Akibat Teriakan Anak Kecil
=L E N A=
Kejadian dimana Kak El menciumku terus saja mengintai pikiranku, seolah kejadian itu adalah rumus pythagoras yang harus selalu aku hafalkan agar dapat menjawab soal matematika yang diberikan oleh Pak Iman. Tiada hari tanpa tidak memikirkan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh kakak tiriku sendiri.
Aku selalu menerka dan terus menerka apa benar kakak tiriku itu menyukaiku? Kenapa harus aku? Kenapa bukan yang lain? Tidak adakah orang lain yang memikat hatinya selain aku?
Ah, aku bisa gila lama-lama memikirkan hal ini.
"Ini pesanannya Nona-Nona."
"Makasih Pak."
Pak Gito datang dengan membawa pesanan kami, setelah seporsi mi goreng dan seporsi soto ayam sudah berada dihadapan kami, Pak Gito meninggalkan kami.
Aku memandangi mi goreng milikku dengan tidak ada niat untuk melahapnya. Mi goreng dihadapanku ini benar-benar tidak memikat nafsu makanku. Pikiranku masih tetap saja terfokus ke satu arah.
Kak El.
Mengapa dia membuat ini menjadi rumit?
"Len, kok nggak dimakan? Nggak nafsu?"
Aku menggeleng. Debby memperhatikanku dengan seksama, tangan kanannya mengaduk-aduk es jeruk yang gulanya masih belum tercampur dengan sempurna.
"Di makan atuh mi gorengnya, masa udah pesen nggak dimakan sih?"
Aku menghela nafas, lalu kembali menatap sepiring mi goreng yang sama sekali belum aku sentuh. Aku mengambil garpu lalu mengaduk-aduk mi goreng itu dengan pelan.
Ditengah riuh ramainya kantin, indra pendengaranku menangkap suara gelak tawa seseorang yang beberapa hari ini tidak pernah aku anggap kehadirannya. Aku mendongakkan kepala melihat Kak El yang duduk tidak jauh dari tempatku duduk. Hanya berjarak dua meja. Ditengah obrolan yang tidak aku tau, Kak El menatapku dan tersenyum. Tanpa mau membalas senyumannya aku cepat-cepat memalingkan pandanganku. Tidak mau beradu pandang dengannya.
Kamu beneran suka sama aku El?
Melihat Debby yang dengan lahap menyantap soto ayamnya, membuat perutku menjadi kenyang. Debby memang suka makan, kadang aku iri dengannya karena mau makan sebanyak apapun dia tidak akan pernah terlihat gemuk.
"Emmm ... Deb?"
"Ya?"
"Kamu pernah jatuh cinta?"
Sejenak Debby menatapku lalu kembali sibuk menghabiskan sotonya sambil menanggapi pertanyaanku.
"Pernah sekali, waktu kelas 2 SMP. Aku jatuh cinta sama kakak kelasku. Kenapa?"
"Nggakpapa, nanya aja."
Gadis itu terkekeh lalu menatapku. Mangkuk soto yang tadinya terisi penuh sekarang sudah habis tidak ada sisa, bahkan kuah sotonya pun telah kandas dilahap oleh Debby.
"Kamu lagi jatuh cinta?"
Aku menggeleng. Kak El yang lagi jatuh cinta.
"Orang lain."
"Bener?"
Aku menangguk.
"Cie ada yang suka sama temen aku yang cantik ini. Siapa sih yang sudah berhasil kamu pikat hatinya, Len?"
Debby mencolek daguku dengan gemas. Aku memutar bola mata malas.
"Apaan sih Deb!"
Debby terkekeh, lalu mengambil alih garpu yang tergeletak diatas piring mi gorengku, kemudian dia melilit mi goreng itu dan memakannya dengan santai. Dasar perut karet.
"Daripada nggak dimakan, mending buat aku aja ya Len?"
Aku mengangguk, aku memang tidak berniat untuk memakan mi goreng itu.
"Gimana caranya biar tau dia sedang jatuh cinta dengan kita, Deb?"
"Emm ... gimana ya? Ah! Coba aja kamu tatap dia lekat-lekat terus kamu pegang dadanya, kalau detak jantungnya lebih cepat dari kamu berarti bisa diasumsikan dia sedang jatuh cinta."
Aku mengangguk. Cuma itu? Akurat?
"Atau kalau kamu mau cara yang lebih ekstrim, coba aja kamu cium dia, kalau dia senang dan minta lagi berarti dia demen." lanjutnya.
Aku mengernyitkan dahi. Bingung. Debby terkekeh lalu kembali mencolek daguku.
"Hahaha aku bercanda kali Len, yang terakhir jangan dipraktekin ya, bahaya."
Ah mana mungkin aku mencium kakak tiriku sendiri.
"Ohya, jangan lupa kamu juga harus tahu degup jantungmu seirama atau tidak dengan degup jantungnya, jika seirama, berarti kalian sama-sama suka." Lanjutnya sambil tersenyum manis kearahku.
"Emang detak jantung orang yang lagi jatuh cinta lebih cepat dari detak jantung normal?"
Untuk sejenak Debby berpikir, lalu mengangguk. "Mungkin, soalnya pas aku suka sama kakak kelasku, waktu dideketin jantungku deg-degan terus."
Aku mengangguk mengerti. Jadi gitu?
"Oh oke."
"Emang siapa sih orang yang kamu maksud?"
Kak El.
Aku menggeleng.
"Bukan siapa-siapa kok."
++++
"Makasih Pak."
"Sip Mbak, sama-sama."
Ketika Pak driver go-jek itu sudah menjauhi halaman rumah, suara deru motor Kak El tertangkap oleh indera pendengaranku. Buru-buru aku melangkahkan kaki menuju ke dalam rumah, aku tidak mau berpapasan dengan kakak tiriku.
Sebenarnya, tidak perlu bersikap seperti ini karena belum tentu juga kakak tiriku menyukai aku. Siapa tau dia hanya mabuk dan tidak mengerti dengan apa yang dia ucapkan.
Di dalam rumah, aku mendapati kesunyian yang teramat sangat. Hanya suara gemericik air kolam yang menyambut kepulanganku. Aku memutuskan untuk berjalan ke dapur--memastikan--ternyata di dapur tidak ada orang. Aku mengecek kamar Bi Ani dan Pak Anu, juga tidak ada orang. Kemana perginya penghuni rumah ini? Kenapa sepi sekali?
Mengetahui suasana rumah yang sepi, aku naik ke kamar dan berganti pakaian. Di dalam kamar, aku masih teringat dengan ucapan Debby waktu di kantin.
Apa aku harus melakukan hal yang dikatakan oleh Debby? Haruskah?
++++
=Y O E L=
Beberapa hari ini beasty selalu menghindari aku, mungkin dia benar-benar sudah terusik dengan tindakanku beberapa hari yang lalu. Kejadian itu sangat membuatku menyesal, karena tindakan bodohku itu menyebabkan renggangnya hubunganku dengan beasty.
Seperti tadi saat di kantin, aku memberikan senyuman terbaikku, tetapi beasty memalingkan wajahnya dan tidak membalas senyumanku. Jujur saja aku sangat merindukan senyumannya. Rasanya hidupku tidak lengkap jika tidak melihat senyumannya.
Setelah aku menyimpan si cantik di garasi, aku masuk ke dalam rumah. Pak Anu tadi memberitahuku kalau beliau dan Bi Ani ada acara di rumah saudaranya di daerah Babarsari. Jadi tidak heran jika rumah ini sangat sepi.
Ketika aku melewati kamar beasty, ada dorongan dari dalam diriku untuk menyapa gadis penghuni kamar sebelah. Dengan ragu aku membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci itu. Didalam kamar, beasty sedang duduk ditepian kasur dengan tatapan kosong, tidak bergerak.
Dia melamun?
Dalam mode melamun seperti itu, beasty terlihat sangat konyol. Ingin rasanya aku melempari dirinya dengan bantal.
"Woy, udah makan?"
Mendengar adanya suara lain di dalam kamarnya, beasty baru tersadar dari mode melamun, dia menatap aku. Baru pertama kali ini dia menatapku setelah beberapa hari tidak mau membalas tatapanku.
Beasty menggeleng lalu detik berikutnya mengangguk. Aku yang melihatnya bertingkah konyol hanya bisa tersenyum sinis.
Dasar bodoh.
Aku tau pasti dia belum makan, tapi dia berbohong agar tidak makan satu meja dengan aku. Kalaupun dia benar-benar tidak mau bertemu denganku, aku bisa usahakan untuk tidak satu ruangan dengan dirinya. Bukankah saat pertama kali aku satu rumah dengannya, aku tidak pernah mau satu ruangan dengannya? Gadis itu memang terlalu bodoh.
"Kalau lo belum makan, tadi gue udah beli olive chicken, lo tinggal ambil aja di kulkas. Gue beli tiga kok."
Karena tidak mau mengusik ketenangan gadis itu, aku memutuskan untuk pergi dari hadapannya. Aku menutup pintu dengan pelan lalu masuk ke kamarku sendiri untuk berganti baju. Sore yang sejuk seperti ini rasanya cocok jika diisi dengan berenang.
++++
Tempat ketiga yang paling aku suka di rumah ini setelah kamar dan ruanganku adalah di halaman belakang, karena di halaman belakang ada kolam renang. Dari empat elemen yang dimiliki oleh Avatar, aku hanya menyukai satu elemen yaitu air. Maka dari itu, aku suka berenang.
Bagiku, berenang adalah cara paling menyenangkan untuk melepas penat karena berenang tidak mengeluarkan biaya yang banyak, apalagi kalau punya kolam renang sendiri, sepeser uangpun tidak akan keluar.
Sebelum menceburkan diri ke dalam kolam renang, aku mengambil waktu lima menit untuk pemanasan terlebih dahulu, agar otot-ototku tidak kaget.
Satu ... Dua ... Satu ... Dua....
Disela-sela pemanasan, aku mendengar suara pintu halaman belakang dibuka. Aku menoleh ke sumber suara. Tidak aku sangka gadis itu menghampiriku. Ah apa iya dia mau menemuiku?
Beasty berjalan melangkah mendekatiku dengan menundukkan kepala. Kepalaku mengikuti arah langkah beasty.
Sejenak aku melupakan aktifitas stretching-ku yang baru saja dimulai. Kehadiran beasty sangat menarik perhatianku. Rasanya setiap gerak-geriknya sayang untuk dilewatkan.
Beasty duduk di kursi ayunan dengan masih menundukkan kepala, kakinya bergerak untuk menggerakan kursi ayunan agar terayun. Aku membalikkan tubuh, melipat tangan didepan dada dan menatap gadis itu.
Sebenarnya apa yang kamu inginkan?
"Ngapain lo kesini?"
Beasty mendongakkan kepala, menatapku, kedua tangannya meremas bagian bawah bajunya. Kakinya berhenti mengayunkan kursi. Aku makin bingung dengan sikapnya.
"Em ... Aku ... Nggg...."
"Apa? Ngomong yang jelas."
Gadis itu memalingkan wajahnya, lalu detik berikutnya dia berdiri. Satu alisku terangkat.
Mau apa dia?
Dengan ragu, beasty menatapku lalu berjalan pelan ke arahku. Tatapannya masih setia menelusuk masuk ke dalam mataku. Jantungku terus berdetak tidak karuan di dalam sana, melihat tatapannya yang dalam membuat jantungku berulah. Aku mundur satu langkah. Memberi jarak agar tidak terlalu dekat dengannya.
"Mau apa lo?"
Dengan tanpa menjawab, beasty menaruh telapak tangannya menyentuh dadaku, tidak lama, karena aku sudah menghempaskan tangannya dari dadaku. Aku tidak mau dia merasakan detak jantungku yang sedang berulah.
"Apaan sih lo?!"
Dengan masih menatapku, beasty maju satu langkah. Aku yang ingin mundur satu langkah jadi terhenti ketika aku menyadari sudah berada diambang jurang. Ralat. Maksudku ambang kolam.
Beasty--dengan--tanpa--memberi aku kesempatan untuk bernafas, dia mendekati aku dan....
Cup....
Aku membelalakan mata, tidak tahu harus berbuat apa. Dengan posisi bibir saling menyapa, beasty masih menatapku, begitu juga dengan aku yang masih menatapnya.
"Kak El!"
Suara seorang anak laki-laki yang berteriak memanggil namaku seperti menyadarkan tindakannya, tidak lebih dari beberapa detik gadis itu mendorongku dan.....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Byurr...
Anjir! Tu cewek udah nggak waras ya? Main nyeburin orang aja, dipikir gue karung sampah apa?!
Setelah berhasil keluar dari kolam renang, aku sudah tidak mendapati beasty di halaman belakang. Gadis itu lari begitu saja, tanpa mau menolongku. Sial.
===================
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top