Kopi Joss Dan Teh Tarik

=Y O E L=

Aku terbangun ketika mendengar suara jam weker yang tidak pernah santai untuk membangunkan seseorang. Aku duduk di tepian kasur sambil merentangkan kedua tangan. Pagi ini aku merasa sangat bahagia, rasanya semalam aku bermimpi sangat indah.

Untuk beberapa menit aku baru menyadari ada yang salah dengan kamarku. Tembok kamarku tidak dicat warna biru, dinding kamarku juga tidak banyak lukisan seperti ini. Ruangan ini didominasi warna biru dan putih. Aku menghirup aroma ruangan ini dalam-dalam. Coklat.

Seketika mataku terbelalak, menyadari sesuatu.

Coklat? Jangan bilang ini kamar beasty.

Aku mengedarkan pandanganku. Dan ya, aku memang berada di kamar gadis itu.

Shit. Apa yang telah aku lakukan?

Aku bangkit dari kasur melangkah ke arah pintu keluar, baru beberapa langkah, seorang gadis yang imutnya overload keluar dari kamar mandi dengan handuk yang meliliti tubuhnya.

Oh God, she is damn so sexy!

"Hai, selamat pagi."

Dia menyapaku dan memberikan senyuman yang selalu aku rindukan. Ah gadis ini benar-benar membuatku jatuh hati.

Tunggu.

"Jangan mendekat. Tetap disitu."

Tanpa aku sadari, beasty berada tidak jauh dari tempatku berdiri, dia mendekatiku.

Dengan langkah cepat aku pergi meninggalkan beasty. Aku masuk ke kamarku dan hal pertama yang terlintas dipikirkanku adalah mencari Galaxy Note 6. Dia adalah satu-satunya ponsel yang terkoneksi dengan cctv.

Aku duduk di tepian kasur, tanganku meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Setelah aku membuka kunci layar, aku mencari rekaman cctv yang dapat menjelaskan apa yang telah aku lakukan.

Menit demi menit berlalu dan hanya memperlihatkan kondisi beasty yang sedang terlelap dengan damai. Untung cctv yang aku pasang menghasilkan rekaman beresolusi tinggi, jadi aku dapat dengan jelas melihat apa saja yang sudah terjadi.

Dengan perasaan takut, aku mempercepat rekaman cctv itu. Tepat pukul setengah satu pagi, rekaman itu memperlihatkan kondisi saat aku sedang mendobrak pintu kamar beasty, kemudian berjalan sempoyongan mendekatinya.

Shit, aku mabuk!

Aku memejamkan mata sesaat ketika melihat diriku sendiri melakukan hal yang seharusnya tidak aku lakukan dengan beasty. Dengan sangat jelas aku mengatakan jika aku mencintainya. Itu tindakan yang sangat bodoh.

Aku mematikan rekaman itu lalu menyimpan ponselku ke dalam laci nakas. Aku menghela nafas frustasi. Menundukkan kepala, dan lagi--lagi--aku merutuki kebodohanku.

Kau memang bodoh El. Benar-benar bodoh. Ingat, dia itu adik tiri mu.

Versi mini diriku terus saja merutuki kebodohanku. Jika saja aku tidak mabuk, pasti aku tidak akan melakukan hal itu.

Ah, aku memang bodoh—

Tapi, tunggu.

Aku mendongakkan kepala. Satu serpihan scene rekaman cctv itu mengingatkan aku akan satu hal.

Dia membalas ciumanku? Apa dia—

Tidak mungkin.

Aku menggelengkan kepala kuat-kuat.

Membalas ciuman sesorang itu adalah respon yang wajar dilakukan jika memang diinginkan.

Tunggu.

Tapi, tidak membalas ciuman seseorang dan menghentikan ciuman secara sepihak itu juga hal yang wajar jika tidak diinginkan.

Lalu?

"Ah masa bodoh, bikin pusing."

Lelah dengan pemikiran itu, aku memutuskan untuk mandi.

++++

Hari ini Bi Ani dan Pak Anu masih berada di Solo. Bi Ani meminta ijin untuk berada di Solo selama satu minggu karena Pak Anu masih terpukul. Awalnya aku tidak mempersalahkan hal itu, tetapi sekarang, aku mempermasalahkan. Pasalnya, tadi pagi aku telah melakukan kesalahan fatal.

Selesai mandi, aku keluar dan menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Tapi saat aku menuruni tangga dan akan berbelok ke arah dapur, tidak disangka gadis yang akhir-akhir ini senang mengacaukanku sudah terlebih dahulu membuatkan sarapan untukku dan dirinya.

"El sini, aku udah buatin pancake. Enak loh."

Dengan ragu aku berjalan mendekatinya yang terlihat biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. Atau mungkin saat itu beasty tidak sadar? Atau dia sengaja tidak mau mengingat hal itu? Atau dia mengira aku tidak ingat akan kejadian itu?

Ah entahlah, sikapnya tidak bisa terbaca olehku. Yang terpenting sekarang adalah makan. Aku lapar.

Aku mengambil tempat duduk di depan beasty. Sebenarnya duduk di hadapannya adalah kesalahan, tetapi di meja makan ini hanya ada aku dan dirinya, akan jadi aneh jika aku memilih duduk di sampingnya.

"Nih, cobain."

Beasty memberikan sepiring pancake dengan taburan buah stroberi diatasnya untukku. Aku menatapnya sekilas. Dia kembali tersenyum. Dengan ragu-ragu aku mengambil sendok dan memotong pancake itu. Sekilas pancake ini terlihat sangat menggoda.

Aku menyuapkan potongan pancake itu ke dalam mulutku. Mengunyahnya dengan pelan.

"Enak?" Beasty menatapku. Menunggu jawabanku.

Aku tidak tau jika beasty bisa membuat pancake seenak ini. Terakhir kali aku memakan pancake adalah buatan Cat, dan saat itu aku bersumpah tidak akan pernah mau memakan pancake lagi, karena rasa pancake buatan Cat sangat hancur. Bahkan sepertinya tidak layak untuk dikomsumsi.

Tetapi saat ini aku berani menarik kata-kataku untuk tidak lagi memakan pancake, karena pancake buatan beasty ini jauh--jauh--jauh-lebih enak daripada buatan Cat yang tidak ada rasanya itu.

"Nggak enak ya, El? Kok diem aja?"

"Em... Not bad. Daripada bikinan Cat yang payah itu."

Gadis itu kembali tersenyum. Melihat senyumannya yang manis, ingatan tentang aku menciumnya kembali hadir. Aku mencoba dengan sangat keras untuk menghilangkan ingatan yang tiba-tiba muncul dengan tidak sopan itu.

"Emang buatan Kak Cat nggak enak banget ya?"

Aku mengangguk.

"Emang se-nggak enak apa?"

Aku menghela nafas. Gadis di depanku ini benar-benar berisik. Aku menghentikan aktifitas makanku lalu menatapnya.

"Tolong ya, gue lagi makan. Diem bisa? Berisik banget sih."

Setelah itu aku melanjutkan akifitasku yang sempat tertunda. Beasty mencibir dan melanjutkan makannya.

Suasana di ruang makan ini kembali hening. Aku menghela nafas, aku merasa terlalu bersikap egois jika tidak mau mengajaknya berbicara hanya karena aku sudah melakukan kesalahan. Toh sepertinya dia tidak mempermasalahkan itu. Jadi kenapa aku harus bersusah-susah menghindari dirinya?

Aku meneguk susu coklat yang telah dibuatkan beasty untukku. Selesai itu, aku menatap beasty yang sedang menikmati pancake buatannya sendiri. Melihatnya menikmati pancake itu dalam diam, aku jadi merasa bersalah.

Tidak seharusnya aku tadi membentaknya, beasty hanya ingin bersikap baik padaku. Akan sangat jahat jika aku tidak mengucapkan terima kasih untuk sarapan pagi ini.

"Makasih buat sarapan pagi ini. Pancake buatan kamu sangat enak."

Beasty menatapku dengan mata yang berbinar dan senyum yang tersungging. Ah gadis ini benar-benar imut. Apa dia memang tidak mempermasalahkan perlakuanku tadi pagi? Atau dia mengira aku tidak ingat kejadian itu karena aku mabuk? Ah mungkin. Bisa jadi.

"Iya, sama-sama El."

Hening kembali menyerang kami berdua. Hanya suara penyiar radio yang memenuhi ruangan. Berada di dekatnya memang membuatku nyaman.

"Emm, hari ini selo nggak?"

Dia menatapku sekilas kemudian mengambil segelas susu putih lalu meneguknya hingga tersisa setengah.

"Iya, kenapa emangnya?"

"Temenin gue jalan deh kalau gitu. Mau?"

"Emm, oke."

Meski aku sangat tidak yakin dengan apa yang aku ucapkan. Memangnya aku mau mengajaknya kemana? Bahkan satu destinasi saja tidak terpikir olehku.

++++

Sekitar pukul setengah empat sore, aku telah bersiap. Rencananya hari ini aku ingin mengajak gadis itu ke Bukit Bintang yang berada di Wonosari. Perjalanan dari rumah ini sampai sana bisa memakan waktu satu setengah jam jika itu tidak macet.

Beasty sudah aku beritahu untuk bersiap satu jam yang lalu. Jadi seharusnya, dia sudah siap sekarang. Aku menunggunya di ruang santai sambil menonton acara televisi. Sebenarnya acara itu tidak benar-benar aku tonton. Hanya untuk menemaniku dalam kesunyian.

Sekitar setengah jam aku menunggu. Dia tidak kunjung keluar dari kamarnya. Oke, sekarang aku mengetahui kebiasaan buruknya. Dia termasuk dalam tipe manusia jam karet. Huh.

"Woy, pettite, lo ngapain sih? Lo kalau nggak turun-turun, mending nggak jadi aja lah!"

Aku yang mulai kesal menunggu hanya bisa marah-marah sendiri. Tidak lama gadis itu turun dengan mengenakan sweater biru dongker dan celana jeans. Sekilas memang tidak ada yang istimewa dari penampilannya, tetapi pesona yang ditawarkan gadis itu benar-benar sudah membutakan otakku.

Damn so beauty!

"Maaf lama."

"Nggak ada maaf buat lo."

Aku melangkah keluar meninggalkan beasty yang masih berdiri sambil menunduk takut.

Kau bodoh El. Seharusnya kau memuji kecantikannya, bukan malah memarahinya. Kau benar-benar bodoh El.

++++

Ketika sampai di Bukit Bintang, sang surya telah menyembunyikan wujudnya. Perjalanan yang aku perkirakan bisa sampai dalam satu jam ternyata meleset. Kami tiba pukul enam petang. Hawa dingin mulai menusuk kulitku.

Aku memilih spot dipaling pojok, menikmati pemandangan yang tersaji. Untuk beberapa saat aku dan beasty hanya sibuk menikmati taburan gemintang di langit malam serta kerlip benderang lampu kota dari ketinggian.

Tidak butuh waktu lama pesanan kami tiba, aku memesan kopi joss dan roti bakar, sedangkan beasty lebih memilih teh tarik sebagai minumannya.

"Emm ... Semalem gue mabuk ya?"

Sambil menikmati hangatnya teh tarik, dia menatapku.

"Iya, kenapa?"

"Apapun yang udah gue lakuin waktu gue mabuk, tolong jangan dianggap serius."

Aku menenguk kopi joss untuk menetralisir rasa gugupku. Gadis itu berpikir sejenak. Kemudian dia kembali menatapku.

"Lain kali jangan pulang dalam keadaan mabuk ya?"

"Emm ... Gue nggak janji."

Kemudian dinginnya hembusan angin berhasil menghentikan obrolan kami. Aku maupun beasty kembali diam seribu bahasa, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Aku bahkan tidak tahu harus bersikap bagaimana dengannya setelah aku melakukan kesalahan. Kenapa beasty bisa terlihat sangat tenang seperti tidak terjadi apa-apa? Apakah perlakuanku tidak menggangu pikirannya?

===============

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top