Wonder Women
Siapa sangka kelakuan jahat kakak tiriku terus berlanjut? Penyihir itu tidak pernah absen menyiksaku. Caranya menyiksaku bukan secara fisik tetapi lewat kelakuannya yang kelewat nakal.
Aku mulai tidak percaya dengan perkataan Bi Ani, Tante Lily, Pak Anu bahkan perkataan Ayahku yang mengatakan bahwa kakak tiriku adalah orang yang baik dan penyayang. Penyihir itu jauh dari kata baik.
Pernah saat aku berada di kantin, kakak tiriku. Bukan. Maksudku, penyihir jahat itu dengan sengaja melemparkan cicak kearahku. Tentu saja aku dan teman-temanku berteriak. Gimana nggak teriak? Saat sedang asik-asiknya makan, ada cicak terbang dan mendarat dengan mulus di piringku. Aku benar-benar geram saat itu, tetapi aku masih menenangkan diriku agar tidak marah-marah didepan umum. Aku tidak mau penyihir itu dicap sebagai kakak yang jahat. Apa aku terlalu baik?
Pak Anu--dengan keputusan ayahku--mengatakan bahwa aku harus berangkat bersama dengan penyihir jahat itu. Tentu ini bukan hal yang baik untukku. Benar. Dari rumah memang aku satu kendaraan dengan penyihir jahat itu, tetapi saat ditengah jalan? Aku diturunkan. Aku disuruh mencari kendaraan umum.
"Turun lo, enak aja lo naikin si cantik. Lo pikir gue supir lo ha? Dasar anak manja!"
Itulah kata-kata yang selalu aku terima akhir-akhir ini disaat pagi.
Ya, dengan berat hati, tanpa menolak aku turun dari motornya. Entah disengaja atau tidak, penyihir itu selalu menurunkan aku dipinggir jalan dimana jalan itu selalu dilewati oleh Debby. Dan ya, akhirnya aku selalu berangkat bersama Debby.
Di sekolah, aku selalu siap menerima perlakuan jahat sang penyihir. Pernah suatu waktu, aku memasuki kelasku setelah dari toilet, dan aku mendapati semua buku pelajaranku tertempel rapi di dinding seperti lukisan. Aku hanya bisa menghela nafas dan berfikir, kenapa gitu penyihir itu punya ide senakal ini?
"Len, siapa sih sebenernya dalang dibalik semua ini? Kenapa kamu selalu dapet masalah? Kamu nggak mau apa bilang ke guru BP buat ngusut ini semua?"
Aku hanya bisa menggeleng dan terus menggeleng ketika Debby mempertanyakan siapa dalang dibalik ini semua. Bukannya aku tidak mau terbuka. Aku hanya tidak ingin nama baik penyihir itu tercoreng. Aku tidak mau Tante Lily marah dengan kelakuan anaknya. Aku juga tidak mau penyihir itu semakin jahat mengerjai aku.
Sepertinya memang terlalu bodoh jika aku membiarkan penyihir itu terus menganggu aku. Harusnya aku melawan penyihir itu. Harusnya. Tapi aku terlalu takut. Yang bisa aku lakukan hanya menatap geram kearah penyihir itu.
++++
Sepulangnya dari sekolah, aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Belum ada dua puluh menit aku berbaring, pintu diketuk dengan keras. Aku tau pasti penyihir itu yang mengetuknya. Tidak ada orang dirumah ini yang seanarki dia. Terpaksa aku harus membuka pintu itu, aku tidak mau dia terus-terusan menggedor pintu kamarku dengan keras. Bisa-bisa pintu itu rusak. Kan kasian pintunya.
Ketika pintu itu terbuka, aku hanya mendapati muka masam milik penyihir yang lebih tinggi dariku. Berharap mendapatkan senyum manisnya? Mustahil.
"Lo dapet undangan dari Tom. Dia ulangtahun hari ini. Lo harus dateng dengan dress code super hero. Acaranya nanti malem jam enam di Queen of Resort Parangtritis. Dan lo boleh bawa si keren. Tapi inget jangan sampai lecet!"
Setelah berbicara dengan kecepatan yang tidak biasa, penyihir itu melangkah pergi ke dapur. Sedangkan aku masih terdiam ditempatku berdiri. Nggak ada jebakan kan?
Karena aku tidak mau dijebak, aku harus menanyakan ini ke Debby. Aku kembali memasuki kamarku dan meraih ponsel di meja belajar. Aku menekan sederetan nomer dan menunggu orang diseberang sana mengangkatnya.
"Halo ada apa Len?"
"Halo, Deb, kamu dapet undangan dari Kak Tom anak kelas dua IPA2?"
"Iya dapet, kenapa?"
Aku menghela nafas lega, berarti aku tidak dijebak.
"Nggapapa kok, yaudah, see you there ya."
Setelah menutup telepon, aku memutuskan untuk mandi, aku ingin mencari dress code untuk aku pakai nanti malam. Masih ada banyak waktu untukku mencari kado dan pakaian.
++++
=Y O E L=
Hari ini adalah hari yang special bagi Tom. Dia genap berumur delapan belas tahun. Tom memang yang paling tua diantara aku dan Cat.
Birthday party Tom adalah yang paling ditunggu oleh para penghuni SMA Berbudi. Gimana tidak? Tom selalu mengundang seluruh penghuni SMA Berbudi untuk datang ke partynya. Tidak terkecuali para guru. Aku sih tidak heran, karena Tom memang terlahir dari keluarga kaya yang memiliki banyak resort dan bar yang tersebar di seluruh Indonesia.
Saat ini aku sedang mencari kado untuk Tom bersama dengan Cat. Aku memutuskan untuk memberikan Tom, Jersey original milik Stephen Curry. Pemain basket favoritnya. Tom sudah sejak lama menginginkan jersey itu tetapi dia belum dapat merealisasikan karena dirinya yang laper mata.
"El, kurcaci lo bakal dateng nanti malem?"
"Iya dateng, gue suruh dateng."
"Kenapa?"
"Nggapapa, pengen aja."
"Kurang-kurangin deh jahatnya El, nanti lo kena karma loh."
Aku hanya mengangkat bahuku, tidak peduli dengan ucapan Cat. Setelah selesai memilih kado, aku memutuskan untuk pulang.
++++
Aku datang dengan memakai t-shirt putih polos dengan kemeja biru bermotif daun sebagai luarannya yang aku padukan dengan celana jeans putih serta sepatu converse yang berwarna senada dengan celana.
Sebenernya dress code yang dipakai bukan super hero melainkan casual. Aku sengaja menipu si bodoh beasty. Nggak ada hal yang lebih menyenangkan dari mengerjai orang bodoh semacam beasty.
Saat sedang asik menikmati segelas cocktail. Lenganku disenggol oleh Cat. Aku menoleh.
"Itu kerjaan lo pasti?"
Aku mengikuti arah pandang Cat, dan aku mendapati beasty datang dengan memakai kostum wonder women. Aku hanya bisa tersenyum puas. Dasar bodoh.
"Kokeshi akhirnya lo dateng juga."
Tom menghampiriku setelah dia menyalami beasty.
"Lo jahat banget El, itu kurcaci lo pasti malu banget."
"Selagi masih bisa menikmati hidup. Gue bakal bikin dia nggak tenang."
Cat dan Tom hanya mengelengkan kepala tidak mengerti dengan jalan pikiranku.
Mataku masih menangkap sosok beasty yang sedang berjalan dengan menundukkan kepala. Semua mata memandang kearahnya. Ada yang bisik-bisik, ada juga yang terang-terangan mengejek dan menertawakan beasty karena salah kostum.
Beasty duduk dikursi kayu yang menghadap langsung kearah pantai selatan. Saat dia menikmati view pantai, ada seorang lelaki yang tidak aku kenali sedang berjalan mendekati beasty. Kemudian laki-laki itu melepas jaketnya lalu memberikan jaket itu untuk dipakai beasty.
Kulit putih beasty tidak dapat menyembunyikan semburat merah yang tercetak dipipinya.
Dia malu?
Ada rasa tidak terima melihat kedekatan beasty dengan lelaki itu. Selang beberapa menit, aku melihat Debby berjalan menghampiri mereka.
"Kenapa lo? Nggak terima adek lo dideketin cowok? Ngerasa tersaingi lo?"
Perkataan Cat berhasil membuatku kembali ke duniaku. Aku memalingkan pandanganku kearah lain.
"Ngawur aja lo! Ngapain gue merasa tersaingi? Sekali kedip, cowok bakal klepek-klepek sama gue!"
"Mana mungkin ada cowok yang doyan sama lo, yang ada cewek yang klepek-klepek sama lo."
Aku tidak mau mendebat Cat. Aku memilih untuk bungkam, tidak mau menanggapi Cat yang makin ngawur.
Tom yang sedari tadi mengobrol dengan Pak Mika, tiba-tiba menghampiri aku dan Cat untuk ikut nimbrung dalam percakapan kami. Hei pak Mika dateng?
"El sebagai kawan baik lo, gue cuma pengen ngasih tau. Kalo laki-laki yang berada disamping kurcaci lo itu nggak baik. Dia pernah sempet deket sama adek gue. Dan ya, kelakuannya minus. Pikirannya cuma disebatas dada sama selangkangan. Ati-ati aja."
Mendengar nasihat dari Tom, aku sedikit tertegun. Apa harus aku memberitahu beasty kalau laki-laki yang sedang bersamanya itu jahat? Ah tapi pasti dia bisa liat mana laki-laki baik, mana laki-laki jahat. Ah ya kalau dia bisa bedain kalau nggak? Dia kan gadis manja nan bodoh yang pernah aku temui. Ah kenapa aku jadi pusing sendiri mikirin hal yang nggak ada untungnya buat aku?
"Ah bukan urusan gue, mau dia dideketin orang jahat kek baik kek. Itu hidupnya dia, gue nggak peduli."
Tom dan Cat saling pandang. Sedangkan aku? Kembali menatap kearah beasty. Gadis itu terlihat senang dengan kehadiran lelaki disampingnya.
Si pendek itu nggak bodoh kan?
======================
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top