pertarungan ataupun permainanmu hari ini," ucap Hallow tajam.
Jeky memasang tampang bingung sambil memiringkan kepala kayak orang linglung. "Lho? Kenapa jangan? Kalau dia tidak dibawa, tidak seru, dong!"
"Masa bodoh tidak seru, kek tidak menyenangkan, kek, kau tidak akan mengerti! Apapun keadaannya, aku akan selalu mengutamakan keselamatan dan kenyamanan Mocca! Oh ya, satu hal lagi," ucap Hallow menjeda sebentar, mengambil napas baru, dan kembali bicara. "KAU BISA KELUAR DARI KAMARKU???"
"Whahaha! Tentu saja, Yang Mulia Raja. Lagi pula aku tak akan mengganggu hari pagimu bersama gadismu itu. Ah, namanya Mocca, ya? Nama yang unik," balas Jeky sambil membungkuk hormat, kemudian menyebutkan sebuah mantra. "Teleporda!"
Hanya menyebutkan satu mantra dan sedikit mengeluarkan kekuatan sihir, dia menghilang di tempat dan pergi entah kemana.
Hallow menurunkan pedang dan menyimpannya ke sarung pedang, lalu meletakkan pedang itu kembali ke bawah kolong tempat tidur. Setelah itu, dia kembali menghampiri dan memeluk badanku, lebih tepatnya dia mendaratkan kepalanya ke dadaku.
"Aku mimpi buruk," kata Hallow lirih. "Buruk. Mimpi yang paling buruk yang pernah aku mimpikan dalam tidurku."
Aku memutuskan tidak menjauhkannya dariku setelah mendengar kata-katanya. Mimpi buruk memang tidak enak. Aku sering sekali bermimpi buruk sewaktu tinggal di rumahku. Hanya saja, kali ini aku tidak memimpikan apa-apa. Atau mungkin aku yang lupa.
"Lalu?"tTanyaku meminta kelanjutan.
"Jika itu hanya sekadar mimpi buruk, menurutmu apa aku harus khawatir?"
"Untuk apa kau khawatir? Itu hanya mimpi. Jika kau mendapat mimpi buruk, artinya kau terlalu memikirkan sesuatu yang membuatmu risih dan akhirnya malah menjadi mimpi yang tidak mengenakkan. Kau harus berpikir tenang. Itulah cara satu-satunya."
"Tapi, mimpi itu terus saja terngiang dalam benakku. Bagaimana caranya aku bisa tenang?? Aku takut, Mocca."
"Memangnya kau mimpi apa sih, kok, ketakutan sekali sampai memelukku begini? Sebaiknya kau peluk boneka-boneka kelincimu bukannya aku yang dipeluk! Kau habis mimpi apa? Para hantu malam Halloween yang tengah mengejarmu?"
"Bukan."
"Terus?"
Dia berdiam sebentar. Tangannya meraih tangan kiriku. Memegang jemariku dan mengelusnya dengan gerakan jempol. Dan mendadak saja dia menggenggam tanganku dengan erat.
"Aku melihatmu berjalan menjauh dariku. Kau pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Menjauhiku hingga kau hilang tak membiarkanku mampu mengejarmu. Sampai pada akhirnya aku terbangun. Mimpi buruk hampir saja akan membunuhku. Aku berharap mimpi itu takkan terjadi, karena aku tidak bisa kehilangan dirimu. Kau berhasil mengambil hatiku. Kau tahu, aku sangat mencintaimu. Jangan pernah meninggalkanku."
"Aku tak paham. Kenapa diantara banyak wanita yang menginginkanmu, kau memilihku? Aku bahkan tidak punya apapun untuk membuatmu terkagum padaku. Sihir saja aku tidak punya. Seharusnya, kau juga ikut membenciku bersama dengan penduduk kotamu dan mengusirku dari sini. Bukannya mengatakan kau mencintaiku. Kau aneh. Aku tidak memiliki kekuatan sihir sepertimu dan yang lainnya, sama sekali tidak cocok jika berada di sampingmu, Hallow. Kau orang penting dan juga bangsawan. Sedangkan aku adalah orang dari penduduk kota biasa yang hanya menginginkan diriku mempunyai satu orang teman. Kau menginginkanku, tapi aku—"
"AKU MENCINTAIMU APA ADANYA!! AKU TIDAK PEDULI SEBERAPA BESAR KEKURANGANMU! KAU DIBENCI BANYAK ORANG, TAPI AKU TIDAK AKAN PERNAH SUDI MEMBENCIMU WALAUPUN KAU YANG MENYURUHKU UNTUK IKUT MEMBENCIMU! BIARKAN AKU MENCINTAIMU!! BIARKAN AKU MENJADI ORANG YANG SELAMA INI KAU CARI! TETAPLAH DI SAMPINGKU! JANGAN PERGI! Aku mohon—" Hallow memekik padaku sambil masih menyandarkan kepalanya ke dadaku. Lalu, kembali bersuara yang amat lirih. "—jangan pergi."
Setelah dia memotong kata-kataku yang belum tuntas dan mendengar pekikannya yang begitu jelas melebarkan pendengaran, aku hanya bisa membeku dalam diam. Tangan kiriku juga masih digenggamnya. Membiarkannya tenang dulu sampai aku menemukan waktu yang tepat untuk membalas kata-katanya.
"Jawab aku, Mocca."
"Eh?"
Apa yang harus aku jawab? Apa dia tadi bertanya? Apa yang barusan dia tanyakan?
"Jawab kata-kataku. Katakan sejujurnya padaku."
Aku terdiam bisu dalam kebingungan. Jujur tentang apa? Aku harus menjawab apa??
Dia mengangkat kepalanya berhenti memelukku, menatapku lekat, dan kembali bersuara. Mengucapkan beberapa kata yang membuatku tahu apa yang sebenarnya dia maksud.
"Apa kau mencintaiku?"
🎃TO BE CONTINUE ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top