Devil Berhati Angel

=L E N A=

Alunan musik relaksasi mengalun dengan lembut mengetuk telingaku juga kesadaranku. Aku membuka mataku secara perlahan, menatap langit-langit kamar, lalu mengedipkan mata berulang kali.

Satu detik....

Dua detik.....

Tiga detik.....

Wait, wait....

Mataku telah terbuka secara sempurna, melirik ke kanan dan ke kiri. Tidak ada lukisan yang tertempel di dinding.

Ini bukan kamarku.

Aku merubah posisiku menjadi duduk, bersadar pada sandaran kasur. Kepalaku terasa berat sekali.

Sudah berapa lama aku tertidur?

"Selamat pagi Nona. Anda sudah bangun rupanya."

Aku mengernyitkan dahi. Kayak ada yang ngomong. Reflek aku menoleh kearah kanan--kearah sumber suara. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati seorang gadis yang sepertinya tidak tidur selama dua hari--terlihat dari wajahnya yang lelah. Dia sedang duduk tidak jauh dariku dan melayangkan senyum untukku.

"Siapa kau? Dan dimana aku?"

"Aku adalah malaikat yang diutus untuk menjaga Anda, Nona. Anda berada di kamar hotel saat ini."

Malaikat? Kamar hotel? Apa jangan-jangan?

Secara spontan aku menyibakkan selimutku. Untuk kedua kalinya aku dibuat terkejut. Aku tidak memakai celana, bahkan blouse ku dikancingkan secara tidak rapi.

Apa aku? Tidak. Tidak mungkin!

Aku kembali menatap gadis yang masih menatapku. Secara bergantian, aku menatap gadis tersebut lalu menatap pakaianku yang terlihat berantakan.

"Dia perempuan, begitu juga dengan aku. Jadi tidak mungkinkan?"

Aku mengumamkan kata-kata itu dengan pelan agar gadis itu tidak mendengarnya. Tapi sepertinya gadis itu memiliki pedengaran yang tajam.

"Jangan berpikiran yang buruk dulu Nona. Aku bahkan tidak menyentuhmu sama sekali. Itu bukan perbuatanku Nona. Apakah Nona tidak mengingat apa yang terjadi semalam?"

Aku terdiam, kembali memejamkan mata, menyenderkan kepala ke sandaran kasur. Mencoba mengingat apa yang telah terjadi.

"Kemarin aku pergi dengan Jul ke restoran Italia, lalu ke Bar, lalu Jul bilang mau membawaku pulang. Lalu aku tidak ingat lagi. Memangnya apa yang terjadi?"

Aku kembali menatap gadis itu. Gadis itu berjalan kearah nakas, mengambil sebuah Tab, lalu menyerahkan Tab itu untuk aku lihat.

Didalam Tab itu ada sebuah rekaman cctv yang memperlihatkan Jul sedang membaringkanku di kasur lalu melucuti pakaianku satu per satu.

Oh God. Ini tidak mungkin.

Tidak ingin melihat kelanjutan video itu, aku menyerahkan Tab itu kembali kepada pemiliknya.

"Maafkan Saya Nona karena terpaksa memperlihatkan video itu."

Aku memijit dahiku secara perlahan. Pagi ini kepalaku benar-benar terasa berat. Apakah Jul sudah melakukan hal yang tidak senonoh terhadapku? Apakah aku sudah tidak suci lagi? Ah bodohnya aku yang tidak pernah menyadari kalau Jul itu lelaki yang sangat buruk untukku. Kenapa aku bisa mempercayai Jul? Kepalaku makin terasa berat memikirkan kebodohanku.

"Tenang saja Nona, Anda belum sempat dijamah oleh lelaki itu. Seorang devil berhati angel sudah terlebih dahulu menyelamatkan Nona dari gangguan lelaki itu. Ya walaupun sedikit terlambat--sih...."

Aku kembali menatap gadis itu.

Devil berhati Angel?

"Siapa orang itu?"

Bukannya menjawab pertanyaanku, gadis itu malah memberikan senyumannya sebagai jawaban. Aku sedikit kesal dengan gadis itu karena tidak mau menyebutkan siapa yang sudah berbaik hati menolongku.

"Kau tidak mau menjawabnya? Ayolah aku harus tahu siapa yang menolongku. Aku harus berterimakasih kepadanya."

Gadis itu kembali tersenyum. Ah bukan senyuman yang aku butuhkan. Aku butuh jawaban.

"Peraturan pertama dalam misi ini adalah tidak boleh menjawab pertanyaan dari Anda, Nona."

Aku menghela nafas. Peraturan macam apa itu yang tidak memperbolehkan menjawab pertanyaan korban? Sungguh tidak masuk akal!

"Yaudah kalau gitu, aku akan mencarinya sendiri. Sekarang antarkan aku pulang."

Gadis itu mengangguk lalu menelepon seseorang, mungkin menghubungi supir. Tidak lama, seorang lelaki berbadan kekar dengan pakaian hitam putih memasuki kamar, berjalan kearahku dan menyerahkan paper bag berisi pakaian.

"Itu untuk Nona. Gantilah pakaian Anda, Nona."

Lelaki kekar itu kemudian keluar. Setelah laki-laki itu keluar, aku bergegas menuju ke kamar mandi.

"Nona, saya tunggu diluar. Jika butuh apa-apa tinggal panggil saya. Permisi Nona."

"Oke!" Aku berteriak untuk menjawab gadis itu.

Di dalam kamar mandi, aku mulai berpikir siapa orang yang menolongku. Aku bersandar pada dinding, kembali memejamkan mata untuk mengingat beberapa jam yang sudah aku lewati kemarin yang mungkin sempat aku lupakan.

Sore itu Jul datang ke rumah, dia mengobrol sebentar dengan Bibi. Kakak tiriku bahkan kemarin tidak terlihat batang hidungnya.

Tunggu.

Kakak tiri? Otakku yang cerdas kembali menyusun benang-benang kusut menjadikannya rapi kembali. Aku ingat. Kemarin kakak tiriku mengirimi aku pesan yang berisi untuk berhati-hati dengan Jul karena Jul orang jahat.

Kakak tiriku benar, Jul bukan orang yang baik. Kenapa aku tidak mempercayai kakak tiriku? Eh, kenapa juga aku harus mempercayainya? Terakhir kali aku mempercayai kata-katanya, aku dipermalukan didepan banyak orang.

Tapi apakah kakak tiriku itu yang menolongku? Masa sih? Dia bahkan tidak peduli denganku, sering mem-bully ku. Mana bisa dia berbaik hati menolongku? Lalu siapa yang menolongku? Aku tidak punya siapa-siapa di Jogja. Apakah Bi Ani? Atau Pak Anu? Atau bahkan Debby? Ah Debby tidak mungkin. Dia bahkan tidak tau apa-apa.

Ah tauk ah. Bikin pusing aja.

"Siapapun yang telah menolong aku. Aku sangat berterimakasih sekali. Tuhan tolong sampaikan rasa terimakasihku kepada orang baik itu. Amin."

Setelah berperang dengan pikiranku, aku menyelesaikan acara berganti pakaianku lalu keluar menemui gadis yang mengaku sebagai malaikat tadi. Sebelum pulang boleh nggak kalau aku minta makan? Laper nih.

++++

=Y O E L=

"El, ini kerjaan lo bukan?"

Aku yang baru saja ingin duduk di kursi sudah disambut oleh Tom yang terlihat sangat sumringah.

"Apaan?"

Tom menyerahkan iPhone-nya untuk aku lihat. Sebuah situs berita online yang ditulis oleh wartawan Jogja.

"Bukan gue yang nulis berita itu."

Tom cemberut, seperti biasa.

"Bukan itu maksud gue bego! Lihat isi beritanya!"

Aku kembali membaca judul dari berita tersebut.

Breaking News! Pengidap pedofilia berinisial JP di Kota Pelajar telah tertangkap!

Aku tidak tau akan secepat ini berita itu naik ke permukaan.

"Itu pasti lo kan El? Lo baca deh disitus yang lain. Kemarin udah ada kurang lebih dua korban yang sudah berani mengadukan tindakan Jul berkat berita itu."

Aku sedikit terkejut, karena, ternyata selama ini ada banyak korban yang tidak berani mengaku kalau sudah dilecehkan oleh Jul. Aku bersyukur karena tindakanku dengan Sakti membuahkan hasil yang tidak terduga. Jadi seperti ini rasanya jadi super hero?

"Sepenuhnya bukan karena gue Tom, kalau bukan karena kata-kata lo mungkin Jul masih berkeliaran sampai saat ini."

Aku menyerahkan kembali iPhone itu kepada pemiliknya.

"Gue tau lo bukan orang jahat El, ini baru Yoel yang gue kenal."

Aku hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata Tom.

"Jadi kemarin lo nggak masuk karena ini El?"

Aku hanya mengangguk. Dan percakapan itu terhenti saat bel masuk sudah berbunyi.

====================

"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri." -R.A Kartini

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top