part 3

Keempat makan malam bersama di tempat pertama kali bertemu. Mina menawarkan untuk menginap di rumahnya ataupun hotel yang dekat dengan gedung gubernur tetapi Mizu menolak. Malahan mereka meminta uang biaya transportasi. Sepertinya mereka ingin cepat-cepat pergi dari Pulau Belitung sebelum sesuatu yang tak diinginkan terjadi.

Ketika Falia dan Mizu ingin berpisah dengan Mina, agen Dimas memberitahukan bila kapal Alvin telah memasuki wilayah Belitung. Dengan cara berbisik.

Kata-kata yang hanya bisa Mizu dengar adalah 'mereka sudah sampai'. Itu saja.

"Titipkan salamku untuk Tuan Provinsi di Aceh. Dia adalah orang yang baik.."

"Kami bisa mempercayai beliau?" tanya Falia masih sedikit trauma.

Mina mengangguk. Gadis itu melambaikan tangannya ke Mizu yang masuk ke dalam mobil travel. Mina langsung bergerak sesaat mobil mereka tak terlihat lagi.

"Berapa banyak yang mereka bawa?" Mina.

"Hanya satu saja. Tapi kami tidak tahu ada berapa anggota yang dibawanya.."

"Apakah kita bisa meminjam alat pendeteksi Pengguna Kekuatan yang ada di pintu masuk?"

"Sayangnya tidak bisa.."

"Begitu.." Mina memutar otaknya dalam mengatasi Alvin yang sebentar lagi sampai di Manggar.

"Mas Dimas perintahkan polisi untuk mengamankan wilayah pelabuhan. Kita akan menghentikan Tuan Provinsi disana. Pastikan tidak ada satupun berada di lokasi kejadian. Gunakan apa aja. Kecelakaan atau kebakaran yang dapat mengalihkan perhatian orang banyak.."

"Siap.."

Mina kemudian beralih ke Nola yang memutuskan untuk tak ikut.
"Kamu tak keberatan kalau diminta tolong'kan?"

"Pilihan apa yang kami punya? Setelah ini aku dan kak Rio mau pulang juga ke Sukabumi.."

Mina masuk ke dalam mobil. Ia dan beberapa agen pemerintah segera pergi ke arah pelabuhan lagi.





















" ....." sedangkan itu ada seorang pemuda tengah bersandar di dinding bangunan memperhatikan percakapan Mina serta kelompok Mizu sedari tadi mereka bertemu.
"Aku bingung harus menyusul atau tinggal saja.." bisiknya sambil tersenyum.

Berpindah ke Tuan Provinsi..kapal Alvin telah memasuki wilayah Manggar. Ruf dan rekannya melihat suasana sepi disana.

"Itu terlihat mencurigakan. Apa mereka benar-benar akan 'menyambut' kita?" ucap Bais.

"Minggir, kalian berdua.." perintah Alvin.

"?"
".." Bais maupun Ruf menggeser kaki mereka.

"Jones telah aku anggap sebagai adik sendiri. Tidak bisa dimaafkan. Jones, ini untukmu..!"

"Bos, kau yakin? Pemerintahan akan menargetkan kita kali ini?" tanya Shema.

"Aku tak peduli.."

Ketiga anak buah terkuat Alvin hanya bisa menghela nafas mereka. Mulai saat ini pekerjaan ketiganya akan tambah merepotkan.

Alvin membuka lembaran buku nya yang mengeluarkan kembang api dari dalam.

"Apa itu?" Mina melihat ada tembakan kembang api dari arah pelabuhan.

Para polisi khusus yang sudah menunggu di pelabuhan juga dialihkan perhatian nya oleh kembang api yang muncul dari buku Alvin.

"Ini untukmu, bro.."

SHOOT... DAAR!?!

""Aaaaaakkjhh!!?"" perkumpulan polisi yang berjaga di pintu masuk pelabuhan terpental ke udara setelah terjadi ledakan di tanah.

Efek guncangannya membuat tempat itu bergetar hebat. Rio terpaksa menghentikan mobil mereka agar tak mengalami kecelakaan.

"Apa mereka gila?! Menunjukkan hal seperti itu di depan publik..!" kesalnya.

"Kayaknya mereka tak peduli juga.." komen Nola.

Disaat bersamaan tembakan kembang api sekali lagi dikeluar dari dalam buku Alvin.

"Ini adalah penghormatan dariku. Aku harap kau bisa mendengar nya, Jones.."

....open.

Mina keluar dari mobil menghadap salah satu kembang api yang ingin mendarat ditempat mereka.

Palmthrow

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top