19
Rombongan penjemput pangeran telah pergi. Keadaan di aula istana pun menjadi lebih sepi daripada biasanya, walaupun sebenarnya jumlah pelayan dan pengawal tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Sang Ratu mencari-cari keberadaan raja di singgasana, di ruangan mereka, juga di ruang kerja raja, tetapi juga tetap tidak menemukannya.
Mulai ada firasat-firasat aneh yang menghampiri sang ratu, membuatnya berjalan semakin cepat dalam mencari. Saat dilihatnya pelayan istana, semuanya langsung membungkuk hormat kepadanya.
"Apa kalian melihat raja?" tanya ratu, berusaha tenang walaupun perasaan-perasaan tidak enak mulai menghampiri.
Kedua pelayan itu saling bertatapan, "Tadi kami melihat Yang Paduka Raja sedang bersama dengan Penyihir Flynn."
Perasaan ratu yang tidak enak semakin terasa saja.
"Di mana mereka?"
"Tadi kami melihat mereka di halaman belakang istana, Yang Mulia Ratu," jawab pelayan itu.
Ratu langsung dengan langkah berjalan cepat, melangkah menuju halaman belakang istana.
Penyihir Flynn dan raja yang tidak dikawal oleh pengawal lain adalah bencana, menurut ratu.
Saat sudah berjalan agak jauh dan ratu menemukan sebuah jendela yang bisa memperlihatkan keadaan di sana, ratu melihat dengan jelas bagaimana penyihir Flynn mempersilakan raja untuk masuk lebih dulu ke pintu jalur rahasia, sebelum penyihir Flynn juga ikut masuk dan menutup pintu itu.
Ratu kehabisan kata-kata oleh pemandangan yang dilihatnya, namun dia tetap berlari untuk segera turun.
Lebih baik dia cepat, daripada menunggu hal yang tidak diinginkannya terjadi.
*
Pangeran Barrack dan Flora akhirnya sampai di depan sebuah goa, saat hari telah berubah senja. Tempat ini mungkin lebih pantas dikatakan sebagai goa berlubang, karena meskipun berada di dalam batu dengan ujung yang tidak tampak, ada saja langit-langit goa yang berlubang dan membantu cahaya matahari untuk masuk.
Untungnya, setelah kejadian penyerangan yang membunuh Frank, tidak ada lagi penyerangan-penyerangan lain yang menyusul setelahnya. Pangeran Barrack sempat merasa waswas karena merasa bahwa dia masih diawasi dan jalannya untuk sampai di depan goa ini malah terkesan mudah, cukup untuk membuatnya curiga.
Flora juga, merasakan ada yang aneh saat pangeran masuk ke goa perlahan dan terus mengawasi depan, samping dan belakang, agar jangan sampai ada kejadian di mana Flora lenyap dari sisinya.
"Ini ujungnya?" tanya Flora yang dibalas anggukan oleh pangeran Barrack.
"Kau akan pulang sebentar lagi, Flora ..." Pangeran menggenggam lembut tangan Flora. "Tanganmu akan segera sembuh, kau akan baik-baik saja."
Flora kembali melihat seisi goa. Gelap, ada aroma yang tidak asing dan sama seperti saat pertama kali dia sampai di kerajaan ini, di jalur rahasia. Tanah di goa dipenuhi oleh dedaunan kering yang telah jatuh lewat lubang yang ada di langit-langit. Ujung goa ini belum terlihat.
"Ayo, Flora."
Langkah mereka tidak cepat atau tidak lambat. Pangeran Barrack sangat waspada di setiap langkahnya, karena rasanya Archellia tidak akan memudahkan misinya untuk membawa Flora kembali ke dunia-nya.
Flora juga merasakan hal sama, bahwa Archellia mungkin saja sedang mengawasi mereka dari langit-langit goa yang berlubang.
Mereka tidak perlu merasa cemas kalau saja pintu goa tempat mereka masuk tiba-tiba tertutup oleh batu besar untuk mengurung mereka dalam goa, karena lubang di langit-langit goa. Selain itu, ada pula batu lancip yang runcing bergantungan di sana. Longsor sedikit saja, mereka mungkin akan dihujani batu tajam.
Terus berjalan dan terus berjalan. Hanya ada suara gesekan daun-daun kering yang pecah. Berjalan beriringan seperti ini bukan jaminan bahwa Flora akan baik-baik saja, jadi pangeran Barrack terus mengawasi keadaan.
Setelah berjalan agak lama, Flora bisa melihat langsung bagaimana terdapat ukiran-ukiran yang sama di sepanjang kiri dan kanan. Flora merasa pernah melihatnya di suatu tempat, dan semuanya terjawab saat pangeran Barrack bergumam,
"Bendera Kerajaan Kabut."
Flora menoleh bingung ke arah pangeran.
"Kerajaan Kabut, istana kelahiranku," sahut pangeran Barrack sambil tersenyum kecil. "Kau tidak tahu?"
"Tidak," balas Flora.
"Istana yang baru saja kita tinggalkan," ucap pangeran Barrack sambil tetap berjalan. "Setiap akan ada hujan lebat, se-istana kerajaan Kabut akan tertutupi kabut. Dan karena kerajaan kami sangat terisolasi dari kerajaan luar, banyak yang ingin menyusup."
Flora menyimak sambil mengangguk-angguk. Dia juga mulai mengerti mengapa dia sempat dituduh sebagai penyusup di awal pertemuan mereka.
"Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, Penyihir Archellia memilih kerajaan ini sebagai mangsa-nya." Pangeran Barrack mengendikkan bahu dan kembali fokus menatap ke depan. "Dan menjadikanku sebagai piring-nya."
Flora menangkap kalimat itu sebagai hal yang lucu, mungkin karena Pangeran Barrack bercerita dengan wajah kesal.
"Saya akan berusaha membantu pangeran untuk mematahkan kutukan pangeran!" ucap Flora dengan tegas. Pengulangan kata yang sama selama dua kali juga membuat Pangeran Barrack tergelitik.
"Kapan kau akan berhenti memanggilku pangeran?" tanya Pangeran Barrack.
"Memanggil nama langsung sangat tidak sopan," ucap Flora.
"Menolak perintah pangeran juga tidan sopan, tahu. Sudah berapa kali kau menolak perintahku?" tanya Pangeran Barrack, lagi.
Flora menatap pangeran sambil tersenyum, "Saya menolak untuk kebaikan pangeran."
Padahal kau tidak tahu apa-apa, pikir pangeran.
Langkah keduanya terhenti saat mereka telah menemukan ujungnya. Sebuah tembok batu yang menutupi semua jalan yang seharusnya mereka lewati.
Namun, hal yang paling janggal adalah ...
"Cahaya apa itu?" tanya Flora sambil menunjuk keberadaan sebuah cahaya putih yang cukup menyilaukan.
Ukurannya sangat kecil. Tampaknya penuh rahasia dan entahlah akan memperlihatkan bagian dunia yang mana, jika mereka mengintipnya.
Seharusnya tidak akan ada cahaya apapun, mengingat bahwa jalur rahasia bersifat tertutup, dalam kegelapan. Lantas, cahaya apa yang ada di depan mereka saat ini?
"Apakah mungkin itu--"
Flora terdiam saat merasakan pangeran Barrack menoleh ke arahnya lebih dulu.
"Pergi, Flora ..."
"Tapi--"
"Jangan membantah, Flora!"
Flora tersentak saat mendengar Pangeran Barrack membentaknya. Padahal baru beberapa detik yang lalu, Pangeran Barrack tersenyum ke arahnya dengan sangat hangat.
"Setidaknya, beritahu saya bagaimana cara mematahkan kutukan pangeran dulu," ucap Flora dengan sedih.
"Tetap hidup, Flora," sahut pangeran Barrack. "Kau cukup tetap hidup, untuk mematahkan sumpah Archellia, bahwa semua yang terkena kutukan ini, tidak mati di tangannya. Hanya itu."
"Benar-benar hanya itu?" tanya Flora.
Pangeran Barrack mengangguk pelan, "Iya, hanya itu."
Flora sudah melangkah mendekat ke cahaya putih itu. Jarinya sudah bersiap untuk menyentuh cahaya itu. Saat telunjuknya mulai mendekat dengan cahaya itu, pemandangan di sana mulai berubah secara perlahan bagaikan ilusi.
Pangeran Barrack juga melihat dengan jelas bagaimana tubuh Flora berubah transparan pelan-pelan.
Tanpa alasan pasti, Flora merasa ketakutan. Ditariknya kembali tangannya dan berbalik menatap pangeran Barrack.
"Saya tidak bisa melakukan ini," ucap Flora keras kepala.
"Flora."
"Bagaimana bisa saya meninggalkan pangeran di sini? Saya tidak mungkin kembali ke dunia saya dan tidur nyenyak, sementara pangeran harus kembali ke istana dalam perjalanan yang bahaya?" tanya Flora dengan tatapan sendu. "Kutukan pangeran mungkin akan hilang, tapi penyihir Archellia tetap bisa melukai pangeran, kan?"
"Kau akan mati malam ini, kalau kau masih menunda, Flora." Pangeran Barrack menghela napas. "Aku bisa mati kalau melihatmu mati di depan mataku."
"Bagaimana bisa?"
"Karena aku--"
DUAR!
Tembok batu yang ada di depan Flora tiba-tiba meledak di depan mereka. Cahaya putih yang tadinya menyilaukan itu perlahan meredup bersamaan dengan jatuhnya batu berkeping-keping.
Pangeran Barrack dengan buru-buru menarik Flora menjauh dari sana. Baru saja ingin menceramahi Flora karena gadis itu melewatkan kesempatan, mereka terdiam saat melihat siapa yang ada di sana.
Raja yang menatap pangeran Barrack dengan penuh amarah dan penyihir Flynn yang mengulurkan telapak tamgannya di udara, sepertinya hanya menghancurkan tembok itu dengan tangannya.
Dan secara otomatis, perjalanan jauh mereka kembali membawa mereka pulang ke kerajaan.
Tbc
29 Mei 2018
a/n
Berapa chapter lagi yak ini. Berapa lagi yak.
FYI, Another Dimension Kingdom II akan muncul tanggal 1 Juni.
Dan perlu dicatat, bahwa Another Dimension Kingdom adalah seri yang tidak saling berhubungan. Which mean cerita Barrack dan Flora cukup berakhir sampai di cerita ini.
Endingnya sebentar lagi ini.
Update sekali lagi yak nanti (belom ketik)
-Cindyana
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top