part 3
Falia dan Mizu akhirnya sampai di depan gerbang Pelabuhan Ratu yang ada di perbatasan laut Sukabumi. Nola dan para agen pemerintah berjaga sementara kedua gadis itu membeli tiket. Mengejutkannya pembelian berjalan dengan mulus tanpa kendala membuat kewaspadaan Nola nampak sia-sia saja.
Mereka berpisah di dekatnya kapal.
"Seperti Buitenzorg tidak terlalu tertarik dengan kalian berdua. Beruntung amat.."
"Nola, terimakasih sudah mengantarkan kami dengan selamat.."
"Sama-sama. Pak Arya tidak suka ikut campur masalah apalagi berurusan dengan mereka. Jaga-jaga ya.."
Mizu melambaikan tangannya ketika kapal sudah mulai menjauh.
Di dalam kapal. Satu ruangan berbayar yang memiliki sofa tiba-tiba saja bergetar seperti foto buram tidak berselang beberapa detik Shema sudah duduk di sofa tersebut. Ia pergi ke haluan dimana ada kapten kapal.
"Kau kan..!"
"Maaf menganggu, pak. Saya ada permintaan kecil. Saya harap bapak bisa mengabulkan nya.." pintanya sembari mengeluarkan pistol. "Anak buah saya menginformasikan bila buruan kami naik ke kapal ini. Bisakah anda menunda pelayaran selama 1 sampai 2 jam?"
Kapten kapal mengenal siapa Shema dan untuk siapa dia bekerja.
Kembali ke Falia serta Mizu. Kedua gadis ini bersandar di samping pagar kapal memandangi air laut. Ini akan menjadi perjalanan yang panjang terlebih untuk Falia yang mesti kembali lagi ke Jawa. Dia tidak memiliki pilihan selain ikut ke Aceh untuk menghilangkan Kode Nama nya.
"Mizu, bila kau bertemu dengan seseorang dengan pangkat atas bisa kau minta tolong untuk menempatkan beberapa Divisi di Jawa? Aku tidak ingin touring seperti ini lagi.."
"H-haha.."
Engine off...
Pergerakan kapal mendadak melambat dan air laut perlahan kembali tenang.
"Apalagi sekarang? Habis bensin??" Falia.
"......"
Tap, tap!
Kapal tiba-tiba saja mengumumkan keadaan darurat bila ada teroris yang bersembunyi di antara penumpang.
"Teroris, yang benar saja.!? Mizu, apa kita bisa bantu?"
"B-bisa aja sih tapi bagaimana kalau ada yang merekam. Lalu jadi berita.."
"Kau benar juga. Kurasa kita cuma bisa bersembunyi agar tak bertemu teroris ini.."
Dari arah pelabuhan terdengar suara sirine polisi di kapal.
"Mas, apa yang terjadi di kapal?" tanya Nola kebingungan.
"A-aku juga tidak tahu.."
"Nola, tim pusat bilang tidak ada situasi apapun di Pelabuhan Ratu.."
"Lalu mereka siapa?"
"Apa perlu kita naik ke kapal juga? Aku bisa mencarikan kita kapal untuk dipakai.."
"Hmm.."
Yang ada dipikiran Nola saat ini bila Buitenzorg tengah memanipulasi apa yang terjadi di kapal tempat Mizu berada. Kapal itu memang belum keluar dari perbatasan Sukabumi maupun Jawa tapi jika ia dan tim nya naik ke kapal pasti akan ada pertarungan. Nola khawatir kalau dia akan berhadapan dengan Tuan Provinsi serta terbunuh. Disaat bersamaan ia juga tidak bisa mengabaikan kalau Mizu lagi perlu bantuan.
"Apa yang mesti aku lakukan..?"
Sementara itu Falia dan Mizu dikepung beberapa polisi mengenakan rompi bersenjatakan bius.
"Jangan bergerak atau kami tembak!"
"Eh? Jangan bilang teroris itu... Kami??" histeris Falia.
"Berhati-hatilah. Mereka mungkin bersenjata. Terutama yang membawa payung.." infokan seseorang dari belakang layar para polisi gadungan ini.
"Mizu.." panggil Falia pelan.
Tangan Mizu perlahan menjangkau payung yang beberapa saat lalu ia letakkan di dekat pagar pembatas.
"Jangan bergerak!" Mizu terhenti sejenak... Kemudian langsung mengambil payung nya.
Dor... Tang!?
""?"" semua orang kebingungan mendengar suara barusan seolah peluru yang ditembak barusan terpantul.
Mizu membuka dengan sangat cepat payung nya ke depan lalu melapisinya dengan semacam aura sehingga menjadi setebal baja.
"Tembak..!" perintah ketua polis gadung.
Dor! Dor!
Tang, tang..
Mereka mencoba melumpuhkan Mizu dengan mengincar kakinya tapi peluru mereka tak ada satupun yang mampu menembus.
"P-payung keluaran darimana itu!?" syok satu anggota.
"Falia!"
Bayangan besar yang tercipta dari payung dibuka Mizu itu dimanfaatkan oleh Falia. Posisi keduanya saat ini membelakangi sinar matahari.
Dor! Dor---ctk??
"A-ap--?"
"Tanganku mati rasa..?"
"Badanku... Tak bisa bergerak??" bingung ketua polis gadung.
Falia dengan kekuatannya berhasil menangkap semua bayangan musuh di dalam sekali percobaan.
Mizu menutup payungnya lalu diangkat menunjuk ke depan.
"Maafkan saya.." bidiknya, bersamaan dengan itu ada gelombang angin yang masuk ke dalam kapal dan mementalkan semua polisi gadungan ke laut.
"Wow. Mizu, kau juga bisa mengendalikan angin?"
"Aku bisa mengendalikan apapun yang ada di bawah awan dan menjadikannya hujan angin.."
"Haha. Tidak masuk akal sekali.." kekeh Falia, dan Mizu setuju.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa turun begitu saja. Dan pasti ada yang memerintahkan para polisi ini.."
"....."
"......"
Sebuah pistol tiba-tiba saja terlihat disamping mobil yang terparkir. Mizu yang melihat itu refleks membuka payung nya dan melindungi mereka..shot!
Peluru plastik itu jatuh ke atas lantai.
"Bius?"
"Sudah kuduga tidak akan semudah itu.." keluar Shema.
Mizu nampak mengingat wajah Shema dan siapa lelaki itu.
"Mizu, dia tidak seperti polisi. Apa jangan-jangan agen pemerintah?"
"Bukan.."
"Hmm?"
Shema mengganti senjatanya menjadi pisau. Lelaki ini maju seraya menusuk ke wajah, Mizu menangkisnya dengan membuka payung. Namun gerakan cepat ke samping yang dipertunjukkan Shema mengejutkan gadis ini..tsuk---kick?!
Beruntung Falia ikut membantu dengan cara menendang pergelangan Shema yang memegang pisau.
Pada saat Shema ingin maju lagi...tretektek!!
Atap besi di atasnya mendadak mengeluarkan suara bengkokkan yang aneh, beberapa sekrup terlepas dengan sendirinya sebelum menjatuhkan bagian yang besar.
"?!"
Ame no Kudakareta Karada
Daaaer!?
Shema tertindih atap kapal dengan cepat. Itu memang tidak akan membunuhnya tapi Mizu yakin kejatuhan barusan mematahkan tulang badan.
"M-Mizu, apa tadi tidak berlebihan? Aku bisa saja menghentikannya dengan kekuatan supernatural ku.."
"Hai. Aku terpaksa.."
"H-haha.."
Hoooooii!
"?"
"?" Falia dan Mizu mendengar suara panggilan dari Nola. Gadis itu datang mengendarai kapal sewaan.
"Naik.."
Tidak banyak tanya keduanya langsung melompat ke kapal Nola. Mereka melaju cepat menjauh dari kapal dimana masih ada Shema.
Sosok bayangan perlahan keluar dari bagian celah yang terangkat. Itu adalah Shema yang selamat tanpa ada luka sama sekali.
"Shema, apa kau berhasil menangkapnya?" tanya Alvi.
"Maaf. Mereka berhasil lolos.."
"Dia pasti sangat hebat hingga bisa lolos darimu. Apa kau terluka?"
"Tidak. Tak terjadi apa-apa padaku berkat kekuatan supernatural ini.."
"Haha. Sudah kuduga kombinasi kau dan kekuatan itu bisa dikatakan cheat. Kembalilah ke markas.."
"Tapi aku masih bisa mengejar nya.."
"Tak apa. Kembalilah. Kita akan mengejar dia bersama-sama dengan yang lain.."
"... Dimengerti."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top