Rencana Liburan

=Y O E L=

Kemarin adalah hari ulang tahun beasty, aku berhasil menjalankan peranku sebagai seorang El yang acuh tak acuh, meski sebenarnya aku tidak kuasa melihatnya bersedih.

Aku sangat senang karena rencanaku berhasil dengan mulus. Itu semua juga tidak akan berhasil jika bukan karena bantuan Sakti. Sakti memang kawanku yang paling luar biasa.

Dan aku sudah tahu, pasti kalung itu akan sangat cantik jika dipakai oleh beasty. Sebenarnya kalung itu adalah milik Mama. Dulu waktu aku masih kelas tiga SMP, tepat saat aku sudah selesai menempuh ujian nasional, Mama memintaku membelikan hadiah anniversary untuk Papa, karena waktu itu adalah hari spesial bagi mereka berdua.

Lalu dengan ditemani Pak Anu, aku memutuskan untuk membelikan cincin emas putih yang diukir dengan tulisan 'Mo Cuishle' dibagian dalam cincin. Waktu itu aku sangat berharap agar cinta kedua orangtua ku tetap membara sampai akhir hayat mereka.

Tetapi ternyata aku salah, harapanku tidak menjadi kenyataan, karena ketika aku ingin memberikan cincin itu, aku mendapati Mama sedang duduk ditepian kasur sambil menangis sesenggukan. Dan dari situ aku tau Papa adalah dalang dibalik kesedihan Mama.

Pada akhirnya, aku menyimpan cincin itu untuk diriku sendiri karena Mama telah lupa dengan cincin itu. Dan sekarang cincin itu sudah berubah menjadi kalung yang indah dipakai oleh seseorang yang sangat indah pula.

Sepulang dari cafe, beasty masih sangat senang dengan kejutan yang aku berikan. Karena saking senangnya dia memintaku untuk menemaninya tidur. Dengan tidak menolak, aku mengiyakan. Di malam yang dingin, ditemani lampu meja bercahaya tidak terlalu terang, beasty menyenderkan kepalanya di dadaku, tangan kirinya melingkari perutku.

"Makasih ya El."

Aku menghela nafas, ditengah-tengah kesadaranku yang masih tersisa lima belas watt ini, beasty terus saja mengucapkan kata terima kasih. Ini sudah yang ketiga kalinya. Sungguh aku lelah mendengar kata terima kasih darinya.

"Iya sama-sama, kamu udah tiga kali loh bilang makasih ke aku waktu di cafe, didalam mobil dan sekarang sebelum tidur. Please ya, sekali aja udah cukup kok."

Gadis itu melonggarkan pelukannya, lalu menatapku. Mengapa aku bisa jatuh hati dengan gadis imut ini?

"Ya nggakpapa dong. Ternyata kamu orang yang baik ya. Kenapa nggak dari dulu aja kamu baik kayak gini?"

Aku menghela nafas, sebenarnya aku ingin memejamkan mataku. Aku butuh tidur. Sungguh.

"Dari dulu aku emang baik, kamu aja yang baru tau sekarang."

Dia mencibir, lalu kembali mengeratkan pelukannya. Aku memejamkan mataku, satu tanganku yang terbebas mengelus rambutnya dengan pelan. Aku tau beasty memang pelengkap dalam hidupku.

Aku tidak tau apa yang akan terjadi jika beasty tidak ada disamping ku, tidak ada diwaktu aku membutuhkan dirinya, tidak ada ketika aku bersedih. Ah mengapa aku terlalu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi, 'kan?

++++

Ujian akhir semester yang sangat menyusahkan telah selesai. Kini saatnya menyambut kedatangan hari libur. Ah aku sangat menantikan hari libur. Sepertinya dulu aku tidak suka hari libur ya? Mengapa sekarang aku jadi suka? Kalian pasti sudah tau jawabannya ya? Ya, betul. Karena ada beasty yang melengkapi hariku.

Nilai akhir yang aku terima untuk semester ini terbilang cukup memuaskan, yah memang aku tidak begitu pintar di bidang akademik, nilai ku jatuh di tiga mata pelajaran, yaitu; Fisika yang rumit serumit hidupku, juga Matematika yang sangat menyusahkan seperti beasty jika sedang PMS, dan tidak ketinggalan IPS si pelajaran yang sangat membosankan seperti ceramah Ibu Kepala Sekolah di tiap upacara yang diadakan.

Ya, jika boleh memilih aku ingin ketiga mata pelajaran itu dilenyapkan dari hidupku. Belajar menghitung uang tidak harus menggunakan rumus bukan?

"Kalian liburan mau pada kemana?"

"At home, maybe."

"Kalo lo El?"

Pacaran mungkin. Sangat tidak mungkin aku berkata seperti itu ke kedua temanku yang sangat bawel. Pasti mereka akan heboh sendiri ketika mengetahui aku menjalin hubungan dengan adik tiriku. Oh ralat, beasty itu bukan adikku.

"Emm, entahlah."

Sekarang kami bertiga sedang duduk manis didepan kelas, hari ini jadwalnya untuk menerima rapot. Di SMA Berbudi ini memang rapot diambil sendiri oleh murid bukan wali murid. Jadi hari ini kami tidak tau mau ngapain setelah menerima hasil belajar kami.

Ohya, btw, Cat mendapat peringkat kedua di kelas kami. Gadis itu memang setingkat lebih maju daripada aku. Sedangkan Tom, dia selalu berada di peringkat kelima. Sepertinya lima adalah nomor hokinya.

"Liburan ke Lombok, yuk?"

Secara serentak, aku dan Cat menoleh menatap Tom. Siapa yang tidak mau liburan gratis ke Lombok? Pasti semua mau 'kan?

"Berangkat udah kalo lo yang bayarin akomodasinya Tom!"

"Kali ini gue setuju sama lo El!"

Aku dan Cat ber-high five, sedangkan Tom mencibir.

"Oke, tapi khusus buat El, kalo lo mau ajak kurcaci, dimohon untuk mengeluarkan biaya sendiri."

Meski aku tidak suka dengan kalimat terakhir Tom, tapi aku tetap mengangguk. Dia tau aja kalau aku bakal mengajak beasty.

"Dua hari lagi kita berangkat. Kita ketemu di bandara aja, dan please banget jangan sampai ada yang telat. Kita berangkat jam sepuluh pagi. Sampai salah satu dari kalian telat, gue tinggal!"

"Sejak kapan lo jadi taat aturan gini Tom? Biasanya lo yang hobi telat."

"Kalo nggak ada Alfon gue bakal nelat, dia ikut jadi yaaa harus on time."

"Dasar kardus."

"Hahahaha...."

Dan akhirnya kami pun tertawa menertawakan kelakuan Tom yang takut dengan pacarnya itu. Memang sudah menjadi kebiasaan kami jika libur kenaikan kelas menjelang, kami akan mengisi dengan kegiatan hangout bareng. Kali ini Tom menjadi sponsor liburan kami. Yeay!

++++

=L E N A=

"Dua hari lagi kita bakal ke Lombok, tolong batalkan janji yang ada untuk seminggu ke depan."

Tiba-tiba saja Kak El duduk disampingku yang sedang asik menonton Larva dan mengambil Lays-ku lalu memakannya dengan santai. Dia baru saja pulang dari sekolah karena outfit-nya masih putih abu-abu.

"Yah, aku udah ada janji sama Debby."

Dia menoleh, mengerutkan keningnya.

"Cancel please."

"Ih nyuruh, nggak mau!"

Sekarang Kak El menatapku dengan tatapan dinginnya. Aku tersenyum malah seperti menahan tawa. Karena sebenarnya aku tidak ada janji dengan Debby, aku hanya ingin mengerjainya saja.

"Please jangan bikin gue kesel. Cancel aja, pasti Debby nggak bakal marah."

"No! Aku nggak mau!"

"Oke, terserah!"

Kali ini Kak El benar-benar sudah terpancing emosinya, dia berdiri hendak meninggalkan aku. Tetapi sebelum itu aku menahan lengannya.

"Lepasin!"

Aku belum pernah bilang ya? Meski Kak El berpenampilan seperti laki-laki, tetapi Kak El ini sangat perempuan banget jika dia sedang marah, aku baru tau sifatnya itu ketika aku sudah mengenalnya lebih dekat.

Mungkin memang sejak dari awal pertemuan dia bersikap dingin, dan suka marah-marah, ternyata itu hanya kamuflase yang dia lakukan karena merasa aku ini mengancam ekosistemnya. Ketika aku sudah mulai dekat dengannya, dia akan menampilkan sikap aslinya, dan marah-marah yang menyeramkan seperti diawal cerita itu ya cuma awal. Nyatanya sekarang dia sedang marah tetapi tidak marah dalam arti sesungguhnya. Ah apa sih yang aku bicarakan? Apa kalian paham? Tidak? Oke lanjutkan.

"Lepasin gue bilang!"

"Ih serem, jangan marah-marah nanti cepet tua."

"Bodo amat!"

Dengan sekali hentakan, bukan tanganku yang terlepas dari tangannya tetapi malah aku yang menjadi berdiri berhadapan dengannya. Aku lupa kalau kekuatanku itu tidak ada bandingnya dengan kekuatan Kak El.

Kak El masih memperlihatkan mimik muka marahnya. Aku tidak bisa memalingkan mataku dari tatapannya, meski tatapan matanya dingin tetapi aku tau dia tidak sungguh-sungguh dengan tatapan matanya. Kak El sangat tau kalau aku tidak suka dengan tatapan dinginnya.

Detik berikutnya, seperti terhipnotis, bibir kami saling menyapa. Rumah ini seperti milik kita berdua. Memang sekarang rumah ini dalam keadaan sepi, karena Pak Anu dan Bi Ani sedang ke pasar.

Aku menikmati setiap sentuhan bibir Kak El, entah mengapa aku menjadi kecanduan juga dengan bibirnya yang ranum. Mungkin otakku mulai tidak waras, mungkin akal pikirku juga mulai hilang. Bagaimana bisa aku menjalin hubungan dengan kakak tiriku sendiri? Terlebih lagi dia adalah perempuan.

Sentuhan bibirnya mulai nakal, aku merasakan bibir itu berada di leherku. Dia bermain-main disana. Dengan posisi masih berdiri, satu tangan Kak El mulai melingkari pinggangku. Dan satu tangannya lagi mencoba masuk kedalam kaosku.

Saat tangan itu hendak melepas kaitan didalam kaosku, suara pintu garasi terbuka. Dengan sigap aku melepaskan diri dari Kak El. Untung saja aku masih memiliki kesadaran. Jika tidak, aku tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini.

"Maaf, aktifitas harus berhenti sampai disini. Aku tidak mau Bi Ani kumat jantungnya karena melihat sikap agresifmu."

Aku merapikan kaosku lalu duduk disofa bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sedangkan Kak El masih berdiri, mungkin dia sedang mencerna apa yang sedang terjadi. Detik berikutnya ketika Bi Ani masuk kedalam rumah dan menyapa, Kak El baru tersadar dan lari meninggalkan kami.

Aku suka ketika dia sedang dirundung rasa malu. Disitulah letak kelucuan dari seorang Lovata Yoel.

"Itu Non Lova kenapa? Kok lari gitu pas liat Bibi?"

"Nggak tau Bi, mungkin kebelet pipis."

"Haduh, dasar anak itu."

Bi Ani geleng-geleng kepala, lalu pergi ke dapur. Sedangkan aku hanya tersenyum mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Gimana jadinya ya kalau Bi Ani tadi lihat kelakuan kami berdua? Ah aku jadi kasian jika Bi Ani benar-benar melihat itu. 

Hihi....

===================

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top